Hari ini Cakra berencana untuk menghabiskan waktu bersama dengan adik-adiknya, jadi dia tidak pergi ke toko hari ini.
Sendari tadi, Saki terus merengek kepada Cakra untuk membelikannya ikan cupang, katanya kemarin dia melihat ikan cupang milik temannya dan ingin juga memilikinya. Karena pusing mendengar rengekan Saki, Cakra pun membawa anak itu beserta Kai untuk membeli ikan cupang.
Sesampainya di toko ikan yang berada cukup jauh dari rumah mereka, mereka pun langsung masuk kedalam toko.
"Mas, ada ikan hiu?" tanya Saki.
"Mohon maaf, disini tidak ada ikan hiu," balas mas-mas penjual ikan.
"Bercanda mas, ikan cupang ada?"
"Ada, lewat sini mas."
Mereka pun mengikuti mas-mas penjual ikan itu menuju ke tempat ikan cupang berada.
"Cantik, mas Cakra aku mau yang ini."
"Yang itu harganya berapa mas?"
"Oh, kalau yang itu 400 ribu mas."
Cakra menengguk ludah nya saat mendengar harga satu ikan cupang itu.
"Kalo yang paling murah, berapa mas?
"20 ribu aja mas."
"Bisa kurang gak mas? 5 ribu deh saya ambil."
Mas-mas penjual ikan itu menggaruk kepalanya canggung, udah di kasih harga murah malah nawar lagi. "Maaf mas, gak bisa itu harganya udah pas."
"Mas Cakra yang ngotak dong nawarnya," ujar Saki.
"Apa sih, gak usah bacot lu. Ini tuh namanya bisnis," balas Cakra.
"Mana ada bisnis kaya gitu."
Saat Saki dan Cakra sedang berdebat, Kai mengambil ikan cupang yang menurutnya bagus.
"Ini berapa mas?" tanya Kai.
"Itu 40 ribu aja dek."
"Saya beli yang ini mas." Kai mengeluarkan uangnya dari saku celana lalu memberikannya kepada sang penjual.
Setelah mendapatkan ikan cupang itu, Kai menarik tangan Saki dan Cakra untuk keluar dari toko.
"Mas Kai, ngapain sih tarik-tarik? Aku kan belum beli ikannya."
"Nih, ikannya." Kai memberikan ikan cupang yang tadi ia beli kepada Saki.
"Wah cantik banget, makasih mas." Kai menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Itu ikannya harganya berapa?" tanya Cakra.
"40 ribu," balas Kai.
"Mahal amat, ikan kecil begitu 40 ribu. Lu dapet duit dari mana?"
"Itu uang tabungan aku."
Cakra mengeluarkan dompet lusuh miliknya, lalu mengeluarkan uang limapuluh ribu dari sana dan memberikannya kepada Kai. "Nih, buat ganti duit tabungan lu. Lain kali duitnya simpan aja buat beli keperluan lu."
"Gak usah mas."
"Udah, simpan aja."
"Makasih mas."
Cakra berdeham sebagai balasan, kemudian ia menoleh kearah Saki yang anteng dengan ikan cupang nya.
"Ayo pulang," ajak Cakra.
Mereka pun berjalan menuju ke rumah, sekalian cari angin kata Cakra.
"Mas, beli cilok yuk." Saki menatap Cakra dengan mata yang berkedip-kedip lucu, mata bulatnya terlihat seperti anak anjing yang meminta dikasihani.
"Yaudah, beli sana sama Kai. Gua tunggu disini." Cakra memberikan uang kepada Saki, setelah mendapatkan uang Saki pun berjalan menghampiri tukang cilok bersama Kai.
Tak berselang lama, Kai dan Saki berjalan menghampiri Cakra dengan plastik berisi cilok ditangannya. Saki memberikan sebungkus cilok kepada Cakra, "aku baik kan udah beliin mas cilok?"
Cakra menerima sebungkus cilok yang disodorkan oleh Saki, "Baik apaan, lu belinya aja pake duit gua."
Saki menggelengkan kepalanya dengan jari telunjuk yang ia gerakkan, "no, itu duit aku. Duit yang udah di tangan aku berarti itu duit punya aku bukan punya mas lagi."
"Mana bisa gitu."
Kai kembali memperhatikan perdebatan antara kakaknya dan adiknya dengan sebungkus cilok ditangannya. Setelah cilok ditangannya habis, kemudian ia mengambil cilok milik Cakra lalu memakannya. Tidak ada niat untuk menghentikan perdebatan di antara kakaknya dan juga adiknya.
Saat hendak mengambil cilok ditangan Saki, ternyata perdebatan mereka sudah usai.
"Loh, cilok gua mana?" tanya Cakra.
"Udah aku makan," jawab Kai.
Cakra menghembuskan napas pasrah, "Yaudah lah, beli lagi nanti."
"Oh, jadi tadi mas Kai mau ngambil cilok aku setelah ngambil cilok nya mas Cakra," ujar Saki.
"Mas laper."
Mereka bertiga pun kembali berjalan dengan Saki yang asik memakan cilok nya.
"Mas, aku pengen bunga deh. Aku kan gak pernah di kasih bunga-bunga gitu."
Cakra menoleh kearah Saki, "bunga tabur, mau?"
"Ya nggak mau lah, dikira aku kuburan dikasih bunga tabur. Mas, kita kan punya toko bunga bikinin aku satu lah buket nya."
"Lu mau bunga kan?" Saki langsung menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Yaudah, sekarang lu lari sama Kai nanti gua kasih bunga."
"Beneran?" Saki bertanya dengan antusias, jangan lupakan matanya yang berbinar.
"Iya, sekarang lari sana."
Kemudian, Saki menarik tangan Kai dan mengajaknya berlari sesuai ucapan Cakra.
Setelah kepergian adiknya, Cakra celingak-celinguk memastikan keadaan sekitar. Setelah memastikan keadaan sekitar aman, dia pun mengambil sebuah bunga beserta pohon-pohon nya lalu berlari mengejar kedua adiknya.
"Ayo cepetan larinya, jangan sampai ketangkep sama yang punya," ujar Cakra saat berhasil menyusul langkah adiknya.
Saki dan Kai begitu terkejut saat melihat Cakra menggotong sebuah pohon dengan bunga yang cukup lebat, mana pot bunga nya juga dia bawa.
"Astaga, Mas Cakra ngapain bawa-bawa gituan?" tanya Kai.
"Kan gua cuma turutin kemauan adek lu, katanya dia pengen bunga," balas Cakra.
"Tapi kan gak gitu juga mas." Rasa-rasanya Kai ingin sekali berteriak, ia lelah menghadapi kelakuan kakaknya yang di luar prediksi BMKG itu.
"Yaudah sih, udah terlanjur juga."
Saki sendiri benar-benar dibuat terkejut dengan kelakuan kakaknya, tapi tak lama kemudian dia tertawa girang sambil bertepuk tangan. Merasa terhibur dengan tingkah kocak sang kakak.
Mereka terus berlari hingga sampai di rumah. Sesampainya di rumah, Cakra langsung merebahkan diri di atas lantai. Dengan napas yang terengah-engah dan keringat yang mengalir di tubuhnya, Cakra menatap ke arah adiknya.
"Seneng kan lu, udah gua kasih bunga?"
"Iya, makasih mas."
Kai hanya bisa pasrah, semoga saja pemilik bunga yang diambil oleh kakaknya itu bisa ikhlas karena kehilangan salah satu bunganya.
____________________________
Jangan lupa vote & komen
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMINI
Ficção AdolescenteJangan lupa tambahkan ke perpustakaan!!! Jangan lupa follow sebelum membaca!!! Apa yang pertama kali terbesit di pikiran kalian saat mendengar kata Gemini? Pikiran kalian pasti akan langsung tertuju pada zodiak, bukan? Namun, ini bukan cerita tentan...