2. Bertemu

126 3 0
                                    

Assalamu'alaikum,

Tinggalkan komen di setiap paragraf, dan tandain kalau ada typo ya

Selamat membaca...

<><><><><>

Setelah menunggu lama, akhirnya dokter yang menangani orang tua Ashraf keluar.

Mendengar penjelasan dari dokter, membuat Amira menangis histeris.

Bundanya harus pergi lebih dulu, sedangkan ayahnya dalam keadaan kritis.

Azhar berusaha menenangkan Amira yang menangis meraung-raung dalam pelukannya. Sedangkan Ashraf, berbincang dengan dokter mengenai prosedur rumah sakit agar bunda nya bisa secepatnya di makamkan.

Amira dan Azhar masuk ke ruangan tempat jenazah bunda nya. Kemudian, Ashraf menghampiri mereka dan memberitahu jika bunda sudah boleh dibawa pulang.

<><><><><>

Keesokan harinya, di siang hari dengan langit yang mendung seakan ikut berkabung dengan kepergian ibu dari tiga anak itu.

"Pulang yuk," ajak Ashraf merangkul Amira yang masih memeluk nisan bundanya.

"Bunda, Ira pulang dulu ya," pamit Amira begitupun dengan Ashraf dan Azhar

"Kalian pulang duluan, Aa masih ada urusan," ucap Ashraf yang langsung pergi ke arah yang berlawanan.

Hujan mulai turun membasahi bumi. Dan Ashraf berteduh di saung yang ada di taman tak jauh dari pemakaman.

Lelaki itu menunduk, dan isak tangis mulai terdengar dari bibirnya.

"Aa takut hujan?" Tanya seorang remaja perempuan seraya memberikan sapu tangan pada Ashraf

Ashraf mendongak dan menatap remaja itu beberapa saat seakan-akan mengingat sesuatu.

"Udah besar kok takut hujan," lanjut remaja itu yang kini duduk di samping Ashraf

Ashraf melihat nama yang terukir di sapu tangan milik remaja itu.

"Azizah?" Gumam Ashraf yang masih bisa didengar Azizah

"Iya A?" Tanya Azizah menatap Ashraf membuat Ashraf balas menatapnya.

Mereka bertatapan hingga Ashraf kembali menunduk.

"Kita pernah ketemu?" Tanya Ashraf

Bukannya menjawab, Azizah malah balik bertanya, "Aa gak inget aku?"

"Ih emang dasarnya cowok gampang banget lupa, beda sama cewek yang susah move on," gerutu Azizah

"Jadi benar, kita pernah bertemu?" Ashraf mengulangi pertanyaannya

"Baru juga kemarin di rumah sakit. Aa nabrak aku sampai obat yang aku pegang jatuh," jawab Azizah

"Oh iya, orang tua Aa gimana?" Tanya Azizah membuat Ashraf menunduk dan meremas sapu tangan darinya.

Entah keberanian darimana, tiba-tiba saja Azizah mengusap punggung Ashraf saat lirihan tangis terdengar di indra pendengarannya.

"Bunda meninggal," lirih Ashraf

Diam beberapa saat hingga Ashraf menegakkan tubuhnya ketika ingat sesuatu.

"Astagfirullahaladzim," ucap Ashraf yang langsung sedikit menjauh dari Azizah membuat remaja itu terkejut.

"Kenapa A?"

"Saya lupa, kita bukan mahram jadi tidak seharusnya kita berdekatan seperti tadi apalagi sampai bersentuhan,"

"Maaf A, aku gak sengaja,"

Setelahnya tidak ada yang membuka percakapan. Mereka diam menatap langit yang masih menurunkan hujan.

"Dia pasti baik banget ya? Soalnya kan orang baik cepat di ambil nya sama Allah. Dan itu juga jadi teguran buat kita yang masih hidup, karena cepat atau lambat, kita pasti akan menyusul mereka untuk kembali ke sang pencipta," ujar Azizah membuat Ashraf meliriknya sebentar

"Lagian di dunia ini gak ada yang abadi. Manusia akan mengalami kematian. baik tua maupun muda, sakit atau sehat, kalau udah waktunya, pasti mati. Detik terus bergulir, waktu terus maju, namun jantung tidak akan selamanya berdetak, ada hidup setelah mati, dan ada akhirat setelah dunia,"ucap Azizah seraya menatap langit yang masih menurunkan hujan.

"Siapa sih yang gak sedih kalau keluarganya ada yang meninggal. Tapi kita juga jangan berlarut-larut dalam kesedihan itu apalagi kalau sampai menyalahkan takdir. Kalau seminggu masih sedih, it's okay. tapi, harus belajar ikhlas juga. karena yang aku tau, kalau kita terlalu lama bersedih, itu hanya akan membebani orang yang telah meninggal, makanya harus ikhlas," lanjutnya

Ashraf terdiam, ia berusaha mencerna semua yang diucapkan Azizah. Apa yang diucapkannya benar. Tidak seharusnya ia menyalahkan takdir, ia hanya butuh waktu untuk ikhlas menerima kematian bunda nya.

"Malah aku iri deh sama mereka yang lebih dulu pergi. Mereka gak ngerasain sakit lagi. Sedangkan aku, hidup aja dipenuhi rasa sakit dan ketakutan, apa besok masih bisa melihat dunia? Apa aku bisa untuk pergi ke tempat yang sudah aku impikan sejak lama? Diantara banyaknya manusia di dunia, kenapa harus aku yang punya penyakit ini?"

"Kamu sakit?" Tanya Ashraf ketika mengingat pertemuan mereka kemarin di rumah sakit.

"Iya, aku sakit jantung 'A," jawab Azizah yang tentu saja membuat Ashraf terkejut.

"Aku punya kelainan jantung bawaan sejak bayi karena aku lahir prematur. Dan sakit itu masih ada sampai sekarang. Awalnya sih udah baik-baik aja, tapi karena akhir-akhir ini aku lagi banyak aktivitas, penyakit itu kambuh lagi,"

"Kamu bilang punya tempat impian kan?"

"Iya, Istana Alhambra. Aku berharap bisa pergi kesana,"

"Istana Alhambra di Spanyol? Kenapa harus kesana?"

"Gak ada alasan pasti, tapi aku penasaran, katanya Istana Alhambra jadi salah satu peninggalan islam yang ada di Spanyol,"

"Emang, selain Istana Alhambra, masih ada Masjid Agung Cordoba, Alcazar of Sevilla dan masih banyak lagi,"

"Kok Aa tau?"

"Karena saya menyukai sejarah, khususnya sejarah islam,"

"Berarti aku bisa minta tolong Aa buat temenin kesana dong,"

"Gak bisa,"

"Kenapa?"

"Kita bukan mahram,"

"Haram ya A?"

"Menurut kamu?"

"Yaudah halalin aja aku, biar jadi mahram," ucap Azizah membuat Ashraf membelalakan matanya terkejut sedangkan Azizah hanya tersenyum.

"Fokus dulu sekolah, jangan mikirin pernikahan," timpal Ashraf saat melihat Azizah yang masih mengenakan seragam sekolah

"Kalau udah lulus bisa nikah sama Aa?"

Belum sempat Ashraf menjawab, sudah ada pria yang meneriakkan nama Azizah.

"Eh aku udah di jemput, duluan ya A. Tenang aja, aku bakalan melangitkan Aa biar kita bisa ke Istana Alhambra berdua," ucap Azizah yang langsung pergi begitu saja

"Ini sapu tangannya," teriak Ashraf saat menyadari sapu tangan milik Azizah masih ada padanya.

Ashraf menghela nafas pelan. Ia tersenyum tipis saat mendengar ucapan terakhir dari Azizah. Entahlah kesedihannya hilang saat remaja itu datang.

<><><><><>

Gimana chapter ini? Penasaran sama chapter berikutnya?

Tolong vote ya, cuma tekan bintang di pojok kiri bawah aja kok, biar aku semangat juga buat update nya

Bandung, 7 Mei 2024
Revisi, 22 Oktober 2024

Istana Alhambra (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang