Sepertinya ciuman dengan Lisa telah membuat Jennie gila.
Hanya kata itulah yang terpikir oleh Jennie saat ini. Karena, entahlah. Dia dulu tak pernah memberanikan diri untuk berada di dekat Lisa. Tapi apa yang dia lakukan sekarang? Mengundang Lisa makan di rumahnya bahkan saat ibunya tidak ada?
Yah, jelas dia sudah gila.
Belum lagi, kegiatan beberapa hari terakhir di malam hari sepertinya semakin mengganggu Jennie. Karena dekat dengan Lisa seperti ini menambah rasa frustasinya.
"Hei, kau melamun." Lisa kembali masuk ke mobilnya ketika dia selesai membeli makanan untuk mereka.
Melihat makanan yang di bawa oleh Lisa, Jennie tidak bisa menahan diri dari rasa penasarannya.
"Kenapa makanan Thailand? Kenapa tidak Korea? Vietnam? Atau makanan lainnya?"
"Karena aku dari Thailand?" Lisa menjawab dengan nada bertanya sembari menyeringai nakal. "Kau tidak keberatan dengan makanan Thailand kan?"
"Tidak. Hanya bertanya saja." Jennie mengalihkan pandangan ke arah lain. Rasanya semakin berat menyembunyikan perasaannya dari Lisa apalagi melihat seringai wanita itu.
Uh, sial. Dia terlihat nakal tapi... kenapa terlihat seksi sekaligus?
"Oke."
Perjalanan menuju rumah Jennie begitu hening dan santai. Musik di radio berputar dan sesekali Lisa bersenandung santai. Jennie yang semula tegang mendadak saja merasa rileks mendengar suara Lisa yang mencoba untuk bernyanyi.
"Bernyanyilah." Ucap Jennie tiba-tiba dan Lisa menoleh padanya.
"Aku?" Lisa menunjuk dirinya sendiri. Ketika Jennie menganggukkan kepalanya, Lisa memberi tatapan horor padanya. "Oh, tidak. Suaraku sangat buruk saat bernyanyi."
"Tidak. Tadi kau bernyanyi. Suaramu bagus. Ayo, bernyanyi." Desak Jennie.
"Tidak, Jennie. Aku tidak bernyanyi. Uh, aku lebih suka di perintah menari selama berjam-jam daripada harus menyanyikan sebuah lagu." Lisa menolak.
"Kenapa kau tidak percaya diri dengan kemampuanmu sendiri?" Jennie cemberut.
"Karena aku memang seburuk itu." Ujar Lisa seolah dia mengatakan hal yang memang sudah jelas.
"Tidak," Jennie cemberut, meraih tangan Lisa sambil memberi tatapan mata kucing terbaiknya. "Aku mohon. Bernyanyi untukku?"
Lisa tertegun. Jika saja dia tidak sedang menyetir, sudah pasti dia terpaku sepenuhnya pada tatapan mata yang memohon itu. Bibirnya yang cemberut membuat Lisa ingin sekali membenturkan bibirnya disana.
Dia perlu menahan hasratnya yang menggebu-gebu saat ini.
"Ck, baiklah. Bernyanyi denganku?" Lisa bertanya dan dengan mudah Jennie menganggukkan kepalanya, tersenyum senang.
Lagu lowkey yang di nyanyikan oleh Niki berputar di radio saat itu. Lisa perlahan mulai mengikuti lirik demi lirik, diikuti dengan Jennie. Tiba-tiba saja suasana hening dan canggung itu berubah menjadi kehangatan saat mereka saling bernyanyi.
Ketika berada di lampu merah, Lisa bernyanyi dengan mata yang menatap Jennie begitu dalam hingga membuat pipi Jennie merona merah tapi dia juga memberanikan diri membalas tatapan itu.
Jennie benar-benar tenggelam dalam tatapan mata Lisa. Untuk sesaat, dia merasakan getaran di antara mereka yang tidak bisa di jelaskan hingga keduanya berhenti bernyanyi. Jennie malah mencongkan tubuh, begitu juga dengan Lisa.
Momen itu membuat jantung Jennie berdegup kencang. Dia merasakan tatapan mata Lisa tertuju pada bibirnya. Mata keduanya perlahan terpejam dan klakson di belakang menyentak mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - STORY ABOUT US [GIP || HIATUS]
Fanfiction[21+] Hei, apakah kalian ingin membaca sepenggal cerita kisah cinta klasik tentang aku dengannya? Tidak berbeda dengan kisah cinta klasik lainnya. Tapi disitulah letak indahnya cinta.