Kurang 2 bab lagi udah end nih! Gimana perasaan kalian selama baca cerita ini?
Maaf ya, kalau cerita gue masih banyak kekurangan. Gue juga lagi berusaha buat bisa bikin cerita sebagus mungkin.
"Kini, dunia gue telah pergi. Pergi untuk selama-lamanya, dan meninggalkan gue sendirian."
-Aksa Damian Adhitama
***
Melihat kondisi Alexa yang lumayan parah itu, dengan tergesa-gesa Aksa membawa Alexa menuju rumah sakit milik Alexa.
"Bisa cepetan gak sih nyetirnya?!" sentak Aksa kepada petugas ambulance yang sedang menyetir iti.
Petugas itu mendengus kesal, matanya melirik Aksa dengan sinis. "Ini udah cepet nyetirnya. Kalau kau mau kita tidak selamat, kau saja yang menyetir ambulance ini," kesal petugas itu.
Aksa tidak menghiraukan apa kata petugas itu, matanya hanya terfokuskan ke arah Alexa. Tangan kekar Aksa bergerak untuk menyelipkan surai indah Alexa ke belakang telinga.
"Aksa mohon untuk tetap bertahan, Exa. Jika Exa pergi, hidup Aksa akan hancur. J-jadi... Aksa mohon untuk tetap bertahan." Suara lelaki itu sudah bergetar hebat, yang menandakan jika lelaki itu sedang menahan isak tangis.
Petugas yang sedang menyetir itu hanya bisa menatap Aksa dengan tatapan prihatin. Dirinya ingin menenangkan anak malang itu, namun ia harus tetap fokus menyetir. Jika tidak, sudah dipastikan jika dia dan anak malang itu akan pergi ke Rahmatullah.
Setelah menempuh waktu yang lumayan lama, akhirnya mereka telah tiba di rumah sakit. Dengan segera, Aksa kembali menggendong tubuh Alexa ala bridal style, dan berlari masuk ke dalam rumah sakit.
Adegan itu sama seperti adegan di drama-drama Korea. Di mana ada seorang pria tengah menggendong seorang wanita, dengan keadaan wanita itu berlumuran darah.
Ting
Suara mesin elevator berhenti itu terdengar. Setelah pintu terbuka lebar, Aksa berlari menuju ICU.
Aksa meletakkan tubuh lemah Alexa di brankar rumah sakit berwarna putih itu. Dan dengan segera, para Suster dan Dokter membawa brankar itu masuk ke dalam ruangan.
Aksa hanya bisa memandangi kedua tangannya yang berlumuran dengan darah Alexa. Tubuh Aksa meluruh, terduduk di lantai dingin itu dengan tangan yang terus menarik-narik rambutnya.
"AKSA!"
Vania berjongkok di depan putranya itu. Tangannya bergerak untuk menghentikan pergerakan tangan Aksa yang terus saja menarik-narik rambutnya itu.
Didekapnya tubuh putranya yang bergetar hebat itu dengan erat. Dirinya juga terisak karena melihat keadaan putranya yang terlihat sangat kacau dan hancur itu.
"Aksa gagal, Mom. Aksa gagal melindungi Exa seperti janji Aksa sewaktu masih kecil dulu," lirih Aksa, sembari membenamkan wajahnya didada ibunya itu.
Tangan Vania terus mengelus punggung tegap Aksa yang bergetar itu. "Kamu tidak gagal, Sa. Kamu saat itu sedang amnesia. Semua itu adalah salah Mommy yang tidak mau mengatakan semuanya," sesal Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Obsesion [End]
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA, MINIMAL FOLLOW AKUN AUTHORNYA DULU] Kisah ini menceritakan seorang lelaki yang harus menjadi bahan obsesian oleh sekelompok mafia yang sangat kejam. Lelaki tersebut dijadikan bahan obsesian karena ada sesuatu hal penting yang mena...