Lagi, dan Lagi, dan Lagi

132 7 0
                                    

"Kel!"

Begitu Callie membuka pintu apartemennya, sebuah pelukan erat beserta isak tangis langsung menyambutnya.

"Ella?" panggilnya pelan dengan rasa khawatir. Tangan kirinya bergerak mengusap punggung gadis di pelukannya itu, sementara tangan kanannya menutup pintu apartemen sekenanya.

"Aku putus." Sebuah penjelasan datang sebelum diminta.

Mendengar ucapan temannya itu, Callie hanya bisa menghela napas lelah. Ia melepaskan pelukannya, dan menarik Ella agar keduanya bisa pindah ke sofa di ruang tamu.

"Lagi?" Hanya itu yang bisa Callie utarakan sembari menghempaskan tubuhnya di sofa. Jujur, Ia sudah teramat bosan mendengar kisah cinta sahabatnya yang tidak kunjung mengalami kemajuan.

"Enggak! Yang ini beneran. Aku sama dia beneran selesai. Gak akan ada lagi kata balikan di antara kami berdua!" seru Ella tidak terima, memilih untuk tetap berdiri di hadapan Callie dengan raut wajah kesal, namun juga mata yg merah dan sembab.

Melihat Ella yang seperti itu, Callie tidak dapat menganggap serius kekesalan Ella atas ketidakpercayaannya. "Terakhir kali kamu juga bilang gitu, La," balasnya mengingatkan.

"Kellll," rengek Ella, bibirnya dimanyunkan tanda siap merajuk.

"Iya, iya," ucap Callie mengalah. Tangannya diulurkan untuk menarik Ella, mengajak gadis itu duduk di sebelahnya. Ella pun menurut.

"Kali ini kenapa?"

"Dia lupa hari ini kita ada janji buat makan malem bareng. Dia malah iyain ajakan temennya buat nongkrong. Bahkan pas aku bilang kita ada janji, yang dia batalin malah janji yang sama aku," ucap Ella sambil cemberut, kesedihan terukir jelas di wajahnya, membuat Callie tidak tega. Namun apa daya, Ia hanya bisa mengambil selembar tissue di atas meja dan menghapus tangisan teman baiknya itu.

"Kenapa sih dia pelupa banget? Kenapa dia enggak kayak kamu sih, Kel? Kita kalo ada janji malah kamu loh yang selalu ngingetin aku. Dan kalo misal ada yang mau bikin janji sama kamu setelahnya, kamu juga selalu bisa tuh buat nolak. Kamu aja bisa nolak ajakan belajar bareng demi aku, masa dia nongkrong aja ga bisa ditolak?" keluh Ella.

Ya karena aku suka sama kamu, Ella. Sebuah kalimat yang hanya bisa Callie ucap dalam hati, setiap Ella membandingkan usahanya dengan usaha sang pacar.

Karena memang begitulah adanya. Untuk Callie, Ella adalah orang paling penting di hidupnya. Semua akan Ia lakukan demi gadis di sampingnya itu.

Callie rela begadang semalaman demi mendengarkan keluh kesah Ella, walau Ia justru bangun kesiangan esok harinya. Callie rela panas-panasan berkeliling minimarket demi menemukan mobil-mobilan Hot Wheels edisi terbatas yang Ella inginkan. Callie rela mengorbankan waktu belajarnya demi membantu Ella memilih pakaian untuk kencan pertamanya. Callie bahkan rela membantu lelaki yang Ella sukai mengungkapkan perasaannya, demi melihat Ella yang berbahagia perasaannya terbalaskan.

"Mungkin dia ga enak nolaknya kali, La." Pada akhirnya, Callie hanya bisa memberi jawaban sekenanya.

"Mau nonton film aja, enggak? Pas banget tadi pagi aku baru beli es krim. Ada yang matcha, kesukaan kamu," tambahnya. Ella pun langsung menyetujui dengan antusias.

Keduanya menonton film sampai larut malam, sehingga Ella memutuskan untuk menginap di sana.

...

Paginya, Callie dibangunkan oleh suara bel, tanda apartemennya kedatangan tamu. Begitu Ia membuka mata, Ia langsung disambut oleh pemandangan Ella yang sedang tertidur di sampingnya. Wajahnya terlihat sangat damai, sebuah senyum terukir dengan manis di sana. Kalau saja Tuhan mengizinkan, Callie ingin berada di momen ini selamanya.

Namun tentu saja, bel apartemennya harus berbunyi sekali lagi dan merusak segalanya.

Callie membalikkan badan menghadap nakas dan meraih handphone miliknya. Masih jam 8 pagi. Sialan, rutuknya dalam hati. Dengan terpaksa Ia pun bangun dengan hati-hati dan berjalan ke luar kamar, melintasi ruang tamu untuk membukakan pintu bagi pengganggu pagi indahnya.

Seorang lelaki berdiri di baliknya dengan sebuket bunga di tangan. Begitu melihat Callie, lelaki itu langsung tersenyum dengan wajah memelas. Tangan kanannya juga bergerak untuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hai, Callie. Maaf banget aku ganggu pagi-pagi. Ella ada di sini enggak ya, Call?" sapanya.

Melihat siapa tamunya, Callie segera memasang senyum palsu terbaiknya. "Hai! Iya ada, cuman dia masih tidur jadi duduk aja dulu di dalam. Tapi kebetulan aku ada urusan nih, aku tinggal kalian bentar gapapa, ya?" balas Callie sambil mundur sedikit, memberi celah agar lelaki yang merupakan pacar (atau mantan?) Ella tersebut dapat masuk.

"Oh, iya gapapa kok, Call. Tenang aja, aku ga bakal ngapa-ngapain, kok. Cuman kemarin aku sama Ella berantem dikit, jadi aku ke sini buat minta maaf sama dia," tutur lelaki itu memberi penjelasan.

"Oke, sip. Yaudah aku tinggal, ya! Semoga kalian bisa cepet baikan, deh!" pamit Callie, sembari bergerak keluar dari apartemen. Sebelum menutup pintu, samar-samar Ia mendengar balasan terima kasih dari dalam.

Sebenarnya Callie tidak memiliki urusan apapun pagi ini. Hanya saja, Ia benar-benar tidak ingin tetap berada di apartemen, menyaksikan pasangan itu balikan untuk yang kesekian kalinya. Lagi pula bagus bukan kalau Ia pergi? Memberikan ruang kepada Ella dan pacarnya untuk menyelesaikan permasalahan mereka.

Karena tidak memiliki tujuan yang pasti, Callie akhirnya memilih untuk mengelilingi taman bermain anak yang ada di apartemennya. Hitung-hitung sekalian olahraga sambil menikmati sinar matahari pagi.

Ting!

Sebuah notifikasi muncul di handphone Callie setelah beberapa saat. Ia menghentikan langkah dan mengeluarkan benda tersebut dari saku celananya.

"Keliiii! Kami balikan 🥰" Begitulah isi pesan yang diterima.

Akhir permasalahan yang sudah Callie duga. Ia hanya bisa tersenyum pahit, memasukkan kembali handphone miliknya ke saku, dan kembali berjalan. Karena memang untuk Ella, Callie adalah teman terbaiknya. Tidak kurang, namun juga tidak lebih dari itu.

I Wrote These While Thinking of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang