07. Risha dan Jodoh

36 21 1
                                    

Jodoh itu seperti barang hilang, malah ketemu saat tidak dicari.
-Google

"Isha, tahun ini kamu harus menikah." ucap ayah Risha pada anak semata wayangnya dengan lembut.

"Ayah sudah lumayan tua nak, ayah takut tidak bisa melihat calon untuk anak ayah." lanjut ayah sambil menitikkan air mata.

Risha mengangguk dan berjalan kekamarnya, membuka handphone, dan mendapati chat dari pacarnya yang hanya menanyakan "udah makan?" selama 3 tahun ini.

"Perlu apa dia sama makanku, kalau kubilang belum juga disuruh makan bukannya beliin." ketus Risha yang kesal karna pacarnya tidak memiliki topik lain setiap harinya.

Risha mulai berani menanyakan ke pacarnya di chat itu, "Kamu mau kita serius gak?" tanya Risha tiba-tiba. Pacar Risha yang bernama Bian itupun mulai mengajaknya ketemuan.

Setelah datang ke tempat pertemuan yaitu cafe di pinggir kota, Risha hanya melihat dan membolak-balik menu, Risha mulai menutup menu dengan lantang.

"Kamu mau kita serius gak?" tanya Risha dengan wajah datar.

"Aku kan serius dengerin kamu." Bian tersenyum manis di depan pacarnya.

"Serius nya itu gini, kamu gausah nanyain aku udah makan atau belum kalau udah serius. Karena nanti kita makan di satu meja yang sama dan dari satu kuali yang sama." Risha menjelaskan arti dari keseriusan itu.

"Aku belum siap nikah Risha." ujar Bian dengan mantap.

"Tahun kemarin kamu udah lamar aku dengan novel 300 ribu, aku terima karna aku yakin. Tapi apa??" Nada bicara Risha mulai meninggi, beberapa orang di cafe itu mulai memperhatikan.

"Gini Risha, kalau kamu emang mau cepet nikah yaudah kamu nikah aja. Aku gabisa dipaksa nikah Risha." Bian masih bisa tersenyum manis dengan itu.

Risha tak bisa berkata-kata, Bian malah menyuruh Risha menikah dengan orang lain? apa?? Risha mulai menangis dan memukul Bian dengan tas kecilnya sekitar 10 kali. Risha pun berlari keluar pergi dari Bian.

~

Risha pulang kerumah, dengan lesu dan mascara yang sudah sedikit luntur karna menangis. Dia mendapati Irsyad di teras rumahnya sedang membaca majalah sayuran yang suka dibaca Risha sejak kecil.
Irsyad adalah tetangga Risha yang berbeda 3 tahun, belakangan ini mereka jarang bicara karna Irsyad sibuk kuliah lalu dia langsung bekerja.

"Loh Risha?" tanya Irsyad melihat kondisi Risha yang memprihatinkan.

"Paan, pergi aku habis patah hati." Risha tidak melihat Irsyad.

"Gabisa, ayah aku gak bolehin kabur." keluh Irsyad sambil meletakkan majalah sayuran itu, "Kamu masih suka baca majalah ini?" lanjut Irsyad.

"Kalau gabut aja si, eh emang kamu belum punya pacar makanya ayahmu ngeluh terus kamu belum nikah? ah ga laku banget sih padahal tampang mirip oppa oppa kok jomblo." Risha mulai menertawakan Irsyad.

Ayah Risha dan ayah Irsyad keluar dari rumah. "Ayah aku diputusin Bian?" keluh Risha dan merengek pada ayahnya.

"Iya ayah tau anak itu gak serius. Ya udah kalian aja yang nikah, sama-sama gak diseriusin juga." ucap ayah Risha spontan.

"Iya kamu mau ya nikah sama anak bujangan yang hampir 30 ini Risha, kemarin dia di selingkuhi pacarnya yang udah pacaran 3 bulan." keluh ayah Irsyad prihatin sambil menepuk-nepuk pundak anaknya.

"Ih gamau dia kan tua 3 tahun, nanti aku baru 40 an dia udah 50 an ih tuaa." Risha mengeluarkan wajah geli melihat Irsyad

"Kamu sepele ya, gini gini aku pake sabun cuci muka Lifebought. Dijamin wajah mulai kerut tua pas 80 an. Kamu tuh nanti baru mulai kepala 3 udah bengkok tulangnya."

"IHHH!!!!" Risha teriak dengan nada melengking di telinga.

"Duh mulai. gendang telinga udah tua anak saya malah.." Ayah Risha menepuk kecil tangan Risha karna berteriak cukup menghancurkan gendang telinga.

"Tapi ini beneran nak, ayah mau jodohin kalian. Bulan depan mulai akad ya." ujar ayah sambil mengelus kepala Risha anak nya.

"Risha pikir-pikir dulu ya ayah." ucap Risha dengan wajah sedih kembali.

Risha pun ke kamarnya dan berbaring sambil melihat notif dari temannya.

"Ini cowo kamu kan? kok dia sama si zaefa?"

"Zaefa kan sahabat kamu.."

~

Satu bulan kemudian.

"Kalau dibicarakan mahar?"

"Saya punya cukup uang dan bisa dibelikan rumah, kami bisa hidup sendiri karna saya sudah punya kerja tetap om." Irsyad dengan gagah berani saat sedang melamar Risha kerumahnya.

"Om punya satu permintaan." Ayah Risha tampak serius.

"Silahkan om."

"Kalau anak saya mau berkunjung tolong di bolehkan ya.." Ayah Risha tampak menahan tangisannya.

"Om rumah nya ayah saya dengan oom kan deket ya, ga mungkin istri saya gak dibawa."

"Belomm." ucap para sanak saudara bersamaan yang bertamu karna lamaran ini.

"Oke minggu ini kita lihat rumahnya."

bersambung...

Gara-gara Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang