Harka dan zilia telah berada dalam ruang pribadi mereka. Tampak cahaya bulan memasuki kamar indah dan megah disambut dengan mewahnya lampu hias didalamnya.
Harka menendang pintu kamar pelan dengan kaki kananya hingga pintu itu tertutup yang sebelumnya kamar itu telah dibukakan oleh pak Dito untuk memudahkan tuanya masuk.
Harka menurunkan zilia dibibir tempat tidur, wajahnya terlihat cemas melihat kondisi zilia. Ia memeriksa sekujur tubuh zilia dimulai dari ujung kepala. Harka melihat rambut zilia sangat berantakan, ia mengelus kepala wanitanya dan merapikan rambut terurai zilia dengan jari-jari tanganya. Ia beralih ke telinga zilia dimana disana sebelumnya terlihat luka cakaran. Harka mendesir melihat luka di telinga wanitanya, sementara zilia menatap harka dengan rasa cinta dihatinya.
"Ini pasti sangat sakit baby, tunggulah sebentar". Harka bangkit dari berlutut menuju lemari besar, ia membuka lemari itu dan mengambil kotak obat dilemari atas dan kembali berlutut dihadapan zilia.
Harka mengobati telinga zilia dengan penuh hati-hati. Saat obat itu mengenai luka zilia, harka mendesir merasa sakit. Sementara zilia tidak merasakan apapun karena sekarang mata dan rasa tubuhnya dipenuhi dengan cinta. Ia menatap harka sangat dalam, belum pernah dirinya diperlakukan oleh siapapun selama bertahun-tahun. Sekarang dirinya benar-benar mendapatkan rasa cinta.
"Aku mencintaimu, suamiku. Benar-benar mencintaimu". Zilia meneteskan air mata hingga tetesan itu mengenai tangan harka yang sedang mengobatinya.
Harka melihat air mata ditangannya dan beralih secepat kilat memandang wajah zilia.
"Baby, hei. Apa sakit? Apa aku terlalu kasar mengobatimu hm?". Harka panik sambil memegang pipi kanan kiri zilia dengan kapas masih ditangan kanannya.
"Ah, tidak hubby, aku, aku hanya..."
Ucapan zilia terpotong sekaligus dirinya tersentak terkejut setelah mendengar teriakan harka.
"Oh my god!!!". Ucap harka yang secepat kilat memegang dan mengusap kedua kaki zilia yang telah diperban.
"Apa???" Kaget zilia dengan penuh tanya.
Harka memandang zilia, wajahnya betul-betul penuh dengan penyesalan, ia memeluk zilia kemudian memegang kedua tangan zilia.
"Baby, maafkan aku. Aku memperburuk luka dikakimu baby, shit kau harka!!". Harka menampar wajahnya dengan kuat membuat zilia menghentikan aksinya itu.
"Hubby, please stop! What happened?" Zilia berusaha memegangi tangan harka
"Saat aku pertama kali melihat wanita-wanita sialan itu, aku menurunkan mu dari gendonganku, dan aku membiarkanmu berdiri dengan luka ini, sorry baby"
Zilia mengingat momen itu, ya memang harka menurunkanya. Tapi itu juga karena zilia ingin turun. Sebenarnya zilia tidak terlalu kesakitan saat itu karena begitu kaki zilia turun ia langsung berpegangan pada meja dekat vas bunga yang dipecahkan harka. Dan kaki yang terluka disebelah kanan, dimana kaki kirinya masih bisa menopang tubuhnya.
Setelah mengingat itu, zilia menatap harka dengan tersenyum. Ia memegang kedua pipi harka agar pria itu menatapnya.
"Aku baik-baik saja hubby. Lihat kakiku (sambil menunjuk kaki kananya), dia masih seperti saat dirumah sakit. Tidak ada luka selain bekas operasi, perbanya juga masih baik-baik saja".
" No baby, kamu tidak baik. Aku akan memanggil Alex". Harka bangkit dan mengambil hp didalam kantung jasnya. Ia ingin menghubungi seseorang, namun zilia menahannya.
"Kakiku baik bi, please dengarkan aku, atau aku betul-betul melukainya sekarang!". Pinta zilia mulai kesal. Dirinya sudah berani menunjukan wajah tidak senangnya dihadapan harka, bersyukurlah dirinya karna harka membiarkan sikapnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Ingin Hidup
Romancepreety elizabeth Brazilia, biasa di panggil zilia merupakan wanita berumur 20 tahun yang baru memasuki perkuliahan di semester 4 pada salah satu universitas indonesia. awalnya Zilia anak dari konglomerat. Namun kebahagiaan dan keceriaanya musnah set...