Chapter 66 : sesuatu yang disembunyikan

6 1 0
                                    

Jangan lupa beri 💬 dan tekan tombol 🌟
Ya!

Dan kalau ada typo jangan lupa tandai juga biar bisa segera di perbaiki

Happy reading guys!!

🍃🍃🍃🍃

    Mata zamrud itu menatap lurus kedepan, pria itu tampak berpikir keras, dia duduk di balkon tanpa memakai pakaian atasan membiarkan tubuhnya terekspor dan terkena angin malam.

    "Neron lo udah taukan?"

    Suara itu membuat pria tersebut menatap kakak sepupunya yang entah sejak kapan datang, mata emas milik sepupunya itu tampak bersinar karena terpantul cahaya rembulan, tatapan itu seakan-akan mengulitinya, menyuruhnya agar tidak menyembunyikan apapun.

   "Tau apa?" tanya Neron mengalihkan pandangannya.

  "Lo tau maksud gue kan? Lo pasti tau banyak tentang Felicia," ucap Zain mendekat dan duduk di depan adik sepupunya itu.

  "Hah...gue baru tahu. Napa nanya ke gue sih, harusnya Abang tanya sama Baim. Bentuknya doang gak tau apa-apa tapi dia tau banyak. Bukan cuma Baim, Fani mungkin lebih dari tahu," balas Neron.

   "Wih napa nih nama gue di sebut-sebut," timpal Baim yang baru saja datang.

   Niatnya ingin mengejut mereka berdua namun dia urungkan ketika mendengar ucapan Neron. Dia memang banyak menyembunyikan banyak hal dan itu demi keuntungan pastinya.

   "Tentang Felicia...gue gak tau kalau lo manipulatif gini," ucap Zain menatap tajam Baim yang hanya tersenyum duduk di depan Kakak tertuanya itu.

   "Siapa yang manipulatif? Abang gak pernah nanya loh."

   "Cih, lo mungkin bakal nyimpan itu semua kalau lo gak butuh bantuan bukan?" ucap Neron.

  "Ya tak salah sih, lagian gue taunya juga gak lama."

   "Kapan lo tau?" tanya Zain menatap curiga adiknya itu.

   "Hm...sekitar 10 tahun lalu?"

   Srek

   Sebuah belati tertancap tepat di dinding belakang Baim, darah segar keluar dari pipi remaja itu. Baim masih tersenyum dia mengusap pelan goresan di pipinya dan terkekeh.

   "Abang lebih seram dari Kak Ero kalau marah. Langsung lempar senjata, apa kalau boleh memakai pistol, Abang bakal nembak Aim?"

  "Itu mungkin bisa saja terjadi, dia membawa pistol," ucap Neron dengan santai.

  "Kalian menyeramkan," komentar Fani yang datang dan memberikan gelas pada Zain.

   Zain mengangkat sebelah alisnya heran, dia mengambil gelas yang berisi cairan bewarna merah itu. Menciumnya kemudian menyesapnya, itu wine.

   "Lo dapat dari mana?" tanya Neron.

   "Nggak usah banyak nanya kalian, minum aja, biar jangan stres," ucap Fani meletakkan dua gelas lainnya diatas meja lalu sebotol anggur, entah dari mana datangnya itu semua.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang