47. PASAR MURREN

1.7K 152 7
                                    

“Axel bolehkah aku melihat pertunjukan cello itu sebelum berbelanja?” tanya Chai saat Vincent barusaja menghentikan mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Axel bolehkah aku melihat pertunjukan cello itu sebelum berbelanja?” tanya Chai saat Vincent barusaja menghentikan mobilnya.

“mari kita melihat bersama kak.” ajak Tristan dan manik Chai semakin berbinar.

Mereka turun dari mobil dan mendekati pengamen jalanan yang tengah memainkan instrumen musik klasik itu. Chai menautkan tangan, menatap penuh kagum sebab alunan yang begitu membuai.

“kau suka?” tanya Axel menyadari ekspresi gembira pujaannya.

“iya, aku suka…” jawab Chai menengok sekilas memamerkan senyum manisnya.
“aku kagum dengan orang-orang yang bisa bermain alat musik. Karena musik tidak dimainkan oleh sembarang orang, hanya orang yang memiliki bahasa kalbu mendalam yang dapat menyampaikan makna disetiap nadanya. Sama seperti kegiatan melukismu.” Chai kembali menoleh dan Axel tersenyum.

“kakak sering mendengarkan musik?” tanya Tristan.

“tidak, karena di pavilliun tidak ada radio seperti dirumah Axel. Jadi aku mendengarkan musik hanya saat pesta-pesta besar atau saat perayaan hari lahirnya papa. Alunan musik akan terdengar hingga tengah malam dan aku akan mendengarkan dibalik jendela pavilliun.” jelas Chai tersenyum getir.
“tapi sekarang aku senang bisa mendengarkan musik seperti ini bersama kalian.”

Tiga orang didekat Chai itu ikut tersenyum seolah kebahagiaan yang Chai rasakan menjalar disekitarnya.

“Xel… kau tau toko guci di ujung sana bukan?” tanya Vincent dan tiga orang disekitarnya mengalihkan pandangan.

“milik wanita tua dari Jerman itu?”

“iya… bisa temani aku kesana? Ada guci antik yang ku incar.”

“tapi…” ucapan Axel menggantung dengan netranya yang menatap Chai.

“aku akan menjaga kak Chai… tolong temani dia kak, aku bosan setiap jam harus mendengarnya membicarakan guci itu.” ujar Tristan.

“pergilah… aku juga ingin jalan-jalan hanya dengan Tristan.” sambung Chai dan Axel mengangguk, meraih kepala Chai lalu mengecupnya singkat.

“jangan terlalu jauh, aku akan segera kembali.” Chai menyenggut tersenyum dan menatap dua pria itu yang mulai melangkah menjauh.

Chai meraba saku mantelnya lalu merogohnya satu persatu dan tidak menemukan sesuatu yang dicari.

“AX…”

“ada apa kak?” sela Tristan mencengkram ringan lengan Chai membuat lelaki cantik mengurungkan niatnya.

“ak…aku lupa meminta uang.” Tristan terkekeh lalu memberikan beberapa uang logam pada Chai dan Chai menatap Tristan penuh tanya.

“pakai saja.” 

“tapi…”

“anggap saja pinjaman, nanti aku akan menagihnya pada kak Axel.” Chai tersenyum lalu mengangguk penuh semangat.

DESTINY || JOONGDUNK🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang