Bagian 29

17.9K 1K 93
                                    

"Adek?" panggil Jendral lembut sesaat setelah isak tangis Nana menusuk ke telinganya.

Apa Jendral membuat kesalahan di momen spesial ini sehingga sosok cantik didepannya sampai menangis seperti itu.

Buket bunga mawar yang sejak tadi ia pegang, Jendral letakkan di meja terlebih dahulu beserta kotak cicinnya yang sudah ia tutup kembali.

"Adek? Sayang kenapa malah nangis kayak gini? Mas ada salah sama Adek?" tanya Jendral berusaha berbicara selembut mungkin.

Sembari kembali ke posisi berlututnya di depan Nana, diraihnya tangan sang adik agar Jendral bisa melihat dengan jelas wajah kesayangannya itu.

Kini kedua tangan Nana digenggam sembari diusap lembut punggung tangannya dengan ibu jari Jendral.

"Sssttt... Jangan nangis, Sayang. Maaf kalau Mas ada salah ya..." bujuk Jendral karena Nana masih enggan membuka suara. Jejak air mata sang adik Jendral hapus dari pipi lembut itu.

Tapi yang ia dapatkan selanjutnya adalah sebuah pelukan hangat, Nana memeluk lehernya sembari menggumam,

"A-Adek pikir cuma Adek sendirian yang cinta sama Mas. Adek juga rindu banget kalau gak jumpa Mas seharian, Adek juga pengen bareng-bareng sama Mas terus sampe meninggal nanti." ungkap Nana.

Nana tadi menangis karena tak menyangka kalau Masnya juga memiliki rasa cinta yang sama dengannya. Ternyata selama ini mereka saling mencintai, dan Nana lebih tak menyangka lagi karena Masnya malah langsung melamarnya untuk menjadikannya istri.

Padahal Nana pikir setidaknya ia bakal diminta jadi kekasih dulu eh ternyata Nana memang diminta untuk menjadi kekasih abadi yang akan menemani Jendral sehidup semati alias langsung dilamar untuk menjadi istri sang kakak.

Terharu dan bahagia jelas Nana rasakan sampai membuatnya tak mampu membendung air matanya lagi. Sengaja Nana menutup wajahnya yang berantakan air mata itu karena sedikit malu telah merusak momen romantis mereka.

Sedangkan Jendral, senyumnya langsung merekah sempurna mendengar ocehan panjang lebar sang adik di sebelah telinganya. Perutnya terasa geli seperti dipenuhi kupu-kupu sedangkan dadanya terasa hendak meledak sangking bahagia hatinya akan ungkapan balasan dari Nana.

Sosok yang lebih tua itu merenggangkan pelukan mereka, "Jadi? Adek mau kan nikah sama Mas?" tanya Jendral memastikan.

"Eung!! Adek mau~" Nana mengangguk ribut. Senyumnya juga terulas lembut melihat wajah bahagia Mas-nya.

Mereka kembali berpelukan hangat sebagai ekspesi kebahagian karena semuanya berjalan dengan apa yang mereka inginkan. Perlahan, hubungan mereka akan semakin erat seiring langkah menuju ke jenjang yang lebih serius.

"Cincinnya Maas~" rengek Nana tak sabar.

"Ah iya, cincinnya." gumam Jendral. Ia pun kembali membuka kotak kecil tersebut dan langsung memasangkannya di jari manis Nana yang sebelah kiri.

Jendral sempatkan mengecup cincin yang sudah tersemat di jari si kesayangannya itu dan tak lupa pula ia mengecup punggung tangan Nana membuat si empunya langsung merona malu mendapatkan perlakuan semanis ini dari sosok lelaki tampan yang sebentar lagi akan berstatus sebagai suaminya.

***

Malam yang semakin larut membuat Jendral harus membawa Nana ke kamar agar calon istri beserta anak mereka tidak sakit terkena angin malam.

Dan di sinilah mereka, kembali bercengkrama di atas tempat tidur.

Si Cantik baru selesai Jendral mandikan dengan air hangat setelah beraktivitas seharian di luar, dan sekarang sosok yang lebih muda tersebut tengah ia pangku sementara Jendral sendiri duduk bersandar ke headboard.

Mas Jendral |[NOMIN]| {END} ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang