Sabtu Bencana

55 5 0
                                    

"HAH?! TINGGAL 1 KURSI AJA?!"

Seorang resepsionis bioskop mengangguk, "Mohon maaf ya mas, tapi memang tinggal itu aja,"

Wooyoung menghela napasnya pelan, "Udah lah San, kita nonton film yang lain aja."

San mengerucutkan bibir pelan, hancur sudah rencana malam minggu manisnya.

Semua bencana ini dimulai ketika ia telat bangun pagi akibat bingung akan menonton apa. Lalu bingung memikirkan baju apa yang cocok untuk kencan, dan lupa tak mengecek ban motornya.

Akhirnya sampai di bioskop pun telat, jam menunjukkan pukul 14.00.

Yang awalnya ingin menonton film dengan genre komedi, kini mereka malah menonton film dengan genre aksi. Walau begitu tak apa, karena Wooyoung dan San penyuka segala jenis film.

"Maaf ya, gara – gara aku..."

"Eh, nggak papa! Seru kok filmnya!"

San menghela napasnya pelan, mereka kini berada di parkiran mall setelah menonton film. "Habis ini ayo makan di restoran! Yang satu ini udah kupastikan bakal berjalan mulus,"

Wooyoung tersenyum pelan, "Oke."

Namun, hidup tidak berjalan mulus sesuai rencana. Karena setelah sampai di restoran, mereka tak dapat masuk ke dalam. Akibat dari banyaknya pelanggan yang memenuhi setiap jengkal sudut restoran. Maklum, malam Minggu.

"Maaf."

"Nggak papa!" Wooyoung memutar otaknya, menatap wajah San yang murung membuat Wooyoung benar – benar sedih.

Pikiran San mungkin menganggap Wooyoung kecewa, padahal begini saja Wooyoung senang.

"Emm, mau beli jasuke?"

San menatap pelan pedagang kaki lima yang menjual jasuke. Dan mengangguk lemah. San benar – benar murung hari ini.

Akhirnya malam tiba. Kini mereka berada di alun – alun kota. Dengan jasuke yang tinggal seperempat.

"Maaf ya, hari ini nggak berjalan sesuai rencana,"

"Eh nggak papa! Aku senang kok, yang penting kita bareng – bareng terus."

San menatap pelan wajah Wooyoung yang sedang fokus menatap langit malam.

"Cantik,"

Wooyoung menoleh menatap San yang juga menatapnya, "Ya?"

"Bintangnya cantik." lanjut San dan mulai menoleh ke atas.

"O-oh,"

Wooyoung berdecak dalam hati. Bisa – bisanya dia ge-er mengira yang cantik itu seorang Jung Wooyoung.

Wooyoung melirik sekilas wajah Choi San yang sibuk memandang langit.

Sekelebat pertanyaan tiba – tiba muncul.

Apakah San senang bersamanya?
Apakah San juga merasakan sensasi panas dan menggelitik?
Apakah San... menyukainya?

Eh? Menyukai?

Wooyoung menggelengkan kepalanya, sepertinya atmosfer hening yang membuat kantuk ini membawa pikirannya kemana – mana. Untung saja San tak menyadari.

"Makasih,"

Wooyoung sontak menoleh.

San juga ikut menoleh, "Makasih udah kejebak hujan di kedai es krim tempat kerjaku."

"Eh? Kenapa?"

San menampilkan raut wajah berpikir, "Soalnya... em, aku bisa punya teman manis yang baru?" ucapnya diakhiri kekehan.

"Pokoknya makasih aja,"

Lenggang. Mereka sama – sama terdiam.

"San?"

San menoleh begitu Wooyoung memanggil, namun entah keberanian apa yang Wooyoung dapat, sekilas Wooyoung memutuskan mengecup pipi San. Kemudian menyembunyikan wajah di atas lutut yang ia tekuk.

Membuat San terdiam kaku dengan wajah yang memerah.

Membuat San terdiam kaku dengan wajah yang memerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rain, Umbrella, Sweet, and Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang