10

195 31 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



👻👻👻

"Kenapa lo lakuin itu GITAAAA AA!" Kathrin Sudah mengamuk tak karuan, memukul tubuh Gita berulang kali karena dirinya sudah amat sangat gila.

Susah payah dia melindungi Marsha agar tetap hidup tapi dengan gampangnya Gita melenyapkan nyawa anak berusia 16 tahun itu, memori Kathrin terlempar pada situasi dirinya putus asa, bagaimana tekanan tekanan terus ia dapat sampai memutuskan untuk bunuh diri berharap ingin tenang tapi beginilah akhirnya?

Kathrin ingin tenang tapi hukuman ini terlalu berat untuknya. Harusnya seberat apapun masalah ketika ia hidup, apapun keadaanya ia tidak boleh mati di tangan sendiri. Gadis itu terus saja mengutuk karena merasa semuanya tidak adil.

"Maafin gue Kath.. gue juga gak bisa ngendaliin diri gue, gue juga gak mau ngelakuin itu."

"Mangkanya jangan jadi pembunuh sialan!"

"Kath?" Ucap Gita terdengar dingin terlihat dari kerutan di dahi nya, sedikit terkejut mendengar ucapan yang di lontarkan oleh Kathrin. Apakah begini cara menyikapi masalah?

Jika Kathrin tak ingin menyaksikan kematian lagi begitupun Gita yang tidak mau menjadi pembunuh. Semuanya sama, hanya saja Gita yang harus bertugas menjadi orang jahat.

"Kalo semuanya harus ngikutin apa mau lo, lo egois Kath... lagian kita sama sama ngejalanin hukuman, Gue emang gatau susahnya jadi lo tapi di posisi gue juga gak gampang" Gita berniat meninggalkan Kathrin tapi kedatangan Master Indah mencegahnya, sosok itu memberi gestur mata ke arah sofa, untuk tidak pergi begitu saja.

"Boleh saya minta kalian duduk dulu?"

Keduanya menurut duduk, tentu saja dengan jarak yang berjauhan. Master Indah hanya berdehem kecil, mengamati keduanya seksama.

"Di lihat dari emosi kalian saja sudah terlihat jika belum sama-sama ikhlas, sudah menyesal?"

"Enggak!" Jawab mereka bersamaan.

Kathrin melirik sinis sebelum membuka suara terlebih dahulu "Gue yakin kok bisa mencegah orang bunuh diri kalo gak di ganggu" Lirikan sinis itu merujuk ke arah Gita, sementara Gita sudah muak berhadapan dengan bocah labil dan memtusukan beranjak pergi "Terserah"

👻👻👻

Gadis yang masih berseragam sekolah masuk ke dalam mobil di ikuti tiga temanya, pemakaman sudah selesai namun Oniel masih merasa ini salahnya padahal Jessi sudah berkali-kali bilang bahwa baik buruknya takdir itu cuma Tuhan yang punya, Olla juga bilang kalo Oniel memaksakan dirinya untuk menjadi pihak bersalah itu sama saja menyalahkan takdir dari Tuhan.

Lulu menyalakan ac mobil lalu menghadap ke arah Oniel. "Dari pada lo kayak gini terus, mending bawa kita ke master Indah deh. Gue masih penasaran sama makhluk itu, dari pada masalahnya merembet kemana-mana, siapa tau kita bisa bantu"

"Nah iya, bukan gue gak peduli sama Marsha ya, maksudnya tuh kita juga mau nanya sama master Indah soal Kathrin yang kata lo bisa masuk ke jiwa orang itu,"

"Udah udah kasih waktu lah buat Oniel, jangan langsung kepo gitu ntar kalo dia mau ngasih tau juga bakal di kasih tau kok, mending makan gak sih laper gue met" Komentar Olla membuat suasana menjadi tenang, dan pada akhirnya mereka menyetujui untuk makan terlebih dahulu.

dalam hati Oniel masih memikirkan satu nama, yang entah prasangkanya benar atau tidak tapi ia curiga ini ada kaitanya dengan teman Diana waktu itu, mengapa ada bayangan Bima ketika makhluk itu datang?



👻👻👻


"Udon datang," kata Jessi dengan menurunkan nampan di atas meja, Lulu tersenyum senang sembari mengangkat ponselnya untuk mengambil gambar.

