Putus cinta, sakit hati, pergi. Sepertinya tiga kata itu adalah hal yang sangat normal bagi kalangan yang tengah menjalin kasih.
Itu juga yang di lakukan Jennie saat ini. Tapi, apa yang di lakukan Jennie agaknya memang sedikit berlebihan. Dari New York, patah hari karena pacarnya — Irene— berselingkuh, dia memutuskan untuk pergi ke belahan negara lain.
Pergi ke London, tanpa siapapun. Sendirian, yang sejujurnya tidak pernah dia lakukan. Semuanya sangat terasa emosional. Dia tidak memberitahu siapapun kemana dia pergi. Dia tahu, begitu ponselnya di nyalakan, serangkaian pesan dari ibu dan juga para sahabatnya menanti. Tapi saat ini, dia tidak peduli.
Ketika dia menginjakkan kaki di London, perasaan takut mencekam. Jennie menghela nafas gusar dan ketakutan itu terbukti saat ada orang asing mendekatinya. Terlalu dekat untuk di sukai olehnya.
Uh, lagipula aku memang tidak pernah suka jika ada pria yang mendekatiku.
Pikirannya berkata sebelum dia menggeser tempat dia berdiri, menunggu taksi yang begitu banyak tapi sampai saat ini, dia belum mendapatkan bagiannya sama sekali.
Kenapa semua orang bergerak begitu cepat? Jennie mendesah kesal.
“Hai,” Seorang pria asing, bertubuh tinggi, rambut ikal dan mata coklatnya yang gelap menyapa. “Aku melihatmu sendirian dan berusaha menyapamu. Kemana kau pergi?”
Dia mungkin hanya bersikap sopan. Pikiran lain Jennie berkata. Tapi tentu saja, bukankah sangat di larang untuk memberi informasi pribadi ke sembarang orang?
Dan juga… kenapa pria ini tidak menerima sinyal bahwa dia tidak suka di dekati oleh seorang pria?
Lagi-lagi mendesah, Jennie hanya tersenyum samar sebelum menggeser tempat dia berdiri. Ketika sebuah taksi berhenti, dia dengan buru-buru meraih kopernya. Tapi tentu saja, orang lain menyalip begitu saja dan masuk ke dalam taksi sebelum dia sempat.
“What the fuck?!” Jennie menggeram sampai pria di sebelahnya tiba-tiba saja tertawa.
Mendapati tatapan tidak menyenangkan dari Jennie, untungnya pria itu langsung menutup mulutnya.
“Ups, maaf… tidak bermaksud menertawakanmu tapi percayalah, ini akhir pekan dan banyak sekali orang saling menyelinap. Kota London yang sebenarnya.” Pria itu berkata dan Jennie hanya bisa memaksa senyum lagi. “Darimana asalmu? Bolehkah aku — emmm, meminta nomor ponselmu? Kau tahu, jika kemungkinan kau merasa sendirian, jadi aku bisa menemanimu.”
“Tidak, terima kasih. Aku baik-baik saja sendirian.” Ucap Jennie menolaknya.
“Tapi, aku yang tidak nyaman melihatmu sendirian. Apalagi kau begitu cantik, sangat di sayangkan untuk pergi sendirian.”
Sialan, uh, Jennie benar-benar benci situasi ini. Sekarang, apa yang harus dia lakukan? Bersikap kasar agar pria itu pergi meninggalkannya?
Ya Tuhan…
Jennie menahan diri untuk tidak memutar matanya saat ini juga dan mengalihkan pandangan sampai kemudian, seseorang meletakkan tangannya di pundak Jennie dengan sangat santai.
Menoleh, Jennie melihat seorang wanita dengan poni rapi berdiri di sampingnya. Dengan tubuh tinggi dan cukup atletis, Jennie melihat mata coklat menawan yang menawannya.
Sebagai gadis lesbian yang menyadari wanita cantik di sekitarnya, Jennie terdiam. Terutama, ketika wanita itu memberikan senyuman hangat serta lengan kuat dan kokoh yang meremas lembut bahunya.
Sentuhannya lembut tapi juga kuat.
Tidak dapat mengalihkan pandangan ke arah lain, Jennie hanya terpaku. Wanita itu merapatkan tubuh Jennie ke tubuhnya. Jennie dapat mencium aroma parfum yang di pakai oleh wanita itu. Jaketnya yang sengaja tidak tertutup membuat Jennie dapat melihat bahwa wanita itu hanya mengenakan tank top di balik jaket tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - SHORT TRIP (GIP)
Fanfiction[21+] Dengan modal nekat, Jennie berlibur sendirian karena patah hati dan di pertemukan dengan Lisa, seorang photograper yang tengah mengerjakan sebuah projek. Memutuskan untuk pergi bersama dan kemudian, begitu banyak hal yang terjadi.