Happy enjoy to read my story.
To appreciate my work!
Don't forget to leave a trace by voting!
16|HANYA SEDIKIT KHAWATIR
“Dunia ini bagaikan sebuah buku,dan manusia tidak berpetualang hanya dengan membaca satu halaman.”
***
Kota besar yang di kenal dengan kemacetan dimana-mana. Para penghuni bumi atau lebih tepatnya manusia,mereka kini sudah tidak berkutat dengan yang namanya menunggu. Menunggu disaat macet sungguh membuat sebagian dan juga bisa seluruh manusia jengah.
Biru langit dilengkapi oleh matahari yang setia bersinar dan juga gumpalan awan yang tadinya berwarna putih,kini menggelap menjadi awan hitam.Suara besar dari langit luas menggelegar di penjuru bumi Jakarta. Seakan ada yang sedang marah di atas sana,lampu rambu lalu lintas sudah berganti menjadi merah lagi,menandakan bahwa saatnya untuk berhenti. Beberapa polisi jalanan sedang mengarahkan mobil dan motor agar tidak terjadi kemacetan seperti tadi.
Suara peluit yang amat keras ditiup oleh salah satu polisi,kedua lengan mereka bergerak memberi arahan kepada para pengendara. Dengan seragam polisi lengkap,juga rompi khusus. Perawakan mereka sangat tegas, sepertinya tidak akan ada pengendara ugal-ugalan yang lolos dari tatapan maut mereka.
Ya,benar,tidak ada yang bisa lolos dari pengawasan tiga polisi itu. Baru saja beberapa menit lampu berubah menjadi merah,sudah sekitar tiga motor kena tilang dikarenakan melanggar aturan lalu lintas. Dan juga,termasuk Laras dan Harris. Kedua individu itu terkena tilang karena Harris tidak mengenakan helm,dengan terpaksa dan perasaan yang tidak ikhlas,Harris menyerahkan kunci motornya.
Dua polisi yang sedang menilang sepasang kekasih itu tidak menanyakan perihal kartu-kartu penting dalam berkendara.
Lalu,terlintas di otak Laras yang bersih dari kuman dan kotoran,sebuah ide cemerlang agar kunci motor Harris tidak dijadikan jaminan dan tidak di tahan oleh pihak polisi. Dengan keberanian yang lumayan besar,gadis itu membuka suara."Pak, bukannya para pengendara harus membawa kartu penting? Seperti? SIM?" Tanya Laras berusaha tenang. Baru kali ini ia berurusan langsung dengan polisi.
"Ya,benar." Jawab salah satu polisi yang bertugas mengatur lalu lintas.
"Mengapa anda tidak bertanya,apakah lelaki ini membawa kartu itu?" Ucap Laras tegas.
"Maaf,saya melupakan hal itu karena terlalu fokus pada tugas yang diberikan oleh komandan." Ujar sang empu dengan nada merendah.
"Riss? Lo bawa kartu SIM sama STNK kan?" Tanya Laras melirik ke arah laki-laki di sampingnya yang tampak gundah.
"Ya,ini gue bawa." Jawab Harris tak berbohong,ia mengeluarkan dua kartu penting dari dalam dompet kulit pria.
"Kalau begitu,ini kunci motor anda. Jadi,kalian bisa pergi tapi harus membayar pajak." Ucap polisi itu menyerahkan kunci motor milik Harris.
Lelaki berumur 18 tahun itu menghela nafas lega. Ia beruntung memiliki gadis seperti Laras. Karena terkena tilang oleh polisi,otak Harris blank,dan tidak bisa berpikir jernih.
Laras memang pintar mengatasi situasi,tapi,kalau mengatasi tugas sekolah,ia akan meminta bantuan Harris."Terima kasih atas kerja samanya." Ucap gadis itu menunduk sopan.
"Terima kasih kembali." Sahut polisi itu kemudian fokus kembali pada tugasnya.
Wajah Harris tersenyum sumringah, matanya tidak berpaling dari wajah gadis yang ada di sampingnya. Lelaki itu menatap Laras dengan tatapan dalam dan penuh arti, lengannya bergerak mengelus surai coklat.
Mereka berdua membelah jalanan seraya berjalan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA HARRIS
Ficção Adolescente"HARGAI HIDUPMU SELAMA MASIH BERNAFAS." -Harris Mahendra Anggara . *** Dia Harris,lelaki yang merasa dirinya hidup di sekitar orang asing,dikelilingi oleh banyak musuh yang tersebar luas. Tidak suka di atur,di usik,dan juga di bantah.Harris Mahendr...