Kakiku berlari setelah kucium tangan Ayah yang akhirnya membolehkan aku ke pesantren. Tanganku sibuk menyentuh layar ponsel untuk menghubungi Reyhan, tapi entah kenapa panggilan dariku tak lekas diterima olehnya.
"Taksi!" Aku segera masuk ke dalamnya lalu terus mencoba menelepon suamiku. Tapi kenapa tetap saja belum ada jawaban, aku mulai resah sekarang.
"Mas Rey, kamu tumben nggak langsung terima teleponku."
"Mau kemana, Mbak?" tanya sopir taksi.
Aku sampai lupa mengatakan kemana tujuanku. "Ke stasiun, ya, Pak."
"Baik, Mbak."
Ya sudahlah, mungkin saja Reyhan masih sibuk di pesantren karena ada urusan. Tadi Reyhan bilang sekitar sore akan pulang mendatangiku. Sebelum Reyhan tiba, aku harus tiba lebih dulu di pesantren.
Sesampainya di stasiun aku segera menaiki kereta menuju ke pesantren. Ku berharap tak ada hambatan menuju ke sana, sebab aku ingin segera sampai untuk meluruskan segalanya pada Radhia.
"Cewek itu kenapa jadi beneran berubah banget. Gue nggak ngira kalau Radhia akan setransparan itu menyukai suami orang. Dan lagi, kenapa suami gue, sih, Rad!"
Dulu aku memang pernah berkata pada Radhia, bahwa Radhia lebih cocok bersanding dengan Reyhan dibandingkan diriku. Tapi itu tak berlaku saat aku sudah tulus mencintai Reyhan seperti sekarang. Tak peduli, meski kenyataannya aku dan Reyhan tak cocok sekalipun, yang terpenting aku tetaplah istri sahnya.
Di dalam kereta aku terus mencoba menghubungi Reyhan, tapi sekarang ponsel Reyhan malah tidak bisa dihubungi, sepertinya baterainya habis.
Aku menghela napas panjang. "Apa bener Radhia tau sesuatu tentang sejauh mana hubungan gue dulu dengan Albara?"
Meskipun aku sudah berkata jujur pada Reyhan bahwa dulu aku dan Albara memang sangat akrab. Tapi aku tak pernah sekalipun menceritakan lebih detil tentang sampai batas mana hubunganku dengan orang itu dulu.
"Itu kan masa lalu. Gue nggak mau bahas itu lagi. Tapi Radhia, dia bisa jadi penghancur segalanya."
Padahal dulu Radhia yang kukenal sangat polos dan juga baik hatinya. Tentu Radhia tahu merebut suami orang itu tindakan yang amat tercela. Tak kusangka, saat ini justru Radhia terang-terangan menunjukkan indikasi ingin merebut suamiku.
Pemberitahuan stasiun tujuan akhirnya terdengar. Aku buru-buru keluar dari kereta, saat aku hendak menuju pintu keluar, seseorang malah muncul membuatku terpaku.
"Aysha."
"Kak Aksa."
Mengapa di saat seperti ini, dia malah muncul. Aksara, dia bukan teman SMP seperti yang Reyhan katakan. Aksara pasti tidak memberitahu yang sebenarnya. Aksara adalah guruku di SMP, lebih tepatnya guru les privat ku. Saat itu umur Aksara lebih tua lima tahun dariku. Dia masih kuliah ketika aku baru akan lulus.
"Nggak disangka, kita bertemu di sini."
Kakiku bergetar. Aku pelan-pelan mundur.
"Em, sori-"
"Ngobrol dulu?" ucap Aksara. Ajakan yang tak ingin kudengat.
Aksara masih tetap sama, dia tidak berubah.
Aku langsung menggeleng.
"Yakin?" kata Aksara bertanya dengan senyum kecil.
Senyuman itu ... masih terasa mengerikan.
"Maaf Kak, saya harus segera pergi." Aku mengatakan itu lalu berlari menjauh darinya.
Ku tengok ke belakang, Aksara tidak bergerak, ia hanya menatapku yang terus menjauh sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)
RomansaFOLLOW DULU SEBELUM BACA Rate 18+ Rumaysha terpaksa harus menerima perjodohan dengan seorang pemuda bernama Reyhan. Gus dari pondok pesantren Al-Faaz. Rumaysha awalnya menolak, tapi ayahnya mengancam akan memasukkan dirinya ke pesantren jika menola...