Part 13: Family Conflict

1K 67 8
                                    

~Author's POV ~

Setelah seharian, Kendall akhirnya bisa pulang juga. Saat sampai, dia melihat barang-barang dari ruang kerja Cameron yang akan menjadi kamar Kendall.

Kendall menghampirinya dan melihat Cameron yang tengah menaruh beberapa peralatan di dalam kardus. Dengan segera, dia menaruh tasnya di sofa. Dan menghampiri Cameron.

"Aku bantu."

"Tidak usah."

Kendall menatap Cameron dengan tertegun. Semarah itukah Cameron padanya? Kendall pun mendengus kesal. Memang salah kalau dia ingin menghadapi Felix sendiri?

"Cam, lihat aku!"

Cameron masih saja sibuk membereskan barang-barangnya. Kendall berdecak sebal, dan kemudian merebut kardus dari tangan Cameron.

"Apa yang kau-"

"Dengarkan aku!" Kendall meraih tangan Cameron dan menggenggamnya. "Sekali ini saja, tolong! Dengarkan aku!"

Keheningan tercipta. Cameron membuang muka, seperti lantai dibawahnya adalah hal paling menarik daripada gadis cantik didepannya. "Lihat aku." Kendall mengelus pipi Cameron lembut dan membuat lelaki itu menoleh padanya.

"Semarah ini kau padaku?"

Cameron diam, lalu menghembuskan napasnya. Dia memilih diam. "Maafkan aku." Kendall membelai pipi Cameron lembut. Cameron masih diam. Bukan tak ingin menjawab, tapi tidak tahu akan menjawab apa. Kendall pun melepaskan tangannya. Dan melangkah mundur.

Lalu berbalik. Berjalan pelan menuju kearah pintu. Cameron yang melihat itu, diam lalu menendang udara, seolah menendang bola. Dia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Dan tak lama, dia belari keluar menyusul Kendall.

Lift sudah menuju lantai bawah. Terpaksa dia pun menggunakan tangga darurat. Kau harus mengejarnya. Dia harus terkejar, Cam. Batinnya komat-kamit selama dia menuruni tangga.

Hingga akhirnya sampai dilantai dasar, tepat saat pintu lift terbuka dan keluarlah seorang gadis dengan kemeja putih dan celana jeans hitam keluar sambil menguraikan rambutnya dan memakai kacamata hitam.

Cameron langsung berlari kearahnya. Dan langsung menarik tangannya. Gadis itu terkejut. Dan menatap Cameron lama.

"Jangan pergi, kumohon, maafkan aku! Aku terlalu kekanak-kanakan karena marah padamu."

Gadis itu diam, lalu terkekeh. Dia mengelus tangan Cameron. "Kau tidak ingin aku pergi, eh?" Cameron mengangguk. Kendall menatap Cameron dengan tersenyum.

"Aku tidak pergi. Hanya ingin membeli Pai untuk merayumu."

Cameron membesarkan kedua matanya. Kendall tertawa ketika melihat respon Cameron. Cameron mendengus sebal. Lalu melepaskan tangannya, dan berbalik. "Hei, kau tidak mau? Oke, kalau begitu."

Kendall melangkah menuju pintu, namun, terhenti ketika ada tangan menggenggam tangannya. "Aku ikut."

Kendall menatap Cameron, lalu tersenyum dan mengangguk. Dan mereka berjalan menyusuri jalanan kota New York. Sedangkan dari arah berlawanan Cameron dan Kendall pergi, seseorang mengamati mereka dalam diam.

"Great, dia mengambilnya."

Orang itu berbalik, dan berjalan sambil memakai beanie dan kacamata hitam. "Kalau kau mau perang, kenapa tidak menanyakannya langsung? Menyebalkan. Membuat aku pusing kelimpungan agar mau berdamai dengannya."

Dallas Twins [CAMERON DALLAS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang