“Hamil kebo? Maksudnya apa ya? Bukannya hamil itu isinya janin?” Dengan polosnya Ice berkata seperti itu. “Bukan berarti isinya anak kebo, Ice. Aduhhh. Hamil kebo itu, ibu hamil yang nggak merasakan pertanda hamil pada umumnya, yang mengidamkan sesuatu dan lebih sensitif perasaannya, tapi malah makin doyan makannya. Contohnya ya kayak si Blaze ini.” jelas Desi.
Desi mengamati ekspresi wajah Ice dan Blaze secara bergantian sambil senyum-senyum sendiri. Pipi Blaze merona merah, sedangkan Ice tak berani menatap mata Desi.
“Aze, sekarang Bunda mau tanya. Kamu udah bulan madu belum sama Ice?” tanya Desi penasaran. Blaze tergagap, “Y-Ya... Mungkin udah...” ujarnya ambigu.
“Bunda saranin aja, kalian beli testpack dulu, 2 atau 3 gitu. Bunda nggak tau apakah ini hamil kebo atau emang ada alasan lain yang bikin nafsu makan Blaze meningkat. Tapi, kalau Bunda lihat dari buncitnya Blaze, buncitnya itu lebih mendekati ke ibu hamil daripada buncitnya orang yang makan berlebihan. Cuma ya gitu, Bunda nggak mau sok tau, jadi cek aja sendiri daripada harus menebak-nebak. Karena Bunda bukan dokter kandungan yang bisa langsung nerawang ini hamil apa nggak.” usul Desi.
Ice mengangguk-angguk, setuju dengan pendapat Desi. “Ice paham, Bunda. Sayang, nanti aku belikan testpack. Besok pagi, sebelum persiapan wisuda, kamu cek dulu hasilnya nanti gimana. Biar nanti aku bisa lebih awas juga sama hal-hal yang bahayain kamu sebagai ibu hamil.” kata Ice, yang ditanggapi dengan anggukan dari Blaze.
***
“Bismillahirrahmanirrahim... Semoga positif semua hasilnya Yaa Allah. Kalau belum rezekinya, Hamba akan berlapang dada dan berikhtiar lebih keras lagi.”
Dengan jantung yang dag-dig-dug-serr, Blaze akhirnya memberanikan diri untuk mengecek testpack yang ia pakai. Betapa kaget sekaligus terharunya Blaze, ketika mengetahui ketiganya menampilkan garis dua, yang artinya positif hamil.
“Ice, aku beneran hamil, Ice!” Blaze berlari kegirangan ke ruang tamu. “Nih buktinya kalo kamu nggak percaya. Nggak nyangka ya, di perutku udah ada calon adek bayi yang gemes gitu... Kita harus siap-siap ya!” ujar Blaze sambil menunjukkan hasil testpack kepada Ice.
Ice langsung sujud syukur ke arah kiblat begitu ngeliat hasil dari ketiga testpack itu positif semuanya. “Alhamdulillah... Terima kasih Yaa Allah... Semoga kami berdua dapat membesarkan anak kami menjadi anak yang berbakti kepada-Mu dan orangtua.” lirih Ice terharu, bahkan sampai gemetaran.
“Nanti habis wisuda, langsung ke dokter kandungan ya. Biar kita tau apa aja yang dianjurkan, dibolehkan, dan dilarang buat ibu hamil. Ntar biar dikasih vitamin juga.” cerocos Ice ngalahin emak-emak. “Hahaha, iya Sayang. Aku udah sadar tentang hal itu kok, demi anak ini.” kekeh Blaze.
“Udah dulu ya Sayang, aku mau siap-siap. Kamu juga siap-siap ya, aku mau dandan yang cantik.” Blaze beralih ke kaca dan mulai memoleskan makeup tipis-tipis ke wajahnya. “Ah, kamu nggak dandan juga tetep cantik kok.” puji Ice dengan tulus, yang membuat Blaze tersipu-sipu.
“Nggak usah gombal! Sana siap-siap juga!” omel Blaze tapi pipinya bersemu merah. “Hahaha, tapi bener 'kan?” Ice semakin gencar menggoda Blaze.
“ICEEEE!!!” Blaze langsung kesal dengan sikap Ice yang semakin dibuat-buat. “Iya Sayang. Maafin aku.” ucap Ice sambil nge puk-puk kepalanya Blaze.
Pipinya Blaze makin merah. “Udah ih, sana siap-siap! Kamu dosennya, harusnya lebih disiplin daripada mahasiswanya!” Beuh si Blaze emang tsundere yang pinter banget cari alasan. “Aku cuma puk-puk bentar lho. Masa nggak boleh sih?” kekeh Ice yang kemudian masuk kamar juga untuk memilih pakaian yang pas untuk acara wisuda. Terlebih wisuda kali ini terasa lebih spesial, karena istrinya juga ikut diwisuda.
5 menit kemudian, Blaze udah keliatan cantik dan rapih dengan kebaya putihnya dan kerudung pashmina. Seumur-umur, ini adalah penampilan Blaze paling kalem di mata Ice. “Tumben kalem? Biasanya Hoodie, sweater, jaket.” Ice mulai lagi menggoda Blaze. “Namanya juga wisuda!” kekeh Blaze.
Ice dan Blaze berjalan ke lift pribadi yang bisa langsung ke lantai bawah. Ice pake mobil aja, takutnya kalo motor Blaze malah yang minta nyetir. Udah gitu Blaze kalo motoran... Yah bisa ditebak sendiri se ugal-ugalan apa. Selain itu, di mobil Ice banyak Snack, jadi seenggaknya Blaze bisa sambil ngemil selama perjalanan.
Sesampainya di kampus, Ice dan Blaze jadi pusat perhatian banyak orang, sebagian besar adalah mahasiswa/i.
“Wah, mereka romantis banget jalan sambil gandengan tangan gitu! Aku juga mau atuh!”
“Hahaha, padahal mereka dulu selalu perang dunia kalo ada kelas! Eh sekarang malah jadi jodohnya! Makanya jangan terlalu benci sama cowok!”
“Perutnya buncit! Kata orang-orang, buncitnya Blaze tuh kayak ibu hamil! Sehat terus ibu dan bayinya ya say!”
Beragam komentar terdengar oleh Ice dan Blaze. Ice merasa lega karena tak ada lagi mahasiswi yang terlalu berambisi memilikinya; Jessica. Sehingga tak ada bisikan kebencian yang tertuju pada kemesraan mereka.
Ice menggenggam erat tangan wanita di sampingnya. Wanita kedua yang paling ia cintai setelah ibunya, Desi, yang kini akan menjadi ibu dari anaknya. “I love you, darling. Aku patut berterimakasih kepada sapi yang nyeruduk kamu waktu itu, yang mengubah total seluruh perjalanan hidupku.” lirih Ice, yang bikin Blaze jadi baper karena ungkapan cintanya, sekaligus nahan ngakak nginget momen diseruduk sapi kala itu.
Bersambung.....
.
.
.
.
.Dah, Batre w mo abis :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Diseruduk: BLICE [✓]
Fanfiction[COMPLETED] Blaze Nur Lela, seorang mahasiswi yang iseng mengerjai sapi di pinggir jalan. Tau-tau nabrak kandang ayam dan jatoh bareng dosen tergalaknya di kampus. So sweet, 'kan? Setiap hari berantem mulu kayak kucing sama tikus. Tapi ujung-ujungny...