Tw: PORN WITH PLOT, Gs/Rule 63, 🔞, jungle, fantasy, primitive life, fairy hc, human mk, smut, explicit, sex scene, kissing, etc.
Kehidupan di rimba memang sangat sulit. Mark dan sukunya harus selalu berjuang setiap hari mencari makan dengan berburu, bertarung melawan hewan buas, waspada pada setiap serangan dari suku lain, agar bisa bertahan hidup.
Mark akan mulai berbagi soal kehidupannya di dalam hutan. Hutan tempat mereka menumpang hidup sangatlah luas dan besar sekali, terdiri dari banyak suku di dalamnya, dengan jumlah anggota di tiap suku tidak terlalu banyak, mungkin hanya sampai seratus orang saja.
Setiap suku memiliki pemimpin dan dua orang tetua sebagai penasihat. Semua hal-hal yang dilakukan selama masih terikat dalam suku, maka itu harus atas seizin dan sepengatahuan pemimpin suku.
Rumah mereka adalah sebuah gubuk yang terbuat dari dahan dan ranting kayu, beratapkan dedaunan lontar mau pun kelapa, dengan alas daun pisang atau pun kulit beruang yang lebat bersama bulunya yang hangat.
Di sini, istilah keluarga adalah mencakup seluruh anggota suku. Semuanya adalah keluarga, dengan kepala suku mereka sebagai sosok yang di-Ayah-kan. Dan sementara Ibu, di sini hutan dan segala kemurahan alam semesta adalah sesuatu yang dicap sebagai Ibu. Tidak ada istilah pernikahan yang melibatkan sepasang sejoli, kemudian punya anak, dan keduanya resmi disebut sebagai orangtua dalam keluarga berkat kelahiran anak mereka.
Tidak ada seperti itu.
Pernikahan tidak pernah ada di sini.
Karena penghuni rimba tidak pernah mengenal paham pernikahan, melainkan paham perkawinan.
Ya, memang selayaknya binatang, anggap saja begitu karena realita anggota suku di rimba ini memang seperti demikian.
Entah lelaki atau pun wanita, semua bebas mengawini siapa saja tanpa memandang bahwa yang diajak kawin adalah sosok hasil dari perkawinan sendiri dengan pasangan terdahulunya. Entah saudaranya, entah bahkan yang pernah melahirkannya, semuanya bebas untuk melakukan perkawinan dengan tanpa adanya peraturan apa pun yang mengikat.
Tapi hal itu tidak berlaku bagi pemimpin suku mereka, Mark.
Kebebasan berkawin itu tidak dimiliki oleh pemimpin mereka, karena dia adalah Ayah dari semua yang menjadi anggota sukunya sehingga tak satu pun di antara anggota sukunya boleh menyentuh sang kepala suku. Kepala suku hanya milik alam semata, sebagai Ibu.
Mark terikat kepada alam; hutan, gunung, lautan dan seluruh isinya, Mark terikat kepada mereka dan tak pernah diperbolehkan berkhianat dari mereka.
Atau bila Mark sampai berkhianat maka alam akan murka sebab telah lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Ayah. Sosok Ayah yang seharusnya hanya perlu mengadibkan seluruh sisa umurnya kepada alam semesta dan seluruh isinya.
***
Saat malam purnama tiba, ada hal rutin yang harus dan selalu Mark lakukan dan tak boleh terlewat, atas keterikatannya dengan alam.
Berjalan menyusuri gelapnya malam dengan rangkapnya dedaunan yang menutupi secercah cahaya dari sang rembulan. Mark tidak akan tersesat meski pun ia tengah berjalan di kegelapan sebab ia telah menyatu bersama alamnya, yang setiap sudut dan isinya telah ia hafalkan semua.
Kegelapan itu berganti, sedikit demi sedikit lingkupnya mulai menampakkan terang. Cahaya bersumber bukan dari sang rembulan, melainkan atas pancaran dan pesona dari sosok-sosok indah yang sekarang tengah beterbangan tak jauh dari tempatnya berdiri.
Mereka adalah para peri, dengan tubuh kecil nan mungil yang mungkin akan remuk hanya dalam sekali genggam.
Mark memasuki kawasan yang tidak boleh sembarang manusia bisa mengunjungi, dan hanya para kepala suku pilihan saja yang bisa datang kemari. Ya, inilah perbatasan antara alam milik manusia serta semesta kehidupan milik para peri mungil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERI KECIL MILIK AYAH (MARKHYUCK/MAHAE)
Fanfiction"Kehidupan di hutan memang menyeramkan dan sulit, tidak sampai ketika akhirnya ia bertemu peri kecil yang bisa diandalkan dalam segala hal, termasuk juga dalam hal memenuhi hasrat nafsunya yang besar."