"Tangan lo, tangan lo minggir. Eh, itu mangkoknya agak nengah!" ucap Lulu memerintah, karena dia cukup bersemangat untuk mengambil gambar makanan tersebut.

"Elah, kampung! Cacing gue keburu stunting ini!" celetuk Olla kesal, membuat Oniel tertawa kemudian meletakkan handphone-nya. "Fresh banget jokes lo," katanya.

"Ngomong-ngomong, refill es kopyor ada gak, Jes?"

Jessi langsung menjawab pertanyaan Olla, "pala lo! Menu kopyor aja gak ada woi. Jangan mentang-mentang ini resto om gue ya, met!"

Perbincangan kecil itu selesai dalam waktu singkat, sampai ketika isi mangkuk hampir habis, tiba-lah seseorang berkulit putih tersenyum ke arah mereka, lantas menghampiri. "Kita ketemu lagi gak sih?"

Dahi Jessi mengernyit, mencoba mengingat-ingat wajah familiar di depanya, berbeda dengan Olla dengan daya ingat yang tajam langsung menyaut. "Owalah! Zee, kan? Temannya Diana?"

"Iya! Suka udon di sini juga?" jawabnya senang hati, lalu diakhiri pertanyaan.

"Wah iya dong! Ini resto om nya Jessi, di jamin enak poll, minta traktir aja nih." Olla menoel lengan Jessi, sementara Jessi mendecak kesal, seenak jidat tuh anak suruh traktir orang yang baru di kenal beberapa hari.

Jessi mengangguk, "pesen deh pesen."

Hening beberapa detik kemudian suara Oniel memecah keheningan.

"Sama Diana temenan dari kapan?"

Belum sempat memilih makanan di buku menu, Zee di buat menoleh mendengar suara dingin dari bibir Oniel, suasana mendadak hening namun Zee tau bagaimana mencairkan suasana

"Ah itu, gue temen kuliahnya sih, kenapa? boleh kalau mau survei, siapa tau tertarik mau masuk kampus itu. Akreditasinya juga bagus kok, gue saranin masuk ilkom deh kalian, gimana?"

Jawaban Zee terdengar begitu positif begitupula Olla, Lulu dan Jessi yang menanggapi dengan positif pula, tapi Oniel tidak bisa percaya begitu saja. Bukan kah terlalu cepat untuk saling kenal? bahkan waktu di rumah Diana tidak sempat basa basi atau yang lain.

"Temen lo mana?" Tanya Oniel datar, bahkan fokusnya masih tertuju pada ponsel, karena suasana hening Oniel mengangkat wajah seolah mengintimidasi kehadiran Zee.

Zee tetap tersenyum seolah tak menghiraukan sorot intimidasi dari mata Oniel, untuk ego seperti Oniel ini memang perlu di hadapi dengan hati-hati "Sendirian gue, kalian kalo mau duluan gapapa, di liat-liat udah habis tuh mangkok"

"Emang kita mau duluan, tapi terpaksa harus stay dulu untuk tamu yang gak di undang."

Suasana semakin awkward, Lulu menoleh ke arah Oniel dan Zee bergantian kemudian berdehem kecil. "Ehm, eh tugas kimia deadline besok gak sih? belom pada ngerjain kan? kumpul rumah gue yuk kerjain bareng."

"Hah tugas apaan? kan—" Mulut Jessi terbekap oleh tangan Olla kemudian di bawa pergi.

"Kita duluan ke mobil yak, duluan Zee!"

Lulu menggandeng tangan Oniel. "Sorry ya, gue duluan"

Zee mengangguk cepat "Oh ya gapapa"

Setelah kepergian mereka, Zee menghembuskan nafas kesal, bisa-bisa nya mereka tidak sopan dengan dirinya yang notabene jauh lebih tua.

Zee mendobrak meja "Sialan, anak ingusan ngeselin juga! Haha percaya aja saya temenya Diana padahal saya cuma mau jadiin dia umpan, mari bermain, Indah..."





👻👻👻


Halo masih ada yang baca gak ya hehe

Kalo ada terima kasih telah berkenan baca💕

Sebenarnya part ini udah lama ada di draft tapi takutnya gak nyambung jadi aku revisi lagi

Maaf ya ngilang tanpa kabar kayak doi😔







Lintas Semesta ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang