zenna-6

36.9K 214 7
                                    

Zenna dan Abi, telah tiba di bandara Internasional Soekarno–Hatta, di pagi hari. Karena memang mereka mengambil penerbangan pagi untuk pergi ke bali.

Walaupun begitu, Zenna masih di serang kantuk berat, karena dia baru tidur selama 2 jam ,karena menyiapkan bahan untuk presentasi, jadi dia hanya punya 2 jam untuk istirahat , sebelum bersiap-siap untuk ke apartemen Abi, sebelum berangkat ke bandara bersama-sama.

Tak sekali tubuh nya akan oleng karena matanya yang lengket itu, di apartemen Abi atau selama di bandara, hal yang membuat Abi berdecak.

"Kamu tidur jam berapa, Zenna? " tanya Abi terdengar datar dan dingin secara bersamaan di telinga Zenna. Lalu dengan segera meraih pinggang Zenna untuk dirangkul nya.

Mata Zenna yang tadinya luar biasa lengketnya, mendadak membesar. Dengan panik dia segera melihat supir yang tadi diperintahkan Abi untuk membawakan koper mereka. Tak ada raut penghakiman disana, hanya ada raut datar. Tapi, tetap saja membuat Zenna gugup. Tak ingin hubungan nya dengan Abi tercium siapapun.

Lalu dengan segera dia melihat kearah Abi, yang tampil begitu gagah dengan kemeja hitam dan kaca mata hitam nya, membuat Zenna tak berhenti untuk memuji.

"B-bos, supirnya. Lihat kita, " ujar Zenna sedikit berbisik, dan berusaha melepaskan pinggangnya dari rangkulan Abi, walaupun Zenna masih tetap memandangi wajah tegas itu.

Sedangkan Abi, yang mendengar ucapan Zenna itu, mengerutkan dahinya tak suka, terlebih bagaimana cara Zenna ingin lepas dari rangkulan nya. Tanpa kata, Abi meremas pinggang kecil itu, sebelum berkata. "Saya tidak suka bagaimana kamu peduli dengan pandangan pria lagi Zenna Anindya, kamu itu harusnya hanya mempedulikan apa yang saya katakan dan lakukan, bukan orang lain. "

Zenna yang mendengar perkataan Abi itu, tak bisa untuk tak membesarkan matanya, terlebih pria itu mengatakan dengan suara yang tidak terlalu besar, namun mungkin masih bisa didengar oleh supir pribadi nya itu.

Karena itu, Zenna tak punya wajah untuk melihat kebelakang. Setelah apa yang diucapkan Abi itu.

"Sekali lagi, saya tanya Zenna, kenapa langkah mu tak beraturan, dan matamu beberapa kali saya lihat terpejam dalam melangkah, " ulang Abi, bertanya pada Zenna.

Mendengar ulang pertanyaan Abi itu , Zenna tak punya pilihan untuk tidak menjawab. "Saya  tadi malam menyelesaikan bahan untuk presentasi kita dibali, Bos. Jadi, saya hanya punya waktu dua jam untuk tidur, sebelum menjemput anda ke apartemen, " ujar Zenna dengan begitu formal.

"Jadi, kamu menyalahkan saya Zenna? " tanya Abi, sambil mengangkat alisnya, lalu menarik Zenna kian dekat padanya.

Mendengar balasan Abi itu, tentu membuat Zenna membesarkan matanya, lalu dengan segera menggelengkan kepala nya. "B-bukan. Bukan seperti itu, saya tak menyalahkan anda Sir, saya cuma memberi penjelasan apa yang saya alami itu. "

"Berhenti bicara Zenna. Kamu harus tahu dari tadi mata saya yang ada di balik kacamata ini. " tunjuk Abi, pada kacamata hitam yang sedang ia gunakan itu. "Mengintai mu, saya tidak sabar mencium bibir merah mu itu."

Mendengar ucapan Abi itu, membuat Zenna tersentak kaget. Tak menyangka bisa mendengar itu dari bosnya.

Akhirnya Zenna hanya bisa diam, tanpa membalas lagi ucapan bosnya itu, sampai mereka masuk kedalam pesawat dan ketika Abi menyuruh nya untuk tidur, walaupun sebentar yang tentu langsung di iyakan oleh Zenna, karena memang itu yang dibutuhkan nya.

***

Zenna mengerutkan dahinya, saat Abi hanya mengambil satu kunci kamar hotel di resepsionis depan, dengan langkah yang terus merangkul nya, menuju lift yang akan mengantarkan mereka menuju lantai tempat kamar mereka berada.

Zenna (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang