Part 27 - Hari Pertama

1 1 0
                                    

Di tengah ramai obrolan di meja makan, Kinar hanya diam. Dia bahkan tidak menyentuh makannya seperti tempo hari saat dia datang bersama dengan Tio.

"Sudah lama temenan sama Kinar ya?" tanya Airin pada Kenan.

"Dari SD, Tante" jawab Kenan.

"Wah, awet ya" puji Rey, "Jadi, kalian sekelas?".

"Enggak, Om" balas Kenan, "Saya di IPS, Kinar di MIPA".

"Sekolah mana, Kak?" Raya yang sedang disuapi oleh Tio ikut melontarkan pertanyaan.

"Gak usah caper deh lo!" sahut Kinar membuat satu meja terdiam.

Kenan tertawa canggung berusaha mencairkan suasana, "SMA PRAJA MADA, Om" ujarnya menjawab pertanyaan Rey tadi.

"Apa sih?" Kinar menyingkirkan tangan Kenan yang mencolek sikunya seolah menegur agar sopan di meja makan.

"Sekolah kamu dulu ya, Tio?" Airin menoleh pada Tio yang duduk di sebelahnya.

"Iya, Mbak" balas Tio seadanya karena sedang menyuapi Raya.

"Raya!" panggil Rey, "Kamu nanti SMA di sana juga ya".

Raya mengetuk dagunya berpikir, "Tapi kan Raya mau SMP dulu, emang bisa kalau langsung SMA?".

Seisi meja tertawa kecuali Kinar yang memutar bola matanya malas menanggapi gurauan gadis kecil itu.

"Papa cuma kasih referensi aja, gak suruh kamu langsung ke sana kok" ujar Rey memberi anaknya pengertian.

"Kamu berangkatnya kapan, Tio?" tanya Airin mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Tiga hari lagi, Mbak" jawab Tio.

Saat topik obrolan sudah berubah dan hanya dibahas oleh orang dewasa, Kenan mencoba membujuk Kinar untuk memakan makan malamnya.

"Sedikit aja, gak apa-apa" bujuk Kenan, "Hargai, Kin".

"Gak mau" balas Kinar, "Mending gue makan permen stroberi dari lo tiap hari daripada makan ginian".

"Mau gue suapin?" tawar Kenan, "Atau gue kunyahin?".

Kinar meringis jijik, "Idih! Gue bisa makan sendiri".

"Coba" Kenan menantang gadis itu.

Kinar kemudian mengangkat piringnya menyangga dengan lengan lalu memakannya dengan lahap.

Kenan juga ikut melanjutkan makannya memancing Kinar seolah mengajaknya balapan.

Tanpa mereka sadari, orang dewasa di sekitar mereka memandang sambil tersenyum lega. Terlebih Airin yang hatinya lantas menghangat melihat putrinya akhirnya mau memakan masakannya.

Rey meraih tangan istrinya itu untuk dia genggam, Airin mengangguk kecil merasakan jika Rey ikut lega dan bersyukur. Begitu juga dengan Tio yang diam-diam mengacungkan jempol pada Kenan.

Acara makan malam mereka berjalan cukup baik dibanding sebelumnya. Sebelum hari semakin larut, saatnya kini Tio pamit bersama dengan Kenan.

Tio memeluk lama keponakannya itu, berusaha menguatkan diri melepas Kinar untuk tinggal bersama Ibunya sementara dia pergi bekerja.

"Jadi anak yang baik ya" ucap Tio lalu mengecup puncak kepala Kinar lalu mengusapnya pelan sambil melepas pelukan, "Yang sopan".

Kinar masih memasang wajah datarnya enggan menanggapi Tio karena masih tidak terima jika dia harus berada di sini.

Ia hanya menyalami tangan Tio sebelum pria itu berpamitan dengan Raya yang berdiri di ambang pintu bersama kedua orangtuanya.

Kenan mendekat pada Kinar dan memberikan kunci motor pada gadis itu, "Besok jangan telat" katanya, "Pingsan nanti kalau dihukum jemur".

Cerita KinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang