22. Break Up

39 2 0
                                    

Eumji terkejut saat memasuki rumah. Ia melihat Jin yang tiduran di lantai bersandar di sofa. Di meja depan lelaki itu terdapat beberapa botol alkohol. Ini pertama kalinya Eumji melihat Jin mabuk di rumah.

"Noona, akhirnya kau pulang. Maaf karena membuat berantakan tempat bermain Yeori." Ucap Yoongi yang datang dari arah dapur. Laki-laki itu membawa lap untuk membersihkan alkohol yang sedikit tumpah di meja dan remahan camilan. Setau Eumji, Yoongi tidak minum dan jika dilihat dari penampilannya, laki-laki itu masih 100% sadar, itu berarti semua botol yang ada di meja diminum oleh Jin.

Eumji mengetikkan sesuatu di ponselnya sebelum di tunjukkan ke Yoongi.

[Biar aku saja yang membereskannya , Yoongi.]

"Tak apa noona, aku yang memberi ide untuk melakukan ini. Setidaknya biarkan aku membereskan kekacauan yang kami buat." Eumji akhirnya mengangguk. Membiarkan Yoongi membereskan ruang tengah.

"Oh, apa aku harus membantu hyung pidah ke kamar? Sepertinya dia tidak akan bangun sampai besok pagi." tanya Yoongi setelah selesai membuang sampah dan mencuci lap di wastafel.

Eumji terdiam untuk berpikir, masalahnya adalah, kamar mereka bersama dengan Yeori, bukan ide yang bagus membiarkan Jin yang bau alkohol untuk tidur di samping putrinya. Jadi Eumji menggeleng.

[Yeori akan bingung jika melihat appanya begini.]

Benar, alasan Yoongi tetap di rumah Jin sampai Eumji pulang pun karena takut Yeori terbangun dan bingung melihat ayahnya yang mabuk.

"Baiklah, kalau begitu aku akan pulang."

Eumji mengangguk, mengucapkan terima kasih dengan bahasa isyarat.

Setelah mengantar Yoongi sampai depan pintu, Eumji kembali ke dalam dengan helaan napas. Tentu saja selama tinggal bersama Eumji pernah melihat Jin pulang dalam keadaan mabuk, biasanya setelah menghadari party rekan kerjanya atau setelah berkumpul bersama member grupnya. Tapi untuk pertama kalinya Jin minum di rumah, saat ada Yeori pula. Ia tidak tahu apa alasan lelaki itu tapi mabuk di rumah, apalagi di ruang tengah tempat Yeori biasa main, tapi Yeori tidak menyukai ini. Harusnya Jin lebih berhati-hati, bagaimana kalau Yeori terbangun dan melihat ayahnya dalam keadaan begitu. Juga, bau alkoholnya pasti masih tertinggal.

Saat Eumji ke dapur untuk makan, karena seharian ini ia belum sempat makan, tangisan Yeori membuatnya refleks berhenti mengambil makanan. Ia menemukan putrinya yang berdiri di depan pintu kamar dengan mata basah berair dan isakan tangis.

Yeori mendekati putrinya. Membawa Yeori dalam gendongannya.

"Mama ma." Eumji mengangguk, mengusap berulang punggung Yeori agar berhenti menangis.

"Pappapa. Pa ppapa." ucap Yeori sambil menunjuk Jin yang tertidur di sofa, Yoongi yang memindahkan Jin dari lantai ke sofa sebelum pulang tadi.

Lagi-lagi Eumji hanya bisa mengangguk. Ia tidak bisa memberikan penjelasan secara verbal pada putrinya, dan Yeori jelas belum bisa mengerti bahasa isyarat. Saat-saat seperti inilah Eumji merasa bersalah pada putrinya.

"Papappa bobobo?" Eumji mengangguk lalu mencium pipi basah putrinya.

"Bobobbo papappa. Bobbo boo na." Yeori kembali menunjuk ruang tengah, mengajak Eumji mendekati appanya. Eumji menggeleng. Tidak mungkin ia membiarkan putrinya tidur bersama Jin saat ini. Tapi Yeori justru kembali memangis.

Jika terbangun di malam hari, biasanya memang Jin yang menemani Yeori. Jin akan membacakan dongeng, bercerita random, bernyayi, bahkan pernah laki-laki itu mengajak Yeori menonton bola bersama.

Eumji menyentuh dadanya, mencoba menekankan dengan gerakan bibir dan berbicara semaksimal yang ia bisa. "Bo bo eom-ma...ne?"

Yeori menggeleng, mencoba berontak dari gendongan Eumji masih dalam kondisi menangis. "Apappapa. No no mammama. Bobobo papapa naa!"

Special LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang