Budayakan vote sebelum membaca! ✭
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
Prangg
"Astaghfirullahalazim!"
"Astaga... kenapa bisa pecah, sih?" lirih Gempa sembari membersihkan serpihan kaca dari bingkai foto yang jatuh.
"Eh? Ini kan foto kami bertiga saat kecil," gumam Gempa.
Entah kenapa tiba-tiba Gempa gelisah dan khawatir dengan kembarannya. Dia lalu melihat jam, ternyata sudah pukul 21.56. Terhitung sudah dua jam Halilintar pergi, tapi belum kembali sampai sekarang.
"Mereka kemana, sih?!" Gempa mengambil ponsel di saku celana nya lalu menelpon Halilintar.
Tutt
Tutt
Tutt
Tidak ada jawaban. Gempa pun menelpon Taufan, sama seperti tadi tak ada jawaban sama sekali.
"Astagfirullahalazim... tenang Gempa, tenang...." Gempa menghela nafas. "Pergi kemana kalian sebenarnya?"
≻───── ⋆✩⋆ ─────≺
"Ck! Dimana, sih?!" geram remaja beriris ruby karena tak kunjung menemukan gudang yang dimaksud.
Ponselnya mati karena kehabisan daya, jadi ia tak bisa menelpon Gempa. "Hah... Gara pasti khawatir saat ini, apa aku pulang saja? Tapi... eh?" ucapan Halilintar terhenti karena mendengar suara seseorang.
"Hiks... biarkan aku pergi... hiks... ini sakit..."
"Suara itu... seperti..." gumam Halilintar saat mendengar suara yang sangat ia kenali. "TAUFAN?!" lanjut nya.
Halilintar membuka helm yang sedari tadi ia pakai lalu berlari ke dalam gudang yang daritadi ia cari-cari.
Brakk
Halilintar menendang pintu gudang tua tersebut dengan keras sampai menghasilkan suara yang cukup besar.
"Dimana adikku, sialan?!"
Semua orang di lantai bawah langsung menciut karena takut. Bagaimana tidak? Halilintar kini lebih mengerikan dari biasanya. Nafas yang terengah-engah, mata ruby yang menatap semua orang disana tajam, dan suara yang penuh penekanan.
"Kalian bisu, ya? Kutanya pada kalian..." Halilintar melangkah lalu menarik kerah baju seseorang sampai orang itu ngeri dibuatnya.
"Dimana adikku?!"
Suara penuh penekanan itu membuat semua orang disana diam, sedangkan remaja yang Halilintar tarik kerahnya langsung memberitahu nya. "O-orang yang k-kamu cari ada d-di atas bersama dengan b-bos!" jawab remaja tersebut gelagapan.
Setelah mendengar jawaban dari pertanyaan nya itu, Halilintar langsung melemparkan orang tersebut ke sembarang arah yang membuat dia pingsan. Semua orang menatap Halilintar sambil bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Leaves Remain 🍃 (Slow Update)
Novela Juvenil--"Apakah kalian pernah berpikir bahwa kita seperti tiga daun yang tersisa di sebuah pohon besar?" --"Apa maksudmu, Al?" --"Iya, kak. Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti..." --"..." 𝑻𝒉𝒓𝒆𝒆 𝑳𝒆𝒂𝒗𝒆𝒔 𝑹𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 ~ ٭ 𝒃𝒚: 𝑵𝒂𝒆𝒗𝒂...