Senyumanmu begitu cantik, Ananta-ku memiliki senyuman yang lebih indah daripada hamparan bunga-bunga di taman. Senyuman itu tak pernah surut dari bibirnya, meski kerap kali aku menyakitinya.
.
.
.
"Sedang apa disini?" Tanya Olivia ketika tak menemukan putrinya dimanapun dan ternyata, Ananta berada di rumah kaca sedang termenung sendirian.
Si gadis menoleh, tersenyum pada sang ibu sebelum menjawab.
"Oh, ibu. Sudah pulang? Jam berapa ini." Olivia mengecup puncak kepala putrinya.
"Ini sudah sore, ibu kan sudah bilang untuk istirahat saja." Ananta diam sambil menggenggam tangan kasar sang ibu yang berada di bahunya.
"Aku bosan terus tidur di atas ranjang, tak ada yang bisa kulakukan jadi aku kesini." Sang ibu menghela nafas pasrah.
"Kalau begitu, ayo. Kita makan malam, ibu lapar sekali."
"Aku lupa, tidak membawa makan siang untuk ibu dan para bibi." Sang ibu tersenyum begitu cantik.
"Tak apa, sayangku. Ayo, udara disini sudah mulai dingin." Ananta dan sang ibu bergegas ke dalam rumah, mereka menyiapkan makan malam bersama-sama diiringi dengan celotehan Ananta.
"Ibu, besok aku ingin membantu ibu lagi, boleh?" Olivia mendongak menatap putrinya dengan tatapan tidak setuju.
"Tidak, kau harus istirahat. Wajahmu begitu pucat, sayang." Jawab Olivia seraya menyimpan beberapa piring ke atas meja, Ananta mengikutinya.
"Ayolah, ibu. Aku bosan, aku tidak betah terus berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Kumohon, izinkan aku ke ladang." Ananta memohon pada sang ibu dengan tatapan yang di buat sesedih mungkin hingga sang ibu tak kuasa menolak permohonan sang putri kesayangannya.
"Baik, ibu izinkan kau pergi ke ladang. Tapi, syaratnya adalah. Kau tidak boleh ikut bekerja, mengerti?"
"Ibu, aku sangat ingin memetik strawberry. Aku janji, hanya memetik strawberry. Lalu, aku akan istirahat." Ananta itu memang sangat pekerja keras. Terkadang, Olivia ingin ia sendiri saja yang bekerja. Olivia bekerja keras untuk putrinya, supaya Ananta tidak merasakan kelelahan. Jadi sekarang, rasanya sia-sia saja, untuk apa selama ini dirinya bekerja keras seperti ini jika putrinya juga ikut merasakan kelelahan saat bekerja. Padahal, Olivia sudah mempersiapkan segalanya untuk masa depan putrinya.
"Ibu?"
"Ya, ya. Baiklah baik, asalkan kau berjanji padaku untuk makan yang banyak." Ananta berseru girang sambil memeluk dan mencium kedua pipi sang ibu.
"Baik, aku janji aku akan makan banyak mulai hari ini." Olivia ikut tersenyum setelah melihat Ananta tersenyum begitu lebar.
"Ayo, makanannya akan dingin." Ananta duduk di hadapan sang ibu kemudian mereka makan malam dengan suasana yang begitu menenangkan di tambah hujan deras mengguyur pedesaan Artlake.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Ananta {SHORT STORY}
Historia CortaEnd Ananta x Devano short story by: EvilGoddess__