BAB 17

6.9K 549 24
                                    

"Jennie, sayangku... kita harus pergi."

Mereka selesai sarapan dua jam yang lalu. Satu jam berikutnya, mereka menikmati waktu di tempat tidur dengan berpelukan dengan kaki saling menjerat satu sama lain.

Dan, keduanya mulai berciuman. Saat itulah, Lisa mulai mendapati adik tirinya itu gelisah.

Benar saja. Tidak lama setelas ciuman meningkat menjadi panas, Jennie merangkak ke pangkuannya dan menggesekkan diri di atasnya, yang membuat Lisa menggeram.

"Nanti siang, kan? Kita hanya berenang. Sekarang, biar aku menikmati waktuku dulu." Ucap Jennie sambil perlahan mendorong kaos Lisa ke atas sampai terlepas.

"Tapi kita tidak bisa... oh, sial!"

Jennie menyeringai saat dia menggigit perut Lisa dan mendapati wanita di bawahnya itu memekik terkejut.

"Lisa..." Ucap Jennie malu-malu. Wajahnya semakin turun hingga kini dia berhadapan dengan selangkangan Lisa.

Mata Lisa melebar. Sangat mengerti apa yang di inginkan Jennie. Tapi, sebagai pemain di tempat tidur, Lisa khawatir akan menyakiti Jennie. Mengingat dia selalu melakukan hal buruk ketika seseorang melakukan blowjob padanya.

"Tidak, sayang. Kemarilah, kau tidak perlu melakukan itu."

"Tapi aku mau. Aku mau satu per satu belajar. Tolong, ajari aku. Aku janji, aku akan melakukan yang terbaik untuk memuaskanmu." Pinta Jennie.

Tangannya dengan lembut mengusap penis Lisa dari luar celana pendeknya. Sentuhan Jennie sangat hati-hati dan Lisa menghela nafas, menekan tangan Jennie ke arahnya.

"Nah, beri tekanan seperti ini jika menyentuh, sayang." Ujar Lisa, menikmati mata Jennie yang tertuju pada penis Lisa yang perlahan membesar.

"Aku ingin menyentuhnya secara langsung. Buka celananya."

Sambil mengusap dagu Jennie, Lisa kemudian berkata.

"Kenapa tidak kau saja yang membuka celananya, sayang?"

Mata Jennie berkobar. Seolah mendapat perintah itu membuatnya bersemangat. Jennie kemudian menurunkan celana pendek Lisa dan penis Lisa yang sudah mengeras dan besar mencuat tepat di depan wajahnya.

Ya, Jennie tahu jika Lisa memiliki penis yang besar dan ya, dia juga beberapa kali merasakannya. Bahkan semalam, dia bergesekan langsung.

Namun, berhadapan langsung tepat di depan wajah jelas jauh berbeda. Seperti dia melihat sesuatu yang jauh lebih besar. Jauh membuat dia lebih gugup karena dia tidak tahu apakah dia bisa memasukkan penis itu ke dalam mulutnya atau tidak.

Tapi dia sudah meyakinkan diri dan ingin mencobanya. Dia harus bisa.

"Sayang, hei..." Rayu Lisa memanggilnya dengan lembut. Ibu jarinya mengusap bibir bawah Jennie yang membuat Jennie menghisap jari Lisa itu, dan dia tahu dari tatapan matanya, bahwa Lisa menyukai itu.

"Mmmmm..." Jennie bergumam, memejamkan mata dan memutar lidah di ujung jari Lisa seolah dia tengah menghisap penisnya.

"Brengsek," Lisa menggeram. Tanpa berpikir panjang, dia menggenggam penisnya sendiri dan menepuk penis itu ke pipi Jennie yang membuat Jennie melepaskan jari Lisa dengan bunyi letupan.

"Aku ingin memulainya," Ucap Jennie, menyingkirkan tangan Lisa dari penisnya sendiri dan melotot. "Jangan sentuh sendiri. Sekarang, ini milikku."

Mau tak mau, Lisa tertawa menanggapi itu meskipun dalam sekejap, tawa itu pun redup saat Jennie menggenggam penis Lisa dan menggerakkan tangannya naik turun.

JENLISA - BEAUTY OF A SIN [GIP] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang