JT 33

989 149 18
                                    















*




Ini tidak seperti dimana Jeon Jeongguk melarikan diri dari pertempuran, sebaliknya dari banyaknya luka yang dia tanggung saat ini sudah sangat jelas bagaimana bentuk pengorbanannya sejauh ini. Menyeka darah yang mengalir di sepanjang sisi wajahnya akibat luka robek yang dia dapat di area pelipis dengan serampangan, darah terus mengalir bahkan mengotori sebelah matanya hingga sedikit mengganggu penglihatan, tapi dia tidak punya waktu untuk mengurus hal tersebut, karena ada begitu banyak nyawa di tempat lain yang harus lebih dulu di selamatkan.

Beberapa luka lebam, robek bahkan hingga tembak tidak membuat langkah kakinya goyah, bahkan di saat darah darah yang bocor dari akibat luka tembak pun tidak lagi dia pedulikan, karena tujuannya hanya satu, yaitu menuju dimana ruangan yang menyekap Kim Taehyung. Kenapa tidak menuju lift dimana Ibu dan ketiga orang lainnya di sekap? Itu karena Jeon Jeongguk telah memikirkan semuanya dengan sangat baik-baik.

Opsinya adalah satu, di bunuh atau membunuh. Itulah prinsip hidupnya sejak dulu sehingga dia mampu bertahan hidup diantara orang orang menjijikan tersebut.

Lalu bagaimana dengan Jeon In itu sendiri?

Tidak ada yang tahu kemana pria itu pergi, tapi yang pasti, setelah dia memberi instruksi kepada para prajurit bawahannya untuk melumpuhkan bahkan mungkin menembak mati Jeon Jeongguk, pria tua itu sudah menghilang di detik berikutnya. Jeongguk tidak akan mengatakan pria itu melarikan diri seperti anjing pengecut, tapi dia justru yakin Jeon In pasti tengah melancarkan aksinya selanjutnya.

Tidak tahu entah pukul berapa hari ini, lorong lorong itu begitu gelap, Jeon Jeongguk hanya mengandalkan insting untuk bertahan hidup, setidaknya sampai semua tujuannya di awal terlaksana. Sambil terus berjalan, Jeon Jeongguk tidak menganggur, sebaliknya dia dengan penuh kewaspadaan mulai merakit senjatanya mengambil sebanyak mungkin senjata yang dirasa bisa di pergunakan olehnya nanti di saat bertarung, entah itu senjata tajam atau bahkan senjata api. Memuat peluru sebanyak mungkin yang dia bisa.





*






Di tempat lain, diantara ketiga lainnya Jeon JungKook adalah yang pertama tersadar dari koma nya tersebut. Meskipun luka yang di deritanya lebih parah diantara yang lain, tapi sepertinya kekebalan tubuh nya, gen dari Ayahnya tidak dapat di ragukan. Jeon JungKook terduduk dengan tubuh bersandar di dinding lift yang dingin, lampu terang menyala di atasnya, membawa perasaan seperti berada tepat di bawah matahari. Dengan pandangan buram, Jeon JungKook jelas mengenali orang orang di sekitarnya yang tidak lain adalah Ibunya sendiri dan juga kedua orangtuanya Kim Taehyung. Memastikan bahwa ketiga lainnya masih bernafas dengan baik, Jeon JungKook hanya bisa menghela nafas lega, tapi kondisi ibu nya justru sedikit memprihatinkan, tubuhnya pucat bahkan bersuhu panas yang cukup tinggi.

Meraba-raba sekitarnya untuk mencari pegangan, walaupun dia merasa akan tumbang tanpa peringatan, tapi JungKook tetap berusaha untuk bangun. Kepalanya sangat berat, darah kering telah membeku di rambut serta bajunya, sehingga meninggalkan noda yang amat kontras dan cukup aneh. Lampu di atasnya menyala, tapi tombol tombol di dinding lift sama sekali tidak berfungsi, sepertinya hal ini telah di atur oleh seseorang, jadi pilihan satunya adalah terpaksa pergi membuka pintu dengan kedua tangannya.

" AKHHHH!!! "

Jeon JungKook merasa frustasi dengan keadaan nya sendiri, dia merasa begitu lemah dan tak berdaya, tapi dia tidak bodoh untuk tidak mengetahui bahwa maut saat ini tengah berada di atas kepalanya. Lift yang tidak berfungsi seperti ini bisa saja jatuh kapanpun itu. Di saat bersamaan, Kim Suho ikut terbangun, dengan linglung menatap sekitarnya lalu dengan cepat terduduk untuk memeriksa tubuh istrinya.

ᴊᴇᴏɴ ᴛᴡɪɴsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang