Vero baru saja pulang dari kantor, dia mendapati Jennie cs yang sedang melamun, para remaja itu seperti sedang banyak pikiran, memang apa yang mereka pikirkan selain pelajaran?
Tak ingin menebak-nebak Vero memutuskan untuk menghampiri tiga serangkai yang masih duduk anteng sambil melamun.
" Udah pada pulang aja, padahal belum sore" ucap Vero yang langsung duduk disamping Jennie.
" Ck ngagetin aja, darimana kak rapi amat pake jas segala" Jennie meneliti penampilan Vero yang sedikit beda dari biasanya
" Udah dibilang disuruh kerja di perusahaannya papa, ya jelas dari kantor lah" Vero
" Oh kirain Lo mau nganggur disini" Jennie
" Sembarangan, btw pada kenapa tuh muka murung gitu?" Vero
" Kebetulan ada yang mau kita omongin sama Lo kak, jadi Lo tau kan gue bisa liat makhluk halus. Nah ada nih satu arwah yang datengin gue dia minta bantuan. Menurut Lo baiknya kita bantu atau jangan?" Vero nampak berpikir menimbang apa yang harus dilakukan, sebenarnya boleh saja jika Jennie ingin membantu, namun Vero juga khawatir dengan adiknya.
" Memangnya dia kenapa? Sampai jadi arwah penasaran?" Tanya Vero
" Gak tau juga, cuma pas awalnya gue mimpi tuh cewek dikejar-kejar orang sampe akhirnya dia bundir dari lantai tiga " jelas Jennie secara singkat
" Emm pantesan kalau gitu, emang Lo udah nyari tau informasi tentang tuh cewek lebih lanjut? " Vero
" Belum sih kalau secara lengkap, tapi ada lah samar-samar " Jennie
" Ngomong-ngomong soal tuh cewek dia mirip banget sama kak Vero, jangan-jangan kembaran kakak lagi" celetuk Wendy tiba-tiba yang langsung diangguki seuljen
" Ah ngawur Lo" Vero
" Beneran kak mirip banget, cuma ya Lo versi galak kalau dia versi cewek-cewek feminim " Seulgi
" Emang dimana kalian berdua liat wajahnya terus siapa namanya?" Vero
" Di album angkatan, beneran kak mirip Lo. Namanya sooya" Seulgi
" Terus kalian udah sampai mana nanggepin masalah cewek itu?" Vero
" Itu dia kak kita bingung belum ada petunjuk-petunjuk yang kongkrit, tapi kayaknya kita bakal mulai dari anak-anak Drakula " Jennie
" Siapa lagi tuh?" Vero
" Mereka itu kayak Genk gitu tapi cuma 6 orang aja gak sampai yang banyak anggota gitu, tapi gak tau juga sih. Cowok yang di bar tuh yang Lo tonjok ketuanya anak-anak Drakula " Jennie
" Oh gitu ya, bisa jadi tuh akar permasalahannya emang dari sana, udah mendingan kalian istirahat aja, untuk masalah Sooya tar pikirin lagi jalan keluarnya " Vero menepuk pundak Jennie pelan sebelum beranjak pergi menuju kamar.
" Mulai besok kita selidiki anak-anak Drakula, gimana kalian siap?" Jennie
" Udah pasti, kita emang harus gerak cepet" Wendy
" Kayaknya mereka juga bakal ganggu kita, karena gue sempet nolongin Lisa pas mau dibawa si Juan" Jennie
" Udah gak papa kalau sampai tuh kupret macem-macem, kita kasih aja sama si pocica yang deket pos satpam" mendengar ucapan Seulgi barusan, Wendy kembali ingat dengan sosok pocong yang ada di pos satpam. Andai saja satpam sekolah tau mungkin beliau akan memilih resign dari pekerjaannya.
" Ngomong-ngomong serem ya tuh pocica, mana berdiri aja gak ngapa-ngapain " Wendy bergidik ngeri membayangkan sosok pocong yang pernah ia lihat
" Dah lah malah ngomongin hantu, makan aja yuk laper gue" Jennie berjalan kearah meja makan dan di sana sudah ada berbagai makanan.
" Bibi emang paling jago kalau masak" Wendy
" Mau diangetin dulu gak?" Jennie
" Udah makan ajalah gak terlalu dingin kok, pas ini" ketiganya makan terlebih dahulu tanpa menunggu Vero, lagipula Vero memang jarang makan tak heran kalau perawakannya lebih kecil dari Jennie.
Seorang pemuda sedang berkutat dengan laptop di pangkuannya, laptop itu sangatlah berharga karena banyaknya informasi di sana. Maka dari itu dia memastikan keamanan untuk laptopnya.
" Gak akan ada yang bisa nge hack laptop gue kalau gini, udah gue pastikan semuanya tersimpan dengan baik" pemuda itu adalah seseorang yang bisa menjadi kawan dan lawan. Untuk sekarang perannya adalah kawan, kawan dari musuhnya sendiri.
" Gara-gara rencana sialan Lo, sooya gue mati dan bakal gue pastikan kalau Lo yang berikutnya, Lo bakal nyusul sooya dengan cara yang sama" suara cekikikan terdengar dengan jelas, tentu saja pemuda gila itu pelakunya.
" Welcome to the hell brengsek, lawan mu bahkan lebih berbahaya"
Seperti biasa setelah pulang sekolah Lisa tak pernah keluar kalau tidak bersama sahabatnya atau Juan. Mengingat nama laki-laki itu Lisa kesal sendiri mengenai kebodohannya yang mau-maunya menerima Juan sebagai kekasihnya.
Mama Safira belum pulang beliau masih di luar kota jadi hari ini Lisa hanya sendirian di rumahnya. Memang ada art dan satpam tapi bukankah mereka berbeda? Ya meskipun ada mereka, Lisa tetap akan merasa sendirian.
Lisa yang sedang bersantai diruang tengah, mendadak mengalihkan perhatiannya dari drama yang sedang ditontonnya, ketika satpam membawakan sebuah paket untuknya.
" Dari siapa pak?" Lisa merasa heran karena seingatnya dia tak memesan apapun
" Saya kurang tau nona, tiba-tiba saja ada yang mengantarkannya, tanpa menyebutkan pengirimnya" sebenarnya Lisa ragu namun ia penasaran juga. Lisa membukanya pak satpam juga masih di sana, beliau takut terjadi sesuatu pada nona nya apalagi pengirimnya tidak jelas.
Lisa melemparkan kotak paket yang baru saja dia buka hingga isinya keluar. Didalamnya terdapat burung mati dan fotonya yang sudah penuh darah dari burung itu.
" Astaghfirullah nona, sepertinya ada yang tidak suka dengan nona" Lisa tak menanggapi apapun, dia masih penasaran dengan pengirimnya.
" Lain kali jangan diterima lagi pak" Lisa memutuskan untuk naik ke kamarnya dia masih tidak mengerti dengan apa yang barusan terjadi.
" Apa aku harus bercerita pada mama? Tapi aku takut mengganggunya" Lisa terus berpikir hingga entah kenapa pikirannya tiba-tiba saja tertuju pada seorang gadis bernama Jennie Kim. Sosok asing yang mampu mengganggu pikirannya.
Udah dulu ya guys jangan lupa votmen jaga kesehatan dan jaga pola makan kalian see you next time bye
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Melati Putih ( Secret)
Historia CortaSMA Melati Putih adalah SMA yang cukup populer dan penuh misteri.