Pagi harinya Jeno kembali menyiapkan sarapan untuk orang yang berada di dalam rumah itu.
Abigail sudah ada di meja makan. Hanya tinggal menunggu sang paman yang masih berada di dalam kamarnya. Ini hari minggu dan pria tampan itu libur untuk hari ini.
"Apa Abigail sudah lapar?"
Tanya Jeno. Abigail langsung mengangguk imut."Tunggu sebentar ya, sayang. Tunggu paman Mark dulu"
Abigail mengangguk meski wajahnya masih merengut.
Tidak lama kemudian terlihat Mark yang datang dengan pakaiannya yang lebih santai. Untuk petama kalinya Jeno melihat sang boss memakai pakaian rumahan seperti itu. Ia terlihat jauh lebih muda dari usianya yang sekarang.
"Kau membuatkan sarapan juga?"
Ucapnya menyentuh bahu Jeno. Jeno mengangguk dengan senyuman."Cepatlah duduk paman! Aku sudah sangat lapar!"
Ucap Abigail dengan kesal. Mark yang mendapat respon seperti itu langsung menatap kesal kearah Abigail."Kenapa tidak makan saja duluan!?"
Ucap Mark masih dengan wajah kesalnya. Ia mendudukkan dirinya di sebelah Jeno. Jeno yang ada di tengah perdebatan mereka hanya bisa terdiam dengan wajah bengongnya. Sifat Mark sangat berubah jika ia bersama Abigail. Pria tampan itu terlihat seperti anak sekolah yang bertemu musuh bebuyutannya."Kak Jeno tidak mengijinkan ku makan, sebelum kau datang!"
Ucapnya yang mulai memalingkan wajahnya dengan kesal."Wajar dia melakukan itu, karena aku kepala rumah tangga disini!"
"Uhuk uhuk!"
Jeno tiba-tiba saja terbatuk saat mendengar perkataan Mark. Mark dan Abigail langsung menoleh kearahnya.
"Lihat! Karena omong kosong mu kak Jeno jadi batuk!"
Ucapnya yang langsung menyodorkan minuman kearah Jeno. Dan langsung di terima Jeno dengan masih berusaha menetralkan batuknya. Mark hanya mendengus lalu menatap kesal Abigail yang juga menatap seperti itu kearahnya."Sudah, sudah, kita harus sarapan"
Ucap Jeno berusaha melerai pertengkaran paman dan keponakan yang ada di depannya ini. Mark tidak mengatakan apapun. Ia langsung menyantap makanan yang ada di depannya dengan tanpa perasaan. Ia seperti ingin menghabiskan makanan itu dengan cepat rasanya.Jeno tersenyum melihat ekspresi Mark yang masih saja terlihat kesal. Ia lalu menoleh kearah Abigail yang malah makan dengan tenang. Dengan wajah mengejek Mark, sepertinya ia puas karena telah berhasil membuat sang paman kesal.
Jeno menggelengkan kepalanya dengan pelan. Mereka sangat mirip seperti ayah dan anak kandung.
"Kalian ingin soup? Sepertinya sudah matang"
Ucap Jeno. Mark mengangguk sambil masih menyantap sarapannya. Sedangkan Abigail mengangguk imut.Jeno mebawa semangkuk soup hangat itu lalu ia meletakkannya di atas meja. Dan langsung menghidangkannya di atas mangkuk Mark dan Abigail.
"Kau tidak sarapan?"
Tanya Mark melirik kearah Jeno. Jeno yang tersadar dengan pertanyaan Mark melirik kearah makanannya yang belum di sentuh. Ia terlalu asik memperhatikan mereka."Aku lupa"
Ucap Jeno dengan kekehan kecilnya. Mark hanya merespon dengan tatapan datarnya sedangkan Abigail tersenyum menatapnya.Mark memberikan beberapa potong udang yang sudah ia kupas kulitnya ke atas piring Jeno. Dan semua itu tidak lepas dari tatapan Abigail.
Jeno hanya diam saja dan memperhatikkan Mark yang mulai meletakkan satu persatu udang itu.
"Makanlah"
Ucapnya. Jeno hanya mengangguk, namun sesuatu membuatnya terus menatap kearah bibir Mark."Tuan.."
Panggilnya yang berhasil membuat Mark menoleh kearahnya. Tanpa mengatakan apapun, Jeno langsung membersihkan sudut bibir Mark yang terdapat sisa makanan di ujung bibirnya.Mark hanya diam saja dan membiarkan Jeno membersihkan bibirnya dengan telaten.
Hingga perkataan Abigail kembali mengundang emosinya.
"Kalian seharusnya tidak bermesraan di depan ku!"
Ucapnya dengan tatapan kesalnya."Kau bisa menutup mata mu jika tidak ingin melihatnya!"
Balas Mark yang juga ikutan kesal.Sedangkan Jeno yang kembali mendengar perdebatan itu hanya bisa tertawa pelan. Paman dan keponakan yang ada di dekatnya saat ini benar-benar sangat lucu.
VannoWilliamsSuldarta
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Secretary (MarkNo)
Novela JuvenilJeno yang merupakan mantan anggota detektif kepolisian harus rela di keluarkan dari pekerjaannya karena telah menolong seorang anak dari anggota mafia. Namun siapa sangka jika ketua mafia itu malah menjadikan Jeno sebagai sekretarisnya. Story from...