Wooyoung mengerjap pelan menatap San. Biasanya, bila ia datang ke kedai ini San akan menyapa dengan penuh semangat dan sumringah. Namun kali ini San malah menyapa dengan wajah datar. "Mau pesan apa?"
"Dua es krim chocho chips,"
San mengernyit heran, tumben bukan vanilla?
"Toping?"
"Selai cokelat dan wafer roll."
Lenggang. Ini bukan es krim yang biasanya dipesan Wooyoung. Lagipun kenapa ia membeli dua?
"Emm, San?"
"Kenapa dua?"
"Hah?"
San mendengus, "Kenapa beli dua? Buat siapa? Kok es krimnya beda sama hari – hari biasanya? Tumben banget? Kenapa?"
Wooyoung mengerjap pelan, rentetan pertanyaan dari San membuatnya bingung harus menjawab darimana. "Satu - satu San,"
"Sudahlah, nggak penting juga, tunggu bentar."
San kini mulai menyiapkan pesanan Wooyoung. Dan entah kenapa Wooyoung kini seakan merasa bersalah.
"San?"
Tak ada jawaban.
"San!!!"
Masih tak ada.
"Choi San!"
"Apa?"
Wooyoung tersentak begitu San datang dengan pesanannya yang telah jadi sempurna.
"Kamu marah?"
San terdiam sejenak, "Nggak,"
"Terus kenapa-"
"Tadi pagi diantar siapa?"
"Hah?"
San menghela napas, "Siapa yang antar kamu ke sekolah tadi pagi?"
"Oh, kak Abin?"
Jari kaki San mulai menggenggam udara kosong didalam sepatu. "Siapa?"
"Sepupuku,"
Eh?
"Tadi pagi dia anterin aku ke sekolah, terus pulangnya jemput aku, yaudah aku ajak beli es krim. Dia suka chocho chips, dan aku nggak masalah rasa apapun es krim itu" Wooyoung menatap pelan wajah San yang sedikit bingung. "Tapi, kenapa kamu malah tiba – tiba sikapnya dingin? Aku buat salah?"
San gelagapan, "Oh enggak, itu..." tanpa sadar wajah San memerah malu.
"San? Kamu sakit?"
"NGGAK!" San terkesiap, akibat malu ia tak sengaja membentak Wooyoung. "Eh, itu, sepupu kamu nungguin nanti, udah sana! Dadah Youngie!!"
"Tapi-"
"DADAH!!"
Wooyoung terdiam pelan menatap San, namun menuruti lelaki itu, Wooyoung melangkah keluar kedai es krim.
Sikap San hari ini benar – benar aneh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
