Bab 25: Lukisan

280 22 7
                                    

"Moooo!!!"

Suara sapi saling bersahutan dari kandang yang ada di lapangan luas belakang mansion Amato yang di Jakarta. Suara itu begitu familiar bagi Ice dan Blaze, yang membuat keduanya tertawa dengan sendirinya.

"Babeh! Enyak! Reiko mau ngasih makan sapi-sapinya!" pinta Reiko, anak pertama Ice dan Blaze yang saat ini sudah berusia 10 tahun. "Reina juga! Reina suka sapi, hihihi!" timpal Reina, anak kedua mereka, yang usianya 4 tahun.

"Ya udah, sini ama Enyak! Dielus-elus dulu sapinya biar nurut!" kekeh Blaze. Blaze pun mendekati sapi yang paling dekat dengan pintu keluar kandang, dan mengusap-usap kepala sapi itu.

"Babeh, Enyak, kenapa sih kalian suka banget sama sapi? Sampai-sampai melihara sapi sebanyak ini?" Reiko bertanya keheranan.

Kenzo yang berdiri nggak jauh dari situ langsung ngakak. "Jadi gini ya adek-adek. Dulu, pas Abang umur sekitar 7 tahun gitu, Babeh kalian nyelametin Enyak kalian yang lagi dikejar-kejar sapi, bahkan katanya Enyak kalian sampe diseruduk juga sama sapinya. Makanya sekarang mereka ngenang awal ketemu itu dengan sapi-sapi ini." Kenzo berusaha menjelaskan dengan cepat biar nggak keburu ngakak.

Bener aja, Reiko dan Reina langsung ngakak denger penjelasannya Kenzo yang diluar nurul. Siapa sangka, awal dari rumah tangga Babeh Enyak mereka sangat amat tidak romantis seperti drama Korea, tapi malah absurd kayak sinetron.

"Ada-ada aja! Nggak ada gitu cara pertemuan yang lebih romantis?" kekeh Reiko. "Pertama ketemunya di kampus Nak. Babeh jadi dosen, Enyak jadi mahasiswi. Dulu sering banget debat karena Enyak suka ngelanggar aturan konyol yang hanya ada di kelas Babeh: nggak boleh mancing di kelas, karena kebetulan di dalem kelas ada kolam ikannya, nggak tau buat apaan. Nah, Enyak suka banget ngisengin ikan disitu!" Blaze makin nahan ngakak nginget masa lalunya sama Ice di zaman sering berantem.

"Mana dulu Babeh itu pas mau ngelamar Enyak, eh malah nyangkut di baliho caleg! Enyak kira nggak jadi ke rumah, ternyata masih nyangkut dan belum ada yang nolongin!" tambah Blaze yang bikin Kenzo, Reiko, dan Reina makin ketawa ngakak.

"Kalo dibilang romantis, sebenarnya diantara ketiga anak Kakek Amato itu nggak ada yang pertemuan pertama sama istrinya itu romantis, kecuali Om Hali sama almarhumah istri pertama, alias Bundanya Bang Kenzo. Soalnya mereka kenal sejak SMA, karena seangkatan dan sekelas gitu. Terus sering dijodoh-jodohin orang-orang, eh beneran nikah. Selebihnya nggak ada yang romantis-romantis amat. Om Solar, gara-gara masakan Tante Thorn keasinan waktu itu. Ayah sama istrinya yang sekarang, Ibu Taufan, gara-gara sandalnya ketuker di masjid. Jadi, ortu kalian nggak sendiri kok." kikik Kenzo yang bikin mereka semua tambah ngakak.

"Sayang, jangan buka kartu dong kalo dulu aku pernah nyangkut di baliho caleg! Malu sama anak-anak!" rengek Ice yang sedang melukis, entah melukis apa. "Nggak usah malu dong. Biasanya Babeh juga nggak malu tuh nyerita soal masa lalu ke Enyak ama kite berdua!" Reiko membantah.

"Reiko Frostfire Haruka, udah ya jangan dibantah. Kamu sama aja ngeyelnya kayak Enyak perasaan." cibir Ice. "Oh gitu? Gua ngeyel ya? Iya iya. Mau gua ciumin pipi lu sama pantat panci kesayangan gua?" ancam Blaze dengan tatapan ketus.

"E-nggak Sayang! Ampun deh! Kamu nggak ngeyel kok! Kamu tuh cantik, pintar, mandiri, dewasa, berwibawa, tidak sombong, rajin menabung, penurut, dan berbakti kepada suami. Jangan marah-marah Sayang, nanti cepet tua! Cantiknya jadi ilang kalo marah!" lirih Ice berusaha membujuk Blaze.

Semuanya langsung ngakak denger ucapannya Ice yang sepertinya berusaha keras biar Blaze nggak jadi marah. Soalnya Blaze itu mantu paling nyeremin di keluarga ini. Kalo Thorn bininya Solar itu polos, dan Taufan bininya Hali itu Salihah, dua-duanya kalem, nah Blaze ini paling beda. Udah tomboy, galak, judes, barbar lagi. Nggak heran kalo Ice aja tunduk sama dia.

"Biar kamu nggak marah, coba kamu lihat lukisan ini." Ice membalikkan kanvasnya, memperlihatkan hasil lukisannya yang sudah jadi pada mereka berempat. Mata Blaze yang awalnya memancarkan tatapan judes langsung berbinar indah karena kagum dengan lukisan Ice yang begitu cantik.

"Keluarga. Babeh, Enyak, dan anak-anak. Ice Frost, Blaze Nur Lela, Reiko Frostfire Haruka, dan Reina Frostfire Harumi. Bagus banget sih lukisannya! Makasih banyak Sayang!" Blaze sangat terharu melihat lukisan Ice berupa gambar keluarga mereka yang sedang berbahagia, mereka makan es krim di taman, dan ada juga nama-nama mereka dalam kanvas itu.

"Blaze, mungkin aku nggak sepintar Bang Solar dalam akademis, nggak sejago Bang Hali juga dalam olahraga, tapi aku suka seni, lebih tepatnya seni lukis. Dan aku, ingin mengabadikan kebahagiaan kita ini, dalam sebuah kanvas yang tampak indah setelah kulukis gambar tentang kita, meskipun sebenarnya keluarga kita jauh lebih indah daripada sekedar lukisan ini."

TAMAT (Udah nggak ada lanjutannya ya, awokaowkaowk)

.
.
.
.
.

Akhirnya Gara-Gara series sepenuhnya selesai :))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya Gara-Gara series sepenuhnya selesai :))

Gara-Gara Diseruduk: BLICE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang