01

90 12 1
                                    

Happy reading love!!! Jangan lupa vote dan komen!

***

"Leon Fernando, cowo hitam manis, paling ganteng di sekolah, idaman cewe-cewe." 

Andrea terbangun dari tidurnya, mimpi itu lagi. mimpi yang menurutnya aneh, sangat aneh. awalnya hanya adegan yang samar-samar. Namun, kali ini dia mendengar jelas namanya. Tanpa sadar air matanya turun, dia terisak tanpa sadar. Andrea tidak mengerti kenapa ia menangis seperti ini. Rasanya begitu sesak di dada, ada perasaan sedih dan juga rindu. 

Andrea Violetta, namanya. Gadis manis yang kini tengah menangis itu namanya Andrea. Kata orang wajahnya mirip dengan mendiang seorang gadis keturunan Narendra. Menurut informasi yang ia dapat, Ibunya sengaja memberinya nama yang hampir mirip dengan keturunan Narendra karena pernah mengagumi beliau dan ingin anaknya seperti mendiang Andrea. Yang membedakan Andrea masa kini dan Andrea masa lalu terletak pada lesung pipi yang dimiliki Andrea masa lalu. Selain itu, Andrea masa kini memiliki bentuk tubuh yang sedikit berisi dibandingkan Andrea di masa lalu yang cenderung kurus. Dari segi sifat juga mereka memiliki kepribadian yang berbeda. Andrea sekarang terlihat lebih ekspresif berbeda dengan Andrea masa lalu yang cenderung lebih kalem.

Andrea menghela napasnya panjang, ia menghapus air matanya. Sekali lagi ia menghela napasnya untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya. Dia beranjak dari tempat tidurnya, membuka gorden balkonnya. Pandangannya tertuju kepada satu titik di sebrang kamarnya, hatinya tiba tiba berdenyut nyeri melihat seseorang yang sedang membaca buku ditemani dengan kopi yang terlihat masih mengepul.

"Kak Leon?" gumam Andrea tanpa sadar. Merasa diperhatikan orang itu mendongak melihat ke arah Andrea. Pria itu memberikan senyum tipis kepada Andrea.

Andrea segera masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat Andrea masuk hanya mengernyit heran, apa ada yang salah dalam dirinya? pria itu menggeleng dan melanjutkan membacanya. "Leon, kamu liat dasi Mas?"

"Mana gua tahu, dasi punya mas Bara nanya ke gua," balas Leon. Bara menghela napasnya, ia berkacak pinggang menatap sang adik yang terllihat jauh berbeda dengan dirinya itu. "Mas masih inget kamu yang ambil, cepet cari!"

Leon menghela napasnya lelah kemudian beranjak, sebelum masuk ke dalam kamarnya ia menatap sang Kaka dengan serius. 

"Rumah yang di depan udah ditempatin?"

Bara menatap ke depan, "Kata Mama udah. Tapi belum sempet ketemu."

"Gua kaya ga asing, rasanya kaya udah kenal lama," ucap Leon. 

"Kamu udah ketemu sama pemilik rumahnya?" Bara bertanya, Leon menjawab sambil menatap balkon yang ada di depannya. "Barusan." 

Bara hanya mengangguk, kemudian ia mendorong sang adik agar segera masuk. "Ayo cariin dasi punya Mas."

"Iya, iya."

***

Andrea menyapu halaman rumahnya, setelah tadi menangis kembali kini ia mulai beraktifitas membersihkan kawasan rumah barunya. Suara teriakan dari depan rumahnya mebuat Andrea menghentikan aktifitas nya, ia melihat ke arah rumah yang ada di depannya. Terlihat seorang pria yang sedang memakai dasinya dan sosok wanita paruh baya yang terlihat sedang mengomel. 

"Kamu ini Mas, heran Mama udah gede masang dasi aja ga bener." Bara yang mendengarnya acuh tak acuh, ia tetap fokus memasangkan dasinya walau berantakan. "Ya mau gimana lagi Ma? Bara bisanya segini."

Andrea menghampiri mereka berniat untuk berkenalan.

"Selamat pagi, Bu, Mas," sapa Andrea. Bara mendongakkan wajahnya saat mendengar suara yang tidak asing baginya. 

Sekelebat bayangan hadir dalam ingatan Bara, seorang gadis yang usianya jauh dibawahnya sedang menyiapkan makanan dan dia dengan muka seriusnya mencoba memasangkan dasi namun selalu gagal. Dan gadis yang berada di depannya ini memasangkan dasinya dengan baik. Bara tersadar saat merasakan pukulan di bahunya. 

"Kamu ini malah bengong, itu kenalan sama tetangga baru kita!" Bara mengangguk kaku, ia mengulurkan tangannya.

"Saya Bara," ucapnya. Andrea membalas uluran tangan itu, "Andrea, Mas."

"Sarapan dulu, katanya Mas Bara suka nasi goreng. Andrea sengaja bikinin nasi goreng buat Mas Bara."

"Iya makasih, Rea."

Bara tersentak, ia melepaskan tautan tangan mereka. "Rea," ucapnya.

"Kalian saling kenal, Mas?" Bara menghiraukan perkataan sang Ibu, ia menatap Andrea  dengan perasaan yang Bara sendiri pun tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Bara segera mengalihkan pandangannya. 

"Ma, Bara berangkat dulu," pamit Bara. 

Sebelum masuk ke dalam mobilnya, Bara sejenak menatap Andrea yang masih ada di sana. Kemudian, ia masuk ke dalam mobilnya. Andrea memberi jalan untuk mobil Bara keluar, setelahnya Ibu Bara memegang lengannya.

"Ayo mampir dulu, nak," ajak Ibu Bara, Laras. 

"Makasih bu, lain kali Andrea mampir. Sekarang Andrea masih ada keperluan, Andrea permisi bu."

***

Andrea merebahkan badannya di sofa yang berada di ruang tamu rumah barunya, keadaan rumah barunya cukup nyaman menurutnya, Andrea juga sudah berkenalan dengan beberapa tetangganya. Tinggal satu rumah lagi yang belum ia kunjungi, rumah di sampingnya. kata para tetangganya rumah itu memang sepi, pemiliknya hanya akan pulang kalau ia mau.

Andrea sendiri adalah lulusan salah satu universitas terbaik yang ada di kotanya saat ini, tepat seminggu yang lalu Andrea lulus. Rumah ini adalah rumah pamannya namun karena pamannya masih ada urusan jadi Andrea yang menempatinya terlebih dahulu. Andrea juga kini mulai membantu usaha Ibunya, yaitu toko roti yang tidak jauh dari tempat tinggalnya saat ini.

Andrea menghela napasnya pelan ia mengambil ponselnya dan memotret dirinya sendiri untuk dikirim ke grup keluarganya. Entah baik atau tidak, Andrea adalah anak tunggal. Kakek dan neneknya hanya memiliki dua anak, Ibunya Rani dan Radit adik ibunya. Begitupun sang Ayah, Amar yang tidak memiliki saudara dan disaat seperti inilah Andrea merasa kesepian. Tiba-tiba Andrea teringat dengan salah satu tetangganya, dia seperti melihat sosok laki-laki yang ada dalam mimpinya.  Dengan cepat Andrea menggeleng, walaupun samar-samar keduanya terlihat berbeda Andrea sangat yakin itu, jadi amat sangat tidak mungkin jika mereka adlah orang yang sama. 

Andrea kemudian berselancar di media sosial, sesekali ia tertawa saat melihat hal yang menurut lucu. Andrea menghentikan tawanya saat melihat salah satu postingan yang menarik perhatiannya. 

"Reinkarnasi?" gumam Andrea. Entah kenapa Andrea penasaran, tanpa sadar Andrea terus mencari tahu. 

"Mimpi aneh yang berulang, kenangan abadi tidak terjelaskan." 

Membacanya membuat Andrea pusing, tapi ia terus memirkan dua ciri-ciri itu. Apakah dia terlahir kembali?

-ˋˏ✄┈┈┈┈ 

Hai, gimana buat chap yang pertama ini? udah siap mengikuti kisah mereka? 

Kira-kira Andrea bakal pilih Leon atau Bara?  

jangan lupa vote yaa!! share ceita ini ke temen, pacar, keuarga besar, dan selingkuhan hahaha

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Andrea (sequel Possessive Brother)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang