Chapter 4 - Makan Malam bersama Dad

69 4 0
                                    

* Haloo guys. Ini cerita pertamaku jadi apabila ada kesalahan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan dan juga biar aku semakin berkembang kedepannya. Tolong juga buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰 *

Setelah Shyntia pergi, kurebahkan diriku di kasur. Tiba-tiba saja aku merasa mengantuk. Baru saja hendak menutup mata, terdengar ketukan pelan di pintu kamar. Dengan malas, aku berdiri dari kasur dan membuka pintu. Kulihat gadis berambut hitam yang dicepol dengan kulit kecoklatan serta kostum yang sama dengan pelayan yang tadi kulihat sebelum naik lift. "Selamat siang, Tuan Muda. Saya Nesta, hari ini adalah hari kedua saya bekerja disini dan saya ditugaskan untuk menjadi pelayan pribadi anda. Apakah ada hal yang Tuan butuhkan?", aku menggeleng,"Tidak ada.", lalu pelayan ini menjawab," Baik, Tuan Muda. Apabila ada yang Tuan butuhkan, Tuan bisa menelepon ke bagian dapur". Aku mengangguk lalu menutup pintu. Kucek arlojiku dan ternyata sekarang sudah jam 11.28. Kulepaskan arloji dan kusimpan di meja coklat. Kutarik syal yang masih melingkar di leher dan kulempar ke kasur. Setelah melepaskan sepatu yang kukenakan, aku langsung berbaring di tempat tidur dan tak lama kemudian aku tertidur.

Kubuka mataku perlahan dan aku berguling ke sebelah kanan. Perlahan tapi pasti, kukumpulkan kesadaranku dan perlahan turun dari kasur. Kubuka ranselku dan kuambil ponsel, terdapat 3 panggilan tak terjawab dan 1 pesan dari Dad yang memintaku untuk pergi ke restoran di Hotel Wilson jam 8 malam dan Pak Henry akan mengantarku kesana. Kusimpan ponsel di kasur dan pergi mandi. Kuputuskan untuk berendam di bathtub jadi kunyalakan keran disitu dan menunggu sampai air terisi penuh. Kuambil sabun busa beraroma lavender dan kutuangkan ke dalam air. Saat air sudah hampir penuh, kumatikan keran dan masuk ke dalam bathtub.

Sekitar 10 menit aku berendam lalu aku keluar dari bathtub dan memakai shower untuk mencuci rambut dan badanku. Setelah selesai, kuambil jubah mandi putih yang berada di gantungan belakang pintu kamar mandi. Keluar dari kamar mandi, kulihat daftar telepon dan menghubungi bagian dapur untuk memanggil Nesta kemari. Tak lama kemudian, ada suara ketukan di pintu dan aku yakin itu Nesta. Kubuka pintu dan Nesta bertanya,"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" , "Hey, aku baru sampai disini dan tidak ada lemari pakaian di kamarku. Bisa kau tunjukkan?" . "Baik. Mari ikuti saya", aku pun mengikuti pelayan ini ke sebelah kanan dan Nesta membuka pintu putih yang dekat dari kamarku.

Saat pintu itu dibuka, terdapat ruangan besar dengan dinding pink muda yang berisi lemari pakaian, lemari sepatu dan lemari arloji. Lagi lagi perasaan kagum itu muncul. Dad benar benar-benar pandai dalam mengatur interior rumah. "Ini adalah lemari pakaian khusus untuk Tuan Muda" , ucap Nesta. Aku mengangguk dan lalu bertanya,"Kau tahu dimana seragam sekolahku?" , Nesta membuka salah satu laci di lemari itu yang berisi dua setel seragam dengan kemeja putih dan blazer abu dan ada dua setel seragam olahraga merah. "Terima kasih. Kau boleh pergi." , lalu aku memasuki ruangan itu dan membuka salah satu lemari yang ada. Kuputuskan untuk berpakaian formal jadi aku mengambil kemeja biru gelap, celana jeans hitam, arloji kuning emas dan sepatu hitam.

Jam 7.10 aku sudah siap dan turun ke bawah untuk pergi menemui Dad di restoran. Kulihat Pak Henry sudah menunggu di depan pintu utama,"Tuan Muda, saya akan mengantar anda untuk makan malam dengan Tuan Kerry" dan aku hanya mengangguk lalu mengikuti Pak Henry ke mobil limousin hitam. Kulihat banyak bintang di langit sebelum masuk ke dalam mobil. Di perjalanan, Pak Henry memberitahuku kalau Dad menugaskannya sebagai supir pribadiku selama di Amerika lalu restoran tempat makan malam berada di sebelah Hotel Wilson. Setelah penjelasan itu, suasana hening kembali dan agar tidak merasa bosan, kuputuskan untuk bermain game PUBG, salah satu game yang sering kumainkan di waktu luang. Selain game PUBG, game Mobile Legends dan game God Of War juga sering kumainkan. Aku fokus bermain game sampai tidak terasa sudah sampai di tempat tujuan.

"Sudah sampai, Tuan Muda. Pelayan di restoran akan mengantar Anda menuju tempat VIP.", ucap Pak Henry. Respon yang kuberikan hanya,"Baik,Pak." , kulihat jam di ponsel dan sekarang jam 7.58 lalu kumasukkan ponsel ke saku dalam kemeja yang kukenakan. Setelah keluar dari mobil, aku bergegas masuk ke dalam restoran dan menghampiri meja resepsionis untuk bertanya mengenai ruangan tempat aku dan ayahku akan makan malam. Salah satu staf wanita mengantarku ke ruangan privat yang berada di area belakang restoran dan saat masuk ke ruangan itu, ternyata ayahku sudah sampai lebih dahulu. Kulihat ayahku mengenakan kemeja tuxedo putih dengan pita hitam di kerah yang dipadukan dengan jas hitam lalu beliau tersenyum saat melihatku,"Halo, Nak. Aku sangat senang akhirnya bisa melihatmu.". Aku balas tersenyum,"Aku juga, Dad" .

Ruangan privat tempat kami makan malam cukup luas dengan meja coklat panjang, 3 kursi putih coklat, lampu gantung emas serta ada lukisan ikan koi di dinding belakang tempat Dad duduk. Setelah memesan menu, ayahku memulai percakapan,"Bagaimana kesan pertamamu soal rumah kita di New York?" , "Rasanya rumah itu unik. Sangat berbeda dengan rumah yang selama ini aku tempati di Tokyo, Dad. Yah aku tidak tahu soal rumah yang lainnya di Tokyo. Tapi itu membuatku penasaran ingin berkunjung kesana. Lalu aku tidak mengerti mengapa lemari pakaianku terpisah dari kamar" . Dad terkekeh mendengar jawabanku dan dengan santai beliau berkata,"Nanti juga kau akan mengetahui mengapa desain rumah kita di New York seperti itu. Lalu ya suatu saat nanti, kau harus mengunjungi rumah yang belum pernah dikunjungi di Tokyo. Lalu soal lemari pakaian, aku sengaja memisahkannya dari kamar supaya kamarmu bisa menyatu dengan kamar mandi" , "Oh begitu, Dad" , jawabku singkat. "Ada hal lain yang ingin kamu ketahui, Barry?" , aku berpikir sebentar lalu menjawab,"Mengapa Dad jarang mengunjungi kami saat aku masih di Tokyo?" dan Dad menatapku dengan tatapan yang intens lalu menjawab," Seperti yang sudah kamu ketahui, aku sibuk dengan bisnis" .

Baru saja aku hendak protes karena Dad lebih mengutamakan bisnis dibanding keluarga, pelayan restoran masuk dan membawakan makanan yang kami pesan. Dad memesan steak T-Bone rare medium dan minuman alkohol yang belum kuketahui. Sedangkan makanan yang kupesan adalah sup tahu yang merupakan salah satu makanan Jepang favoritku, semangkok nasi, cumi panggang dengan saus teriyaki dan teh hijau hangat. Setelah pelayan yang mengantar makanan pergi, Dad tertawa dan berkata,"Kau harus terbiasa dengan makanan di Amerika seperti burger dan steak" ."Ya." jawabku singkat dan mulai menyantap nasi dengan sup tahu. Dad juga mulai memotong daging steak nya dan kita mulai makan dalam suasana hening.

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang