33. Pelabuhan

17 3 21
                                    

Jimin keluar dari kamar seorang diri. Laki-laki itu mencegah mamahnya yang hendak masuk ke kamarnya. "Mana itu istri kamu?!"

"Mah, jangan ganggu Shierra," ucap Jimin tegas.

Mamah Han nampak kesal. "Jimin, kamu--"

"Shierra nggak salah," potong Jimin.

"Mah, udah dong," lerai Ayah Han, namun istrinya tak mau mendengarkan.

Mamah Han melipat kedua tangannya di depan dada. "Kamu bisa buktiin?"

Jimin menunjukkan surat tes DNA miliknya. Lalu kedua orang tuanya pun membacanya. Hingga tiba sampailah kedua orang tua Shierra yang ikut membaca surat tes itu.

"Shierra nggak salah. Jungkook yang jahat. Dia maksa Shierra, mah. Dan di surat tes DNA itu tertulis jelas kalo Shierra hamil anakku," ucap Jimin.

Mamah Han terdiam. Ayah Han lalu berucap, "Kamu yakin, nak?"

Jimin mengangguk. "Buktinya udah jelas, Pah," ucapnya.

"Sekarang Jimin minta mamah untuk minta maaf sama Mamah Aila dan Papah Andra," tuntut Jimin.

Mamah Han menghela napas gusar. "Ya udah ... saya minta maaf kalo salah," ucapnya terlihat sedikit gengsi karena malu sudah menuduh yang tidak-tidak.

"Lain kali ibu jangan langsung mengintimidasi orang lain sebelum tahu kebenarannya," omel Aila. "Tapi saya udah maafin ibu."

"Ada satu lagi yang mau Jimin bicarakan sama mamah," ucap Jimin serius, lalu menatap ke arah ayahnya. "Papah juga ikut."

Mamah Han mengerutkan keningnya. "Kenapa sayang?"

Jimin menatap Aila dan Andra. "Mah, pah. Jimin pamit sebentar, ya. Shierra ada di dalam," ucapnya dan dibalas anggukan oleh keduanya. Orang tua Shierra pun masuk ke dalam kamar, untuk menemui anak mereka.

Jimin membawa orang tuanya ke belakang rumah. Mereka duduk di salah satu tempat duduk santai dan hanya bertiga di sana.

Jimin mengambil kalung berbentuk bulan sabit yang sudah rusak. Lalu ia taruh kalung itu di atas meja. "Mamah sama papah inget kalung ini?"

"Itu kan kalung pemberian papah. Dan kalung itu kamu kasih ke abang kamu, kan?" tanya Ayah Han memastikan.

Jimin mengangguk. "Menurut papah, kenapa bisa kalung ini ada di aku sekarang?"

Kedua orang tuanya mulai sadar.

"Kamu ketemu Suga, sayang?" tebak Ayah Han dengan raut penasaran.

"Iya, aku ketemu bang Suga, pah," ucap Jimin.

"Nggak mungkin." Mamah Han menggelengkan kepalanya. "Anak itu sudah hilang bertahun-tahun dan dia sudah meninggal. Mana mungkin---"

"Mamah. Kenapa mamah yakin banget?" tanya Jimin, tatapannya menyorot tak percaya ke arah mamahnya.

Mamah Han menggeleng. "Kamu salah sayang. Nggak mungkin."

"Di mana dia sekarang Jimin?" tanya Ayah Han.

"Bang Suga ...."

Mamah Han mencoba meyakinkan suaminya. "Pah, nggak mungkin. Suga sudah meninggal, dia nggak mungkin---"

"Mah, walaupun dia dinyatakan meninggal. Tapi selama aku belum pernah lihat jasadnya, aku nggak akan percaya, mah. Kamu lihat kalung ini?" Ayah Han menunjukkan kalung berbentuk bulan sabit tersebut. "Ini satu-satunya kalung khusus yang aku minta designer rancang. Masa Jimin bohong sama kita?!"

"Tapi, pah ...."

"Pelayan!" Jimin memotong ucapan mamahnya kembali. Laki-laki itu merasakan kesedihan dan kekecewaan luar biasa. Namun, Jimin berusaha menutupinya.

Apple Sweet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang