(16) Duri Terlalu Tajam Untuk Disentuh

243 9 2
                                    

"Temenin gue sehari ini ya?"

Sheerin menaikkan alisnya dan mengangguk dengan ragu. Raxel tersenyum melihat anggukan Sheerin.

"Makasih."

"Kenapa kita kaku banget?"

Raxel tersenyum kikuk mendengarnya. Lalu dengan perlahan menggeleng. Matanya ia alihkan ke segala arah menghindari kontak mata dengan Sheerin.

"Kalian, siap-siap ya. 3 acara lagi kalian naik."

Raxel dan Sheerin menolehkan kepalanya dan kemudian mengangguk. Seiring dengan itu Azrie datang dari belakang orang yang memberitahu Sheerin dan Raxel.

"Udah dari tadi?" Ucap Azrie sambil berjalan mendekati Sheerin.

Tangan Azrie meyentuh kepala Sheerin dan mengusap puncak kepalanya. Memberikan kasih sayang kepada gadisnya, lalu beberapa saat setelahnya Azrie mengecup kening Sheerin lembut.

Sheerin terksiap. Begitu juga Raxel. Dan kini di balik matanya sudah terpancarkan perasaannya belakangan ini. Perasaan campur aduk yang tidak mampu ia singkirkan.

"Siap-siap sana." Ucap Azrie sambil tersenyum dan menepuk puncak kepala Sheerin.

Sheerin tersenyum dan bangkit dari duduknya. Sheerin menoleh ke arah Raxel memberi maksud untuk pamit pergi. Dan Raxel mengangguki itu. Sheerin pun pergi meninggalkan dua orang yang kini memasukkan aura mencekam diantara mereka berdua.

"Gue minta untuk hari ini aja gue berdua sama dia. Ga ada hari lain. Dan gue pastiin ga akan ada lagi pertemuan diantara gue dan dia."

Azrie tersenyum mengejek. Matanya ia sorotkan pada sepupunya itu dengan pandangan yang sama seperti senyumannya.

"Ga ada yang bisa jamin lo berdua ga bakal ketemu."

"Tapi gue usahain semua itu ga akan terjadi."

"Kalo gitu, apa susahnya cuma pergi tanpa ada pertemuan terakhir yang menjijikan."

Raxel menatap Azrie sendu. Mencoba meminta permohonan kepada sepupunya itu.

"Cukup hari ini Zrie. Dan ga ada yang namanya pertemuan lagi."

"Tapi, dengan hari ini lo melakukan adegan perpisahan, itu bakal ngebuat Sheerin nyariin lo dan bikin pertemuan itu ada."

Pundak Raxel turun. Ia tidak tahu lagi apa yang harus di katakan lagi untuk meminta persetujuan Azrie.

"Tapi-- Gue bakal pindah ke Turki. Gue bakal bener-bener jauh dari dia. Dan itu ga bakal ngebuat Sheerin bisa nemuin gue."

Azrie sedikit melebarkan matanya. Kalimat Raxel barusan cukup membuat hati Azrie sedikit sakit. Pergi sejauh itu untuk kedua kalinya, itu benar-benar bukan yang Azrie inginkan.

Azrie dengan cepat menormalkan ekspresinya. Ia memasukkan tangannya di saku celana dan menatap Raxel cuek.

"Hanya untuk hari ini." Ucap Azrie sambil melenggang pergi.

***

Luna melangkah memasuki ruang make up. Kakinya ia langkahkan menuju Sheerin yang kini sedang merias wajahnya. Luna lalu duduk di sebelah Sheerin, matanya menatap Sheerin melalui cermin di depannya.

"Lo tau?"

Sheerin menatap Luna balik melalui cermin dengan menaikkan alisnya. Luna terlihat sedikit tersenyum.

"Setelah acara ini, semua yang gue sering omongin akan terjadi. Lo, dan Azrie akan menjauh dan menjauh."

Sheerin mengubah duduknya menjadi menghadap Luna. Kini mata Sheerin menyorotkan kemarahan.

Mr. ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang