Terpaku masa lalu

3 1 0
                                    

Mengesampingkan ego bukanlah hal yang mudah dilakukan. Berperang dengan batin sendiri ternyata cukup menyiksa jiwa raga. Tapi yang dilakukan Sheira hanya sebatas memupuk rasa kebencian dihati yang semakin lama semakin membuat dadanya menyempit. Tak kala raga rapuh itu pergi untuk selamanya,maka bersamaan dengan itu jiwanya pun ikut mati.

Rei sudah di bolehkan pulang oleh Kev selaku Dokter yang selama beberapa hari ini rutin memeriksa keadaan ayahnya. Satu persatu Sheira mengemasi barang-barang yang akan dibawa pulang,setelah memasukkan beberapa barang terakhir,Sheira menuju mobil meletakkan tas dibagasi lalu menuntun sang ayah masuk kedalam.

"Kenapa Khai tidak datang menjemput?"tanya Rei sambil melirik Sheira.

Gadis itu mengangkat bahu,tak tau menahu akan keberadaan lelaki itu.

Rei menghela nafas,kalau sudah begini pasti ayahnya akan menasehati Sheira cukup panjang "Sudah lebih lima tahun Nak,kenapa masih di perpanjang?"ucap Rei

Sheira enggan menjawab,takut ucapannya akan menyinggung perasaan Rei. Bagaimanapun lelaki itu baru saja pulih,dia cukup waras dengan tidak menambah beban dikepala pria itu.

"Pertanyaan ayah dijawab! kamu gak bisa lari dari kenyataan Shei. Sadar! Sikap kamu menyakiti banyak orang."

"Tanpa jawaban pun ayah pasti sudah tau apa yang akan Sheira katakan."

Rei menatap sendu putrinya "Kalau terus saja begini,mau sampai kapan kamu akan menghindari semua orang?"

Usai pertengkaran singkat antar keduanya,mereka berakhir saling mendiamkan. Sheira yang notabenya memang keras kepala sengaja menjauhkan diri dari masalah yang terjadi.

Gadis dengan baju rumahan dan perpaduan pashmina coklat tersampir dibahu duduk diatas ayunan depan rumah ditemani benda persegi diatas paha. Tangan lentiknya memacu diatas keyboard menuntaskan pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini juga. Pandangannya terfokus pada layar laptop yang menyala hingga teralihkan pada bunyi motor memasuki area perkarangan rumah.

Sheira sudah ingin ambil ancang-ancang untuk beranjak,namun suara Khai lebih dulu mengintrupsi gerak tubuhnya. Sekarang mereka berhadapan,sejauh ini secara terang-terangan Sheira membuat jarak dengan lelali itu.

"Ayah lagi istirahat,kalau mau ketemu Ayah lebih baik besok saja."ujar Sheira

Alih-alih menjawab,lelaki itu malah tersenyum sambil menggeleng "Saya perlunya sama kamu."

Kedatangannya kali ini sedikit membuat Sheira agak risih,terlihat dari gerak tubuh yang tidak terlalu nyaman berada di dekatnya. Tanpa berniat lebih lama,Khai menyampaikan tujuan kedatangannya malam ini.

"Undangan pernikahan ini saya titipkan sama kamu. Sampaikan juga sama ayah kalau besok saya mengundang kalian untuk makan malam bersama dirumah. Saya juga berharap,kamu dan ayah bisa hadir."uluran tangan berisi undangan bermotif gold dari Khai membuat Sheira terdiam sejenak. Ada beribu tanda tanya dalam benak yang perlu dia utarakan pada lelaki itu.

"Saya senang kalau kamu juga bisa hadir Shei."katanya lagi

Seolah tau apa yang dipikirkannya,Sheira mengambil undangan sederhana itu dari tangan Khai.

"Bunda juga ikut menanti kedatangan kamu dirumah."

Dia sudah putuskan untuk tidak hadir pada undangan makan malam yang terjadi besok,tetapi dunia seolah memihak pada Khai agar dapat  menghadiri acara tersebut yang entah ikut andil atau tidak sama sekali.

"Shei usahakan untuk datang.Tapi,katakan sama Bunda kalau Shei tidak bisa janji untuk hal itu."

Dan Khai sudah tau jawabannya akan seperti apa,cukup mudah untuk menebak isi pikiran Shei. Sesuai keputusannya malam ini,Khai beranjak pamit undur diri.

Great Story : Deep Wounds are SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang