Prolog

480 52 5
                                    

♡•••❥•••♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡•••❥•••♡

Tubuh mungil berbalut hoodie hitam itu telah lama berdiam diri menanti kehadiran seseorang yang teramat ia rindukan dan selalu mengisi relung hati serta pikirannya selama ini. Ia tersenyum semringah tatkala melihat banyaknya siswa siswi yang berhamburan keluar gerbang. Ia tidak tau mengapa dia gugup saat ini, padahal sosok yang ditunggu-tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Bahkan sejam telah berlalu, suasana sekolah yang awalnya masih riuh dan padat mulai sepi. Kini hanya tersisa beberapa murid yang memang terlambat pulang karena suatu hal.

Ia sudah kelewat lama berdiri di sini lebih tepatnya 4 jam. Setibanya di bandara dari negara kelahirannya, ia langsung bergegas kemari sampai meninggalkan barang-barang bawaannya untuk diantar. Ia tak bisa memikirkan hal lain selain berpikir untuk menunggu di sini.

Hatinya meletup bahagia dan menghangat saat ini. Sebab itulah tubuh mungilnya tetap setia berdiri di posisinya tanpa beranjak sedikitpun. Ia bahkan enggan memperdulikan kakinya yang sudah mati rasa dan respon tubuhnya yang sepertinya kelelahan sehabis menempuh perjalanan dari Australia selama 17 jam.

Senyum manis di ranum ceri itu tak luntur sedikitpun sekalipun ia merasakan tubuhnya bereaksi menyedihkan. Netra puppy bersinarnya tak berhenti memandang dan mengintip di balik pohon yang tak jauh dari gerbang. Berharap eksistensi nya tidak disadari sebab ia sendiripun belum mempersiapkan diri untuk bertemu sosok itu.

Ini saatnya...

Sosok yang ia tunggu muncul dari kejauhan. Ia tentu bahagia bukan main melihatnya. Senyumnya terbit semakin lebar namun terlihat menyedihkan lantaran hal yang terpupuk di hatinya selama sekian tahun.

Wajah itu...

Ia teramat merindukannya...

Saudara kembarnya...

"Jayden, tahan diri lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jayden, tahan diri lo." ujar pemuda mungil tersebut berusaha menyadarkan dirinya sendiri untuk tidak terlalu gegabah menghampiri sosok tersebut dan memberikan dekapan kerinduan. Menyadari jika bibir mungilnya tidak bisa diajak berkompromi dan justru membuat keributan, ia segera membekap mulut kecilnya dan mengatupkannya rapat-rapat supaya eksistensinya tetap aman. Wajah itu, sekalipun banyak berubah tapi Jayden tetap mengenalinya. Cowok beralis tebal dengan rahang kokoh dan raut datar yang nampak berjalan beriringan bersama temannya itu adalah Keenan. Saudara kembarnya...

𝐃𝐄𝐓𝐀𝐊 & 𝐑𝐄𝐓𝐀𝐊 (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang