*happy reading*•
•
•"selamat pagi anak anak, hari ini kita kedatangan anak baru ke kelas kita" ucap guru matematika yang akan masuk pagi ini.
wah sapa tu
moga cogan.
kalo iya makin banyak cogan di kelas!
tentu gue ganteng!
yoo! lo jelek ketos!
"harap diam anak anak, suara kalian menggangu kelas lain"
"baik, kalian bisa masuk" ucap guru itu, setelah mendengar aba aba dari sang guru mereka masuk ke dalam kelas.
4 cowo berjalan di hadapan anak lain.
"hai kenalin gue ilham angara, pangil aja ilham" ucapnya dengan senyuman manis di wajahnya.
"gue Gibran adyan, panggil aja gue gibran salam kenal" ucapnya juga tersenyum kepada murid murid yang akan menjadi teman sekelasnya.
"kenan aditama, kenan" ucapnya dengan wajah biasa, tidak senyum tidak juga berwajah datar.
"Abercio Chars" ucap Cio dingin dan wajah datar menatap mereka dan berhenti di wajah ketuanya.
ya ketua, Alvin memerintah mereka agar sekolah dengannya tapi tidak harus sekelas dan ternyata mereka berakhir sekelas.
"baiklah, kalian bisa duduk di meja di paling belakang dan dua orang di depan rian" mereka menganguk dan didik di meja yang sudah di katakan guru tadi.
pelajaran pun dimulai dengan tenang. sampai akhirnya bel istirahat berbunyi.
semua siswa/i berbondong bondong menuju kantin agar mendapatkan meja dan makanan yang sedang viral di sekolah.
ilham, Kenan, Gibran, Cio berjalan menuju meja Alvin yang masih ada seseorang di samping Alvin mereka tidak peduli siapa.
"van yok kantin" panggil ilham, karena Alvin menyuruh mereka agar tidak memanggilnya dengan sebutan bos.
"hem" Alvin berdehem dan berjalan keluar kelas untuk menuju kantin yang pasti.
rayan memandang dengan diam melihat kepergian Alvin dengan anak baru itu.
setelah melewati lorong lorong kelas akhirnya mereka sampai di kantin.
"wah cepet banget rame" ucap Gibran menatap kantin yang sudah ramai dan berisik.
"iya, kita duduk di mana ni?" tanya ilham melihat sekitar apa ada bangku kosong atau tidak.
"itu" ucap Cio membuat keempat lainya menatap ke arah yang di tatap Cio di sudut kantin ada satu orang yang duduk di sana.
'itu...'
"oh iya! ayok" ucap ilham semangat.
mereka berempat berjalan ke arah meja yang ada satu orang.
"ekhem, kak bisa kita duduk di sini?." ucap Kenan kepada pemuda yang sedang menunduk memainkan hp miliknya.
tanpa berbicara pemuda itu mengangguk tanpa menatap ke arah mereka.
"ilham dan Gibran pesan" ucap Kenan mutlak.
"iya" ucap mereka serentak dan pergi dari sana.
"oi, astaga belum juga di pesan mau apa langsung pergi tu dua curut"gumam Kenan kesal pada dua temanya itu.
"bos kenapa dari tadi lo natap tu kak kelas?" tanya Kenan berbisik pada Alvin yang sedari menatap lurus ke arah pemuda tadi.
"ti-" ucapan Alvin tersela karna tiba tiba ada yang memangil namanya.
"Alvin?" ucap seseorang itu membuat pemuda yang sedari tadi menunduk akhirnya menatap lurus pada Alvin.
"alvin" gumam pemuda itu tanpa aba aba dia menarik tangan Alvin dan membawanya keluar kelas.
"apa yang terjadi?" ucap rayan yang tadi memangil Alvin.
"entah lah" ucap mereka serentak dan memakan makanan yang sudah sampai yaitu nasi goreng dan es teh.
kembali lagi ke Alvin yang di tarik menuju perpustakaan karna rooftop pasti banyak siswa berkumpul di sana.
setelah sampai di meja paling sudut perpustakaan akhirnya pemuda itu berbicara dengan nada bergetar.
"V-vin Mereka mereka pergi ninggalin kita" ucap pemuda itu adalah Alan abang kedua Alvin.
"maksud?"tanya Alvin dengan raut wajahnya bingung.
"ma-mansion kebakaran d-dan abang ayah mereka ninggalin kita hiks" ucap Alan dengan wajah merah dan berkaca kaca.
hap!
Alvin dengan tiba tiba memeluk tubuh Alan yang rapuh di hadapannya dan sesekali menepuk tubuh abangnya yang semakin terisak.
"tenanglah" bisiknya mencoba menenagkan Alan.
"apa yang terjadi dengan mansion bang?" tanya Alvin.
"saat gue pulang mansion udah hangus kebakaran dan banyak maid dan bodyguard hangus juga, g-gue gak tau harus kemana" tangisnya semakin kencang dan di tenagkan oleh Alvin lagi.
"sudah, ayo ke tempat gue" ucapnya dan menarik tangan Alan menuju apartemen nya, ah tidak lebih baik langsung ke mansion saja.
"kita akan kemana" Alan melihat sekitar yang penuh dengan pohon besar dan lebat, mereka menaiki motor agar lebih tenang menurut Alvin.
Alvin tidak menjawab dan akhirnya mereka sampai di mansion Alan melongo melihat mansion besar di hadapannya di penuhi penjaga dan penjaga taman.
Alvin memarkirkan motornya ke garasi dan masuk ke dalam dengan Alan di belakangnya.
"kenapa lo bawa gue ke mansion ini dan mansion ini punya siapa Vin?" tanyanya menatap sekitar yang lebih besar dari pada mansionya dulu.
selamat datang kembali tuan.
anda ingin minum dan cemilan?
'suara itu seperti tidak asing' batin Alan mendengar suara wanita bergema di dalam mansion.
"boleh"
"ayo duduk" ajak Alvin ke arah kursi di ruang tamu.
mereka duduk dan beberapa maid datang membawa minuman dan makanan ringan untuk mereka.
"jadi" tanya Alan lagi penasaran
"jika kau mau kau bisa tingal di sini bersamaku" ucap Alvin tenang.
Alan terdiam menatap sang adik yang duduk di sampingnya dengan tatapan sedikit terkejut.
"kenapa lo masih baik sama gue Vin" ucapnya lirih dan dia kembali menangis.
"hah, kenapa sedari tadi kau menangis saja hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi kevin or alvin (Hiatus Sementara)
Teen Fictionkisah Kevin Anggara Ariga yang merupakan CEO dan memiliki perusahaan terkenal di jerman dan kebanyakan cabang berada di indonesia. hidup sendiri tanpa ada orang tua di sampingnya yang menyemangati harinya yang suram dan kejam. karna sebuah kesengaja...