CHAPTER 9

506 27 4
                                    


Berpura pura tertawa seolah olah bahagia ditengah keramaian.

Kalau berbohong untuk kebaikan nggak papa kan?

-Azzalea Syafa Lorenza

°°°

Abi dan Umi menunggu anaknya diruang tamu, Umi Asma sedikit gelisah karena dari tadi kedua anaknya tak kunjung menghampiri mereka.

"Kok Bilal sama Lea lama banget ya Bi," Ucap Umi Asma celingak celinguk melihat kedalam.

"Sabar! Kita tunggu aja dulu," jawab Abi Khalid sambil mencicipi hidangan teh hangatnya.

"Umi, Abi," Bilal dan Lea menghampiri orang tuanya.

"Maa syaa Allah, sayang!" Umi Asma langsung tersenyum lebar melihat anak dan menantunya.

Bilal dan Lea mencium tangan Umi dan Abi satu persatu.

"Maaf ya Umi, lama nunggunya." Ucap Lea memeluk Umi Asma.

"Iya nggak papa sayang!" Umi Asma mencium wajah menantunya sambil mengelus pelan pundaknya.

"Maaf ya nak, Umi sama Abi nggak ngomong dulu kalau kita mau kesini." Ucap Abi Khalid.

"Soalnya tadi Umi mendadak kangen sama kalian berdua, jadi Umi ngajak Abi buat nginap disini, kebetulan pesantren lagi libur juga." Sambung Umi Asma.

"Maa syaa Allah." Ujar Bilal.

"Nggak papa kan kalo Umi sama Abi nginap sini?" Tanya Umi Asma.

"Nggak papa dong Umi, Lea seneng banget Umi mau main kesini!" Ucap Lea tersenyum manis.

"Maa syaa Allah! Eh tapi kenapa kalian berdua lama banget tadi?" Tanya Umi Asma.

"Hehehe biasalah Umi pacaran dulu, iya kan mas?" Ujar Lea tersipu malu sambil mencubit pelan belakang Bilal.

"Hehe iya! Maaf, udah bikin Abi sama Umi nunggu lama, kita nggak denger tadi." Sambung Bilal tersenyum menahan sakit.

"Maa syaa Allah! Umi seneng kalo ngeliat kalian berdua bahagia kayak gini." Ujar Umi Asma.

"Iya dong Umi! Lea pasti bahagia kok punya suami kayak mas Bilal." Ucap Lea mencoba tersenyum.

"Maa syaa Allah, Alhamdulillah!" Sambung Abi Khalid.

"Oh iya! Umi sama Abi mau makan apa? Biar Lea bikinin." Tanya Lea dengan senyum manisnya.

"Nggak usah sayang! Tadi Umi udah makan dijalan sama Abi, Umi mau langsung istirahat aja." Jawab Umi Asma.

"Oh! Iya udah, ayok Lea anter Umi kekamar," Lea langsung beranjak berdiri.

"Abi belum mau istirahat?" Tanya Umi Asma.

"Umi duluan aja, Abi masih mau ngobrol sama Bilal." Jawab Abi dengan lembut.

"Ya udah, ayo sayang!" Ucap Umi ke Lea.

Umi menarik kopernya.

"Sini, biar Lea aja Umi," Lea langsung mengambil kooper dari tangan Uminya.

"Nggak papa, biar Umi! Ini berat sayang." Ujar Umi Asma.

"Lea kuat kok Umi, ayok!" Jawab Lea sambil tersenyum.

"Maa syaa Allah!" Ucap Umi Asma terkagum.

Lea dan Umi Asma berjalan kelantai atas.

"Nah ini kamar Umi sama Abi," Lea membuka pintu perlahan.

"Maa syaa Allah, makasih anak Umi!" Ucap Umi mengelus pelan pundak Lea.

"Umi istirahat aja, kalo Umi perlu apa apa panggil aja Lea." Ujar Lea dengan lembut.

"Iya sayang!"

Umi Asma langsung masuk ke kamar dan lea juga berjalan menuju kamarnya.

Lea bergegas membuka pintu kamarnya. Ia langsung merebahkan punggung di kasur sambil memegang dada dengan kedua tangannya. "Gugup banget, sumpah."

"Tapi Umi sama Abi baik banget, gue jadi nggak tega udah bohong sama mereka berdua." Sambung Lea sambil menatap langit kamarnya.

Lea mematikan lampu dan menarik selimutnya, serta perlahan menutup kedua bola matanya. Di dalam gelapnya ruangan hanya terdengar suara detakan jarum jam.

Bilal dengan pelan membuka pintu kamar dan berjalan menghampiri Lea. Dari ranjang terlihat Lea yang sudah tertidur pulas. Hidungnya yang mancung, bulu matanya yang lentik, bibir tipis, serta kulit wajah yang begitu lembut. Ia seolah olah terlihat seperti putri yang sedang tidur.

Bilal tidak hentinya memandangi wajah cantik istrinya.

"Akhirnya! Mas bisa natap wajah kamu sedekat ini, kamu memang cantik banget, Maa syaa Allah!" Batin Bilal dengan senyum manisnya.

Jantung Lea berdegup kencang, matanya melotot tajam dan sontak berdiri menjauh. "Br*ngs*k, ngapain lo dikamar gue?"

"Kan tadi kamu sendiri yang minta Mas tidur disini."

"Tapi kan nggak tidur satu ranjang juga."

"Terus?"

"Lo tidur disitu," Lea menunjuk kursi sofa disudut kamar.

"Kirain beneran mai tidur bareng."

"Nggak usah GR. Gue ngelakuin ini kepaksa, ngerti?"

Bilal menaikkan sedikit alisnya seakan menggoda istrinya. "Kepaksa apa emang udah baper?"

"Apaan sih, nggak jelas."

"Kalau udah sayang bilang aja, Mas nggak bakalan ngeledek kok. Janji!"

"NGGAK."

"Bener?"

"Udah sana, gue mau lanjut tidur. Ganggu aja."

Bilal langsung menghampiri sofa dan membaringkan badannya. "Tinggal bilang sayang aja susah banget!"

Sesekali mata Lea menatap Bilal yang berbaring di sofa. Lea mengambil bantal dan selimutnya untuk diberikan ke Bilal. "Ini, bantal sama selimut buat lo."

Bilal menatap wajah Lea sambil melontarkan senyum manisnya. "Tuh kan, takut banget kalau suaminya kedinginan!"

"Nggak usah GR. Kalau lo sakit entar gue juga yang repot."

"Masak sih?"

"Ya udah nggak jadi. Biarin aja lo tidur kedinginan sampai masuk angin sekalian."

"Eh jangan jangan. Bercanda!" Bilal langsung menarik selimut di tangan Lea sambil menatap wajah Lea seakan menggoda.

"Tidur, udah malem." Lea beranjak naik ke ranjangnya dan membaringkan badannya membelakangi Bilal.

Bilal juga langsung memakai selimut dan memejamkan matanya perlahan.

°°°

Maaf, jika kedatangan saya telah mengusik diammu selama ini.

-Bilal Abidzar Ar Rasyid

°°°

Lanjut part selanjutnya!

Jangan lupa Vote dan comment

Terima kasih

Love you 🤍

Lentara Untuk Zaujaty [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang