26. Berhenti untuk jatuh cinta pada gadis seperti ku

13 5 21
                                    

26

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

26. Berhenti untuk jatuh cinta pada gadis seperti ku


Apa yang kamu lihat dari gadis seperti ku? Berhenti mencintai ku karena aku hanya akan menjadi luka paling nyata untukmu.

-Thanisa Sheika Rania-

"Thanisa..." Suara lembut memecah keheningan di ruang rawat, menggiring Thanisa keluar dari lamunannya. Dia melihat seorang wanita paruh baya memasuki ruangan dan mendekat ke arah ranjangnya. Senyuman manis langsung terukir di wajah Thanisa saat dia mengenali sosok itu.

"Ma," bisik Thanisa dengan getaran di bibirnya, matanya berkaca-kaca saat wanita itu semakin mendekat. "Aku rindu banget sama Mama." Thanisa mengahmburkan dirinya ke dalam pelukan hangat wanita itu tanpa ragu.

Wanita itu memeluk Thanisa dengan erat, dan tiba-tiba suara isakan terdengar dari bibirnya. Air mata mengalir di pipinya saat dia mengelus lembut rambut dan punggung Thanisa. "Ada apa, Nak? Apa yang membuatmu sakit?"

Thanisa terdiam, tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun, dan dia tetap berada dalam pelukan wanita itu. Andai saja Thanisa bisa menjelaskan bahwa rasa sakit yang dia rasakan bukanlah pada fisiknya, melainkan dalam kehampaan batinnya.

Thanisa menghela nafasnya dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Sumber luka aku kembali, Ma. Kenapa mereka harus kembali di saat aku udah merasa bahagia tanpa adanya mereka dalam hidup ini," Thanisa melepaskan pelukannya terhadap wanita itu. "Tanpa rasa bersalah mereka hadir kembali dan merusak semuanya lagi." Sambung Thanisa.

Wanita itu mengangguk, ia mengerti sekali apa yang di rasakan oleh Thanisa. Tangannya tergerak untuk menghapus air mata yang jatuh di pipinya lalu ia berkata. "Nak... Gak akan ada habisnya kalau hidup terus-terusan di atas rasa amarah dan dendam yang terus memuncak. Gak akan ada masa redanya, dia akan terus menjadi panas yang terbakar bara api," Wanita itu mengelus lembut rambut Thanisa. "Antara kamu ikhlas atau kamu lebih memilih tidak peduli pada rasa sakit yang selama ini kamu genggam." Sambung wanita itu lagi.

"Rasanya hidup aku mulai penuh luka saat perempuan yang berperan sebagai ibuku berulah, Ma. Dia pergi dengan alasan yang sampai saat ini jika aku mengingatnya maka aku akan kembali menangis."

Wanita itu mengangguk, kemudian ia menarik kursi yang berada di dekat ranjang dan duduk di samping Thanisa. Thanisa kembali merebahkan dirinya di ranjang, sedangkan air mata terus berderai membasahi pipinya.

Wanita itu meraih tangan Thanisa dengan lembut, mengelus lembut punggung tangan miliknya. "Kamu masih memiliki Mama, Papa Alex, Alva, dan Sakti yang akan menjadi keluargamu, Than. Kamu gak sendirian di dunia ini. Kami akan selalu ada dalam hidupmu, mendukungmu, dan mencintaimu sepenuh hati."

Air mata Thanisa semakin deras mengalir saat mendengar kata-kata tersebut. Rasanya begitu mengharukan baginya, bahwa orang-orang di sekitarnya dengan tulus peduli dan siap menjadi keluarganya. Bagaimana mungkin orang lain bisa memberikan peran keluarga yang seharusnya diberikan oleh keluarganya sendiri.

Thanisa melampaui nestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang