Bab 24 : Trust Me

975 13 0
                                    

Jeffrey bisa merasakan genggaman tangan gadis itu terlepas. Ia menoleh ke belakang dan menemukan Kenza sudah agak jauh darinya. Ia melihat seorang pria mengambil alih tangannya dengan cepat.

Pria itu memanfaatkan celah diantara penonton dengan cepat. Ia terlihat mengarahkan Kenza ke arah yang berbeda dari tempat Jeffrey berdiri. Hal itu membuat Jeffrey kesulitan menemukan jalur yang tepat untuk mengejar mereka.

"Shit! Kenza!" Umpatnya saat melihat hal itu.

Langkah kaki Jeffrey langsung menyusul gadis itu. Namun, penonton yang bergerakgerak dan juga kegaduhan di sekitar membuatnya sulit menyusul mereka. Bahkan, sekarang Jeffrey sudah tak bisa melihat jejak Kenza. Ia kehilangan jejaknya.

"FUCK!"

Dengan cepat Ia menyingkirkan kerumunan yang menghalangi jalannya. Orang-orang meliriknya dengan heran. Ia terus memanggil-manggil nama gadis itu, akan tetapi suaranya tetap saja tak dapat terdengar. Jeffrey terus berusaha maju sampai pada akhirnya Ia berhasil keluar dari kerumunan itu. Hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Sialan" Ucapnya sambil memijat pelipisnya. Ia kehilangan gadis itu. Wajahnya sangat khawatir. Matanya menyapu sekitar tapi Ia tak menemukan Kenza. Ia merogoh ponsel di saku celananya. Disitu Ia membuka aplikasi yang menunjukkan dimana keberadaan gadis itu. Benar saja Ia dapat melihat posisi Kenza sekarang.

"KAK JEFF!" Panggil seorang gadis yang tak lain adalah Jennifer. Ia berlari ke arah Jeffrey dengan napas yang terengah-engah. Kemudian, disusul dengan Galvin.

"Tadi gue liat Kenza dibawa sama Jackson. Tapi, gue kehilangan jejaknya. Gue yakin banget itu Jackson"

"Shit.." Umpat Jeffrey.

"Kamu tau lokasi ini?" Tanya Jeffrey menyodorkan ponselnya kepada Jennifer.

Jennifer mendekatkan dirinya pada Jeffrey. Dengan melihat peta yang ditunjukkan pada ponsel Jeffrey Ia tahu dimana itu berada.

"Ini di gedung E, Kak. Di belakang panggung" Ucap Jennifer menjawab pertanyaan Jeffrey.

"Kita nggak mungkin kalau ngelewatin kerumunan itu lagi" Lanjut Jennifer.

Ya. Jeffrey tadi berjalan menuju keluar gerbang, tempat dimana Ia pertama kali masuk tadi. Padahal, tadi Ia melihat pria itu membawa Kenza mengarah ke keluar gerbang. Sialan, pria itu mengelabuinya.

"What the fuck.." Umpatnya lirih.

"Terus jalan mana yang bisa kita lewati?" Ucap Jeffrey menatap gadis itu.

"Sebenernya ada jalan lain. Kita bisa ngelewatin sisi kanan lokasi panggung ini. Cukup memakan waktu lama karena jaraknya yang jauh. Tapi, itu lebih baik daripada harus melewati kerumunan itu lagi" Jelas Galvin disusul dengan anggukan Jennifer.

"Baiklah, kita pergi kesana sekarang" Ucap Jeffrey lalu melangkahkan kakinya diikuti dengan Galvin dan juga Jennifer.

Ia berlari menuju gedung E dengen tergesa-gesa. Bahkan, Galvin dan juga Jennifer sulit menjangkau langkah kaki pria itu. Sekarang, pikiran Jeffrey benar-benar kacau. Ia sudah memikirkan hal yang tidak-tidak pada gadis itu. Sedari tadi Ia terus mengumpat dalam hati dan menyalahkan dirinya.

Setelah berlari-larian, akhirnya Jeffrey sampai di belakang gedung itu. Disana Ia hanya menemukan tas dan juga topi Kenza yang tergeletak di atas tanah. Ia tak menemukan gadis itu disana.

"Sial..." Umpatnya lirih lirih sambil meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya. Lalu mengacak-acak rambutnya.

"Kita terlambat?!" Ucap Jennifer yang baru datang dengan napas yang tersengal-sengal begitu juga Galvin.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang