━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Ada banyak rasa sakit yang bersarang di kepala begitu Y/n terbangun dari tidur. Netra jelaganya menatap seorang yang masih tak siuman dari tidurnya. Memilih acuh, Y/n melangkah untuk menarik meja yang menghalangi pintu kamar dan keluar.
Namun lengannya ditarik, Y/n terpaksa menoleh saat Kim Somi memandangnya dengan tatapan berarti. "𝘎𝘰𝘮𝘢𝘸𝘰𝘰." Ucap si gadis bersurai panjang untuk Yn yang menerimanya bersembunyi bersama semalaman.
Tanpa merespon si wakil ketua kelas, Y/n berlalu pergi begitu saja. Kalau boleh jujur, Somi sangat tidak menyukainya.
Sambil melangkah menyusuri lorong, bersamaan dengan peringatan dari speaker bahwa seorang telah tewas tadi malam.
𝐏𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐡𝐚𝐫𝐢, 𝐏𝐚𝐫𝐤 𝐉𝐢𝐬𝐨𝐨 𝐝𝐢𝐞𝐤𝐬𝐞𝐤𝐮𝐬𝐢 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐦𝐚𝐟𝐢𝐚.
Terjadi lagi. Tiada hari tanpa seseorang yang mati. Y/n tidak menunjukkan ekspresi apa-apa saat melihat Yujun menangisi kekasih hatinya yang tak lagi bernyawa. Bukan karena Y/n mulai terbiasa, tapi karena semua tragedi ini merenggut sejumlah kemanusiaannya.
Kapan ini berakhir? Mungkin saat hanya ada satu kubu diantara mereka yang tersisa.
Y/n menoleh, menatap pada Yoonseo yang memegang ponselnya dengan gemetar. Gadis berambut hitam itu jadi mengecek ponsel di sakunya, ia mengernyit melihat sebuah notifikasi.
𝘛𝘪𝘯𝘨!
𝐏𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐡𝐚𝐫𝐢, 𝐝𝐞𝐭𝐞𝐤𝐭𝐢𝐟 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐫𝐢𝐤𝐬𝐚 𝐚𝐧𝐝𝐚.
***
Y/n menghembuskan nafas dengan malas sembari berjalan mengekori Yoonseo menuju gedung sebelah. Katanya, Kyungjun meminta mereka untuk berkumpul.
"Kenapa kau memanggil kami?" Yoonseo berujar, membuat Kyungjun bangkit dari duduknya, diikuti dua antek-antek miliknya.
Lelaki satu itu dengan percaya diri melangkah ke hadapan mereka semua, "Park Wooram adalah mafia. Lihat? Apa kubilang?" Ucap Kyungjun.
Seungbin dengan tololnya bertepuk tangan untuk orang yang disebutnya boss itu. "Firasat Ko Kyungjun sangat bagus dan akurat. Apa yang di lakukan polisi dan detektif, coba?" Kata bocah dengan jaket hijau itu.
"Jika kalian ingin menangkap mafia, turuti perintah ku." Kata Kyungjun dengan intonasi percaya diri, lagi. "Kalian akan bergantian mengatakan siapa mafianya, lalu aku akan memilihnya untuk kalian."
Semua orang sontak buang pandangan tak percaya, pilihan tolol, pikir mereka. "Kenapa kau yang memutuskan?" Junhee kata. "Kita harus memutuskan bersama."
"Ya. Kau pikir kau siapa?" Somi menambah.
"Kau tidak lihat Wooram mencoba membunuhku?" Senyap kembali menyelimuti, "Siapa lagi yang pasti warga selain aku?" Do Y/n mendengus.
"Kurasa .. mafia ada diantara orang-orang yang memilih ku." Pasang mata milik Kyungjun beredar, lalu berhenti pada sepasang manik yang menatapnya tajam. "Yakan, Y/n?"
"Kau menang satu babak dan merasa sudah menguasai semuanya." Kata Y/n serta-merta. "Beri aku opini mu yang tidak berdasarkan hasil semalam."
"Selain kemarin, darimana lagi aku harus memberikan pendapatku?" Dagu lelaki itu terangkat bak menuntut. Menatap perempuan dengan marga Do perlahan.
"Lalu bagaimana pendapatmu tentang Jisoo? Kenapa kami harus membunuhnya?" Somi angkat bicara.
Kyungjun berdecih dengan tawa singkatnya, "Sekalipun kalian kekasih, siapa yang peduli saat kalian bisa mati?"

KAMU SEDANG MEMBACA
CURSĒ. (NHC)
Fanfiction❝ 𝗪𝗵𝗼 𝗮𝗿𝗲 𝘆𝗼𝘂? ❞ Night has come Fanfiction Game kematian ini memaksa semua murid memainkannya. Meski mereka berdiri ditengah-tengah darah teman sendiri, mereka tetap bersikukuh terus hidup sampai esok hari. |✎NightHasCome only on