1.

16 6 0
                                    

Suara deru mobil berlalu lalang menyusuri kota dikelilingi gedung- gedung tinggi dan langit yang mendung.

Helena memasuki salah satu gedung untuk bertemu psikiater di lantai 27. Kesekian kalinya mencari psikiater yang cocok untuknya akhirnya ia menemukan seorang dokter yang bernama Federica Azarela. Dokter Federica memiliki pesona yang damai dan tentram. Senyum manis dilengkapi dua lesung pipi yang sudah menjadi ciri khas dirinya.

Knock knock (suara ketukan pintu)

"Permisi dok, pasien Helena. Boleh aku masuk?"

Dokter Federica mempersilahkan nya masuk.

"Bagaimana keadaan mu Helena?"

"Tidak pernah lebih baik." ucap Helena dengan lemas dengan kepala yang menunduk. "Bagaimana aku bisa lebih baik? Aku ditinggalkan ibu, nenek dan ayah secara berturut-turut. Aku hanya gadis kecil yang memiliki penyakit jiwa. Entahlah kenapa aku ditunjuk untuk menghadapi penderitaan yang seberat ini. " gumam Helena

"Helena? Kenapa kau melamun?" tanya dokter Federica. Helena agak terkejut dan menatap mata dokter Federica dengan mata yang melotot.

"Aku paham nak perasaanmu, ibu juga pernah ditinggalkan suami ibu. Memang berat ditinggalkan orang yang kita sayang tapi percayalah Tuhan tidak akan menguji lebih dari kemampuanmu. Sekarang kau ceritakan saja semua uneg-unegmu itu akan lebih baik. " ucap dokter Federica dengan suara lembut. Helena menarik nafas dalam-dalam lalu mulai bercerita. Ia bercerita sambil menangis tersendu-sendu dan dokter Federica mendengarkan nya dengan baik. Setelah sesi konsultasi Helena diarahkan dokter Federica mengambil obat. Lalu Helena keluar dari ruangan.

Saat membuka pintu ada Safwan yang sedang duduk seperti menunggu seseorang.

"Saf? Kamu ngapain mau konsultasi juga?."

"Engga. Ada urusan lain."

Helena dengan rasa gelisah langsung pergi dengan begitu cepat.

"Helen!" panggil Safwan

"Emm bagaimana kita pulang bareng? Aku tahu kamu pasti kesepian sendirian terus."

"Jangan sok tahu, aku bisa sendiri." ucapnya kesal dan langsung melangkahkan kakinya untuk pergi.

"Helena!."

Tak peduli atas panggilan nya ia meneruskan jalannya. "bisa-bisanya dia bilang aku seorang yang kesepian, memang benar. Tapi entahlah aku memang sangat sensitif." gumam Helena

Sesampainya di rumah dengan sisa kesesalan Helena kepada Safwan. Ia terus mengingat kejadian tadi entah mengapa. Suara nya terus terngiang-ngiang di kepala nya.

Knock knock (suara ketukan pintu)

Helena terkejut dan penasaran siapa yang datang ke rumahnya lalu ia menuju ke pintu untuk membukanya. Sungguh menyesal setelah melihat siapa yang mengetuknya ternyata Safwan!

"Kamu lagi, kamu lagi" Helena kembali menutup pintu nya namun tertahan oleh Safwan. "Kenapa sih?" tanya Helena judes.

"Maaf Hel sudah menggangu, ini ada masakan dari mama ku ayam goreng serundeng khas restoran mamah."

"Oh, makasih ya titip salam ke mamah."
Helena langsung menutup pintunya kembali dan pergi ke meja makan untuk menyajikan ayam goreng. Perut Helena yang sudah keroncongan karena belum sarapan dari pagi sudah tergiur dengan ayam goreng dilengkapi limpahan serundeng. Saat sudah siap untuk memasukkan suapan pertama ke mulutnya. Tiba-tiba..

Knock knock (suara ketukan pintu)

Ia membanting kan makanan yang ada di sendokkan pertama dan berdiri dengan penuh kesal lalu berjalan ke arah pintu dan siap untuk memaki-maki Safwan. Namun saat pintu terbuka..

"Permisi, atas nama Helena?" ucap lelaki berbadan tegap dan bermata tajam.

"Sebentar, bapak siapa ya?"

"Perkenalkan saya bapak Erick, asisten Bu Dokter Federica. Bu Dokter menitipkan beberapa obat untuk kamu minum. Tolong di minum 3x sehari setelah makan."

Helena mengambil obatnya dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Ia lanjut memakan ayam goreng yang dimasak Ibu Safwan. Akhirnya suapan pertama masuk ke dalam mulut. Emm.. rasanya enak sekali. Masakkan ibu Safwan membuat ia teringat terhadap ibunya. Tiba-tiba ia melihat banyak makanan di atas meja ada ayam goreng, sayur asem dan sambel hijau. Dan di depan nya ada ayah yang sedang menatap tersenyum kepada nya. Ibu yang sedang menyajikan makanan dan nenek yang mengambilkan makanan untuknya.

"Meow" Suara Luwi. Helena tersadar ternyata itu hanya angan-angan nya. Ia melihat ke arah bawah ternyata ada kucingnya luwi dengan muka melas memohon untuk tulang ayamnya. Lalu ia memberikan seluruh tulang ayamnya untuk luwi dan mengelusnya. "Aku paham luwi kamu pasti rindu dengan tulang ayam buatan ibu kan? Sekarang sudah ada lagi.. Lihat ibu sedang memasak ayam goreng itu, nanti ayah dan nenek akan memberikan jatah tulang ayam nya untukmu juga kok.. " ucap Helena sambil mengelus luwi.

Helena tersenyum sambil dicucuri air mata melihat luwi memakan tulang ayam. Sekarang ayam goreng adalah harta yang berharga untuknya.

Setelah makan Helena meminum obat resep Dokter Federica. Ia merobek bungkusan nya dan meminum 1 tablet tanpa pikir panjang. Rasanya agak pusing. Helena pun baru tahu kalau Dokter Federica punya asisten yang lumayan tampan.

Setelah bermain dengan Luwi sekitar setengah jam Helena menuju ranjang untuk tidur. Namun saat berbaring sesaat tiba-tiba perutnya terasa menusuk kesakitan. Kepala nya mulai pusing dan tak pandangan nya kabur. Ia mencoba berdiri namun badan nya sudah sangat lemas sehingga berjalan sudah kesana kemari lalu Ia terjatuh ke lantai dan pingsan.

***

Ditunggu bab selanjutnya ya! Jangan lupa vote cerita dan follow akun ini.
Happy reading All ❤

MILA LOOP

Living In The ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang