Kamar bernuansa merah yang luas ini terasa lebih damai dengan hilir angin yang masuk dari jendela, menampakkan semburat jingga di angkasa kemudian menjamah lembut semua yang dilaluinya.
Sekar masih tidur pulas meskipun waktu sudah menapaki sore, sedangkan Felicya fokus menyaksikan film action di laptop milik Sekar. Sesekali dia meringis kesal sambil mengepalkan tangan, jiwa gadis itu seperti terseret mengikuti alur cerita yang diputarnya sampai selesai. Beberapa menit dia bersender di kursi, merasa bosan karena ditinggal tidur oleh Sekar.
"Sekar, bangun!"
Felicya membangunkan Sekar yang tidur memeluk bantal gulingnya. Tubuh Sekar mengulet, mulai membuka matanya kemudian melihat jam tangan.
"Hm, udah sore," ucap Sekar, ia bersantai sembari mengedipkan mata yang masih mengantuk.
"Mandi woy! Gue laper, cari makan yuk!" ajak Felicya, menampilkan senyum di bibirnya.
Mendengar rengekan sahabatnya, Sekar pun beranjak dari tempat tidurnya kemudian mengayunkan kaki menuju bath tub.
"Ke kamar mandi baca doa. Jangan sampai lo kesurupan lagi," ucap Felicya, memperingatkan.
"Iya."
Sudah beberapa hari Felicya menginap di rumah Sekar, membuat gadis kejawen itu merasa lebih aman dari makhluk astral yang mengganggunya.
Setengah jam berlalu, Sekar sudah tampil cantik ditambah semerbak aroma parfum yang terasa ringan dicium.
"Wih, wangi nih," ucap Felicya sambil tertawa geli.
"Iya dong. Yuk cari makan!" jawab Sekar bersemangat.
"Fel, lo mau makan apa?" tanya Sekar ketika sudah berada di depan gerbang.
"Bakso kayaknya enak deh," jawab Felicya seraya duduk di motor Sekar.
"Okay, berangkat!"
Sekar melajukan motor dengan santai, matanya menyelidik, mencari warung bertuliskan 'bakso'.
Lima belas menit mencari, akhirnya dia membelokkan motor ke warung bakso yang ramai pembeli.
"Sampai," ucap Sekar tersenyum.
"Jangan di sini!" perintah Felicya seraya menepuk pundak sahabatnya, membuat Sekar menengok heran pada Felicya.
"Kenapa?" tanya Sekar, dia mengernyitkan dahi.
"Di sini pakai penglaris. Tuh di samping meja, ada si cewek berambut panjang meludahi bakso yang udah dipesen," jawab Felicya berbisik seraya mengarahkan jari telunjuk ke arah meja.
"Cari tempat yang lain aja," ucap Felicya lagi.
"Ciri-ciri yang pakai penglaris kayak apa sih?"
Sekar bertanya lagi sebelum melajukan motornya.
"Ciri-cirinya tuh mereka menaruh lilin di depan warungnya. Entah itu lilin apaan, tapi kayak udah dikasih mantra." jawab Felicya.
Di belakang Sekar, Felicya mengangguk-anggukkan kepalanya, menikmati alunan musik dari earphone yang terpasang di telinga kanannya. Beberapa menit berlalu, Felicya melirik warung bakso dengan pembeli yang tidak terlalu ramai, yang menandakan tidak ada penglaris di warung itu.
"Bang, bakso dua mangkuk, ya," ucap Felicya pada tukang bakso, sementara Sekar merapikan rambut panjangnya yang berantakan karena tertiup angin sore, kemudian dia duduk di warung bakso.
"Fel," Sekar memanggil Felicya seraya mengaduk bakso dengan garpu dan sendok.
"Apa?"
"Gue suka sama David," ucap Sekar sambil mengaduk santapannya di atas meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bisa Melihat Hantu? [TELAH TERBIT]
HorrorIni adalah novel horor orisinil karya saya yang sebelumnya tidak pernah dipublish di wattpad. Betul, tulisan ini saya kirim dan langsung diterbitkan oleh Edwrite Publishing. Saat itu, saya masih memakai nama pena Ryen Privania. Dengan cetakan pertam...