Happy enjoy to read my story.
To appreciate my work!
Don't forget to leave a trace by voting!
17| HAL YANG WAJAR
“Jangan terlalu mengambil perasaan,bisa saja itu hanya rasa kasihan.”
—Harris Mahendra Anggara.
***
Di kediaman keluarga Permata.
Rumah mewah nan megah terpampang sempurna di atas tanah yang hampir berjejeran dengan rumah lainnya.
Rumah dengan desain modern berwarna putih menambah kesan elegan,lalu ada sebuah ruangan khusus untuk berenang,karena di ruangan itu terdapat satu kolam renang berukuran besar,dihiasi lampu-lampu yang bergelantungan dan menempel pada sebuah dinding.Lukisan-lukisan dari seniman terkenal juga mempunyai ruangan tersendiri,rumah ini sengaja di desain besar. Karena bagi orang tua Dewi,semakin mewah rumah,semakin di anggap tinggi oleh para rakyat jelata.
Terdapat lima kamar di rumah ini. Dua kamar untuk Dewi dan adiknya,satu kamar untuk kedua orang tuanya,dua kamar untuk asisten rumah tangga,dan satu kamar untuk tamu. Sofa dengan motif putih polos terkesan senada dengan desain rumah ini. Ada banyak ruangan yang hanya diketahui oleh penghuni rumah ini,yaitu Dewi,kedua orang tuanya,adiknya,dan asisten rumah tangga. Selebihnya,jika ingin tahu,maka harus bertanya karena mereka tidak ingin terlalu mengumbar-ngumbar kekayaan.
Dewi Permata Indah. Perempuan itu kini sedang berada di kamarnya yang terletak di lantai dua. Ia mendongak menatap langit-langit kamarnya dengan nuansa putih. Dirinya sedang duduk di bibir ranjang.
Dengan jurus jitu,ia berlari kecil meraih handphone miliknya dengan casing Barbie.
"Halo?"
"Lo sibuk ngga?"
"Ngga sih,kenapa?"
"Nongki kuy. Gabut nih."
"Hujan gini,enak juga,oke deh,entar gue kabarin Talita."
"Sip!"
Panggilan Berakhir.
Dewi mematikan sambungan telepon secara sepihak. Ia bergegas meraih tas selempang kulit berwarna merah muda.
Lalu mengganti pakaian karena merasa bosan. Seenak ini kah? Menjadi orang kaya?Sebelum ia berangkat pergi dari rumah menuju kafe tempat ia dan teman-temannya berkumpul bersama seraya mengobrol.
Dewi membuka lock screen di handphone miliknya.
Memandangi foto Harris dengan tatapan lekat. Lalu mencium foto itu dengan brutal."Harris,Harris, sebentar lagi,lo bakal jadi milik gue." Gumam Dewi menyudutkan bibirnya.
Dewi menuruni setiap anak tangga dengan keadaan mood yang baik sangat bagus.
"Kemana?" Tanya Rio Febrian —Adik kandung Dewi. Mereka hanya selisih satu tahun. Memiliki netra hitam, berpostur tubuh lumayan tinggi, berkulit kuning langsat,dan juga merupakan ketua OSIS di SMA High School.
"Kafe,mau ngumpul sama temen-temen gue." Jawab Dewi santai tanpa menoleh sedikitpun ke arah Rio.
"Hujan gini?"
"Berisik lo. Bye!"
Rio terkekeh kecil mendengar respon sang kakak. Ia tak menganggap serius ucapan kakaknya itu,karena memang begitu bahasa mereka jika berbincang-bincang bersama.
Laki-laki berumur 16 tahun itu memperlihatkan gerak-gerik Dewi,tidak ada yang mencurigakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA HARRIS
Ficção Adolescente"HARGAI HIDUPMU SELAMA MASIH BERNAFAS." -Harris Mahendra Anggara . *** Dia Harris,lelaki yang merasa dirinya hidup di sekitar orang asing,dikelilingi oleh banyak musuh yang tersebar luas. Tidak suka di atur,di usik,dan juga di bantah.Harris Mahendr...