🍭 Love Beats (Satzu)

227 29 0
                                    

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu membuyarkan pria yang baru saja terlelap satu jam itu. Ia baru bisa istirahat setelah bekerja keras pagi sampai malam. Berharap agar nasib dan takdir bisa mengubah hidupnya. Setiap harinya ia beristirahat hanya tiga jam saja.

Ia mengusap kedua matanya, dengan bergumam "Siapa yang bertamu pagi-pagi seperti ini?"

Meskipun dengan rambut acak-acakan, wajah tampannya tak pernah sirna sekali pun. Postur tubuh yang sempurna dan dihiasi lesung pipi yang manis. Dia maha karya yang indah, hanya saja kehidupan sosial yang baik tidak berpihak padanya.

Ceklek

Ia sangat kaget melihat siapa yang datang. Seorang wanita cantik tersenyum simpul padanya.

"Sayang, mengapa tidak memberitahuku jika ingin kesini?" Tanyanya.

"Ayo masuk" Ajaknya.

"Maaf, gubukku sangat berantakan" Sambungnya sambil sibuk membersihkan apa-apa saja. Padahal sebenarnya tidak seberantakan itu.

"Ayo duduk" Katanya sambil menyuruh gadis itu duduk di sofa yang kusut dan sudah lusuh.

"Aku akan mengambilkan minum untukmu" Sambungnya.

Ia beranjak untuk mengambil minum. Wanita itu hanya terdiam menatap kesan pada pria yang sedang menyiapkan minuman untuknya. Ia kasihan pada pria ini. Pria yang menjadi kekasihnya selama tiga tahun. Pria yang tinggal di rumah yang sudah tak layak pakai. Rumah reot yang berukuran kecil. Sangat menyakitkan baginya saat kekasihnya selalu mengatakan "inilah gubukku" tanpa ia sadari, ia meneteskan air mata.

"Sayang, kenapa menangis?" Tanya pria itu menghampirinya.

"Aku mencintaimu, Tzu" Katanya berlabuh dalam pelukan pria itu.

"Aku lebih mencintaimu, Sana" Jawabnya.












*******

"Aku mencintaimu tapi aku tidak bisa hidup denganmu, Tzu" Ucap Sana setelah beberapa saat.

"Apa maksudmu?" Tanya Tzuyu.

"Jika kamu mencintaiku, tolong lepaskan aku, Tzuyu" Kata Sana berhati-hati, ia tahu pasti ucapannya sangat menyakiti kekasihnya.

Mata Tzuyu terpejam. Tangannya gemetar. Tubuhnya terasa terguncang.

"Akhirnya kamu menyerah, Sayang" Ucapnya dan menatap lekat mata Sana. Sana mengernyitkan dahinya, tidak mengerti apa maksud Tzuyu?

"Setiap harinya aku selalu was-was dengan hubungan kita. Setiap harinya aku selalu menyiapkan hati agar tidak terluka saat kamu mengatakan ingin meninggalkanku. Setiap harinya aku selalu merasa tidak pantas bersama denganmu. Setiap harinya aku menyalahkan diriku, mengapa aku harus mencintaimu?" Jelas Tzuyu.

"Memang tidak pantas kamu bersamaku Sana. Darah biru di tubuhmu tidak mungkin bersatu dengan darah perjuanganku. Aku sudah pasti terpeleset untuk mencapai puncak kejayaanmu" Sambungnya dengan suara yang bergetar.

"Terima kasih telah menerimaku selama ini. Terima kasih telah memberikan kesempatan untukku yang hina ini. Terima kasih telah menginjak kaki indahmu ke gubuk tua ini. Terima kasih selalu menghormati jamuanku yang apa adanya. Terima kasih..."

"TZUYU, HENTIKAN!" Teriak Sana.

"Terima kasih untuk mencintaiku Sana" Lanjut Tzuyu dan tetesan air mata mengalir dipipinya.

"Tolong hentikan, Tzu" Lirih Sana. Air matanya kini mengalir juga dipipinya. Hatinya sangat sakit.

"Aku telah mendengar berita yang beredar Sana. Kamu akan dijodohkan dengan pilihan orang tuamu" Ujar Tzuyu yang membuat Sana semakin menangis. Jadi, selama ini kekasihnya tahu akan hal itu? dapat ia rasakan betapa terlukanya Tzuyu. Bagaimana tidak, kekasih yang sangat kamu cintai akan dijodohkan dengan orang lain.

"Aku mengerti kamu tidak bisa menolak keinginan orang tuamu maka dari itu aku melepaskanmu, sayang" Ujar Tzuyu yang membuat Sana memberontak menangis lebih keras. Dadanya terasa sangat sesak.

"Aku sakit, tapi berbahagialah" Ucap Tzuyu lalu mengecup kening Sana, cukup lama. Keduanya menangis hebat.

"Mungkin dikehidupan selanjutnya, tolong cintai aku lagi ya?" Ujar Tzuyu sambil membawa Sana keluar dari gubuk rapuhnya. Ia tidak sanggup lagi melihat Sana. Ia jauh lebih rapuh dari gubuknya. Ia segera mengunci pintu.

"DIKEHIDUPAN SELANJUTNYA AKU TIDAK AKAN MENCINTAIMU LAGI, INI SANGAT MENYAKITKAN TZUYU!" Teriak Sana sambil memukul-mukul pintu. Air matanya kini semakin deras.

Dum!

Dark!

Suara petir dan kilat menyerbu seakan terjadi peperangan di langit. Seakan-akan ada yang di pihak Sana atau Tzuyu.

"Tzuyu, aku takut" rengek Sana karena ia  memang ketakutan suara petir dan kilat.

Tzuyu hanya menangis dibalik pintu. Ia seolah-olah tidak peduli dengan Sana.

Suara petir dan kilat semakin keras, hujan turun dengan deras. Suasana alam semakin kacau, seakan mengerti suasana dua insan yang kini hancur berkeping-keping.

"Tzuyu, tolong peluk aku" Lirih Sana yang ketakutan memeluk dirinya. Ia juga sangat kedinginan sekarang.










******

"Sana?" Panggil seseorang yang membawa payung.

Sana mendongak. Bibir tipisnya sangat pucat.

"Aku mencintai Tzuyu, Dahyun" Ucapnya lemah  pada pria itu.

"Aku tahu" Jawab pria itu dan segera membawa Sana ke dalam mobilnya.

"Kita akan ke rumah sakit" Kata pria itu sambil memakaikan jaketnya pada Sana.

"Aku butuh Tzuyu, bukan rumah sakit" Ucap Sana yang masih lemah.

Pria itu terdiam sejenak.

"Setelah kamu lebih baik, aku janji akan membawamu padanya" Ucapnya.

"Akankah dia membukakan pintu untukku?" Tanya Sana sambil memandang kembali gubuk Tzuyu. Ia tersenyum. Terlalu banyak kenangan bersama Tzuyu. Setelah itu, Sana pingsan.

Dahyun, pria itu panik dan segera berkendara menuju ke rumah sakit.

"Aku mencintaimu, sayang" Kalimat Sana yang didengar Dahyun dikeadaan tidak sadarnya di sepanjang perjalanan. Itu membuat Dahyun berpikir dan merenung.

"Aku mencintaimu. Jadi, aku harus melepaskanmu Sana" Tekadnya.

Dahyun berjanji akan membuat Sana dan Tzuyu bersatu kembali. Sejatinya, patah hati menjadikan kita berpikir dewasa.







ONESHOT (SATZU/MITZU/JITZU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang