BAB 11

3.8K 395 46
                                    

Melirik Lisa yang tengah sibuk menulis harapan di sebuah kertas, Jennie mencoba mengintip. Tapi, setiap Jennie berusaha mengintip Lisa selalu menyadarinya dan langsung menjauh darinya.

Cemberut, Jennie hanya bisa menghela nafas.

"Kenapa menulis harapan harus terlihat sepanjang itu? Apa yang kau tulis?"

"Ini rahasia, Jennie. Tidak boleh ada yang memberi tahu. Karena jika kita saling memberi tahu, mitosnya hal buruk akan menimpa kita." Ujar Lisa.

Keseriusan dalam suara maupun ekspresinya membuat Jennie tertawa geli. Lisa tidak mungkin masih mempercayai tentang mitos pada zaman sekarang, kan?

"Oke tapi baiklah. Bagaimana jika aku tebak? Kau berharap menjadi penulis lagu yang terkenal dan kemudian hidup bahagia bersama seseorang beberapa tahun berikutnya, menikah dan punya anak?" Dia berkata dan alis Lisa terangkat.

"Apakah secara tidak langsung kau menyebut impianmu itu?" Tanya Lisa.

"Aishhhh, kau tidak boleh terlalu cerdas, Lisa." Rengek Jennie.

Lisa hanya menggelengkan kepalanya sebelum dia menggulung kertas berisi harapannya dan memasukkannya ke dalam botol yang mereka bawa sebelumnya. Dia mengikat dengan pita kecil dan Jennie melakukan hal yang sama.

"Siap?" Tanya Lisa.

Sejujurnya bagi Jennie pribadi, ini agak kekanakkan. Tapi, dia ingin melihat apakah benar mitos yang Lisa percayai ada benarnya.

Karena dia sudah menyebutkan impiannya pada Lisa, itu berarti dia akan mendapatkan hal buruk? Yah, hal buruk apa yang bisa terjadi padanya, kan?

Tak mau berpikir terlalu jauh, Jennie hanya mengangkat bahu dan mengangguk.

"Siap." Jawabnya kemudian.

Lisa lalu melemparkan botol berisi harapannya itu hingga mengalir ke danau, begitu juga dengan Jennie. Keduanya menatap botol yang perlahan pergi mengikuti arus danau yang lambat.

Jennie menoleh dan saat itulah dia melihat Lisa tengah memejamkan matanya dan mengeratkan kedua tangannya sendiri di bawah dagu.

"Aku harap impian yang baru saja aku tulis bisa tercapai. Amin." Ujar Lisa kemudian balas menoleh dan mengangkat alis.

Jennie segera mengikuti apa yang Lisa lalukan, menempelkan kedua tangannya di bawah dagu dan berkata.

"Apapun yang Lisa dan aku inginkan, semoga segera terwujud dalam waktu dekat. Amin."

Lisa tersenyum puas. Ketika hari mulai gelap, tidak ada satu pun di antara mereka yang membahas tentang pulang. Di taman, mereka memutuskan untuk membeli es krim sebelum ponsel Lisa berbunyi dan Lisa membaca pesannya.

Jennie tetap menunggu sambil memakan es krimnya.

"Ibuku menyuruhku pulang." Ujar Lisa. "Aku belum memberitahunya bahwa aku mampir ke rumahmu."

"Oh, baiklah." Ujar Jennie. Kekecewaannya terlihat jelas karena sepertinya, Lisa tidak bisa pergi terlalu lama.

"Emmmm, bagaimana jika kau ikut ikut ke rumahku?" Tanya Lisa kemudian.

"Ke rumahmu?"

Dengan panik karena tidak mau Jennie berpikir macam-macam, Lisa pun berkata lebih lanjut.

"Maksudku, karena aku tahu ibumu pergi dan kau mungkin tidak ingin sendirian di rumahmu, kenapa kau tidak datang ke rumahku dan makan bersama keluargaku?" Tanya Lisa dengan gugup.

Ini adalah kali pertama Lisa memberanikan diri mengajak seseorang ke rumahnya selain Jisoo, tentu saja. Dan kali pertama itu, dia justru mengajak Jennie, wanita yang jelas sudah tiga tahun dia sukai.

JENLISA - STORY ABOUT US [GIP || HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang