Bab 20 : That Feelings

1.4K 17 0
                                    

"Non Kenza?" Ucap Bi Eli membuka matanya secara perlahan. Ia menemukan gadis itu duduk di samping ranjangnya.

"Bi Eli. Syukurlah, Bi Eli udah bangun" Ucapnya tersenyum sambil mengusap punggung tangan wanita tua yang terbaring diatas ranjang itu.

"Ini dimana, Non?" Ucapnya dengan suara sedikit serak. Pandangannya menyapu seluruh ruangan. Matanya menyipit saat menatap lampu terang diatas kepalanya.

"Bi Eli lagi di rumah sakit. Tadi, pihak rumah sakit telfon katanya Bi Eli jatuh pingsan di pinggir jalan. Syukurlah, Bi Eli nyimpen nomor Kenza di dompet Bi Eli" Jelas Kenza menatap wanita itu.

"Ya Tuhan..Maaf, Non Kenza. Saya jadi ngerepotin, Non" Ucap Bi Eli disusul dengan batuk-batuknya.

"Nggak apa-apa kok, Bi. Bi Eli minum dulu ya?" Ucap Kenza mengambil segelas air yang berada di atas nakas dekat ranjang

Kenza sedikit mendudukkan tubuh wanita tua itu. Satu tangan Kenza menahan punggung Bi Eli. Lalu, Menuntunnya untuk meminum air putih itu. Bi Eli sedikit terbatuk lalu kembali berbaring.

Kenza kembali meletakkan gelas itu diatas nakas. "Bi Eli istirahat lagi dulu aja ya" Ucapnya tersenyum.

Bi Eli tersenyum. "Non Kenza kesini sama siapa?" Tanyanya.

"Kak Jeffrey. Dia sedang membeli makanan dan juga minuman, Bi. Sebentar lagi Bu Vanya segera kemari" Ucap Kenza kembali duduk di sebuah kursi lipat di disamping ranjang itu.

"Ah, Anakku. Pasti dia khawatir" Ucap Bi Eli dengan raut wajahnya yang cemas.

"Bi Eli tidak usah khawatir soal itu. Kenza sudah menjelaskan di telfon kalau Bi Eli hanya kecapekan saja" Ucap Kenza menenangkan wanita itu.

"Tadi kata dokter, Bi Eli harus istirahat yang cukup untuk beberapa hari kedepan. Jadi, Bu Vanya yang akan menggantikan Bi Eli di rumah" Lanjutnya.

Bi Eli menganggukkan kepalanya. "Terimakasih ya, Non" Ucapnya lembut.

Kenza menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Rupanya Jeffrey dan juga Bu Vanya yang hendak masuk. Jeffrey mempersilahkan Bu Vanya untuk lebih dulu masuk ke dalam ruangan diikuti Jeffrey yang menutup pintunya. Terlihat Bu Vanya sedikit menundukkan kepalanya tanda terimakasih.

"Tadi kami bertemu di jalan" Ucap Jeffrey sambil menghampiri gadis itu lalu mengelus kepalanya.

"Kak Jeffrey istirahat dulu aja ya? Pasti capek" Ucapnya disertai anggukan Jeffrey. Lalu pria itu duduk di sofa panjang tak jauh dari ranjang Bi Eli. Ia meletakkan makanan itu di meja sana.

Kenza segera beranjak dari duduknya. Lalu, Ia mempersilahkan Bu Vanya untuk duduk dikursi itu agar bisa berbincang dengan sang Ibu. Bu Vanya terlihat tersenyum pada Kenza dan duduk di kursi itu. Kenza tetap berdiri di sebelahnya.

"Ibu..Gimana keadaan Ibu sekarang? Mana yang sakit?" Ucap Bu Vanya dengan penuh kekhawatiran.

Bi Eli memegang tangan anaknya itu. Bermaksud menenangkannya. "Tidak apa-apa. Ibu hanya kecapean saja" Ucapnya.

"Ibu..Kan aku udah bilang kalau makan yang teratur. Ibu kan punya riwayat lambung, Bu" Ucapnya.

"Iya...Sudah, Nak. Ibu tidak apa-apa" Ucapnya.

"Ibu tuh susah kalau dibilangin. Pokoknya setelah ini biar aku yang gantiin ibu sementara. Ibu istirahat di rumah ya, Bu?" Ucapnya dibalas anggukan Bi Eli.

Bu Vanya tersenyum. "Makasih ya, Non Kenza dan Tuan. Sudah menolong Ibu saya" Ucapnya menoleh ke arah Kenza dan Jeffrey secara bergantian.

"Itu memang sudah kewajiban kami, Bu Vanya. Malahan, saya yang harusnya berterima kasih karena Bi Eli senantiasa membantu kami" Ucap Jeffrey sedikit menundukkan kepalanya sekilas.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang