4

5.3K 415 5
                                    

02 Mei 2024.

Matahari yang tadinya bersinar cerah, yang menimbulkan bulir bulir air ditubuh dan menimbulkan decak kekesalan dari beberapa orang akhirnya terlihat mulai ditenggelamkan oleh kegelapan malam.

Angin nampak berhembus kian keras menerbangkan beberapa objek. Langit pun terlihat beberapa kali mengambil gambar tanpa ijin kala sambaran petir yang tak berbunyi melakukan tugasnya.

Gadis bergingsul dalam balutan outfit hitamnya terlihat menggosok kedua telapak tangannya tersilang dikedua lengan. Menimbulkan rasa hangat yang cukup membantu karena terpaan angin yang masuk tanpa permisi.

Menutup jendela mobil yang semula terbuka lebar, kini mata yang tak terbingkai oleh kacamata itu kembali fokus ke layar ponsel yang terbuka di atas kedua paha. Memperhatikan room chat antara dia dan si gadis Indira. Yang sejak sejam lalu tak membahas apa apa lagi. Chat terakhirnya pun hanya centang 1.

Berdecak sebal karena itu, dia tak suka diacuhkan. Balasan huruf 'O' dan 'K' saja padahal sudah lebih dari cukup untuknya.

"Kenapa ka?" sang ibunda yang duduk bersanding dengan sang Ayah di depan bertanya. Menangkap gelagat aneh dari sang Puteri.

"Huh? Ah. Nggak kok ma, nggak ada apa apa" jawab gadis itu sekenanya. Tak ingin membahas masalah yang terbilang sepele ini tapi berhasil membuatnya uring uringan.

"Shani kah?" pertanyaan itu kembali mengambil atensi. Apalagi nama seseorang terucap dengan lantangnya memenuhi isi mobil. "Dia nggak bales chat kamu atau bagaimana, hm?"

Ugh. Bagaimana bisa sang ibunda bisa menebaknya dengan jelas begitu?

Tapi bukannya menjawab, hanya helaan nafas yang keluar darinya.

"Shaninya kan lagi sibuk, sayang" kini sang ayah berucap mengikuti percakapan. "Malam ini dia teater kan?"

Hah~ helaan itu keluar lagi. Gracia tau itu. Jadi dia enggan mengeluarkan bantahan apapun. Biarkanlah dia kesal sendiri hanya karena keegoisannya.

Akhirnya, setelah 15 menit berkendara, mobil yang mereka naiki memasuki area sebuah restoran. Sang ayah pun mulai memarkirkannya dengan rapi di antara kendaraan lainnya.

"Udah dong sayang galaunya, ini kan kita mau makan. Nggak baik loh bersungut sungut didepan makanan" ibundanya kembali berucap. Dia sudah cukup lelah dengan helaan nafas puterinya yang terus berhembus dengan berat.

"Apaan sih ma? Siapa coba yang galau?" akhirnya suara gadis itu lolos dari kerongkongannya. Itu berhembus dengan lancarnya karena dia tak terima dengan kalimat yang terdengar.

"Nggak galau kok muka cemberut kayak gitu sambil liatin HP nya?" godaan berlanjut. Diikuti tawa kecil dari anggota keluarganya yang lain.

"Tau ah. Lebih baik kita masuk. Aku udah laper" dan yang digoda semakin bersungut dan memilih meninggalkan.
.

Jam berjalan sebagaimana mestinya. Tak bisa dihentikan dan terus bergerak mengikuti peraduan malam yang kian tenggelam.

Tak memusingkan Sang waktu, gadis manis yang masih senantiasa mengunyah makanannya terlihat terhanyut dalam ceritanya yang tak pernah habis saat menyalakan 1 aplikasi yang menghubungkan dia dan penggemarnya. Melupakan kekesalannya yang semula melingkup pikiran.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang