Tempat Baru

129 15 0
                                    

"Dari mana saja, kok baru sampai?", tanya Dondi, Bapak dari Juandra.

"Maafkan Pak, tadi di jalan ada sedikit trouble", decih Juan mengingat kembali keadaan mobilnya yang mahal itu.

"Maaf ya, kamu jadi harus mengambil alih bisnis ini karena Bapak sakit", ungkap Dondi sedih karena putranya harus merelakan impiannya.

"Ga apa-apa, Pak", Juan menepuk punggung papanya lembut agar papanya tidak merasa bersalah.

Setelah mengetahui kesehatan papanya menurun, Juan sebagai anak bungsu, mau tidak mau mengalahkan egonya. Juan anak yang baik, meski Dondi mengatakan akan menutup unit bisnis mereka, tapi Juan bersikeras untuk mengambil alih. Juan tidak tega karena bisnis itu adalah bisnis yang ditekuni papanya dengan telaten. Kakak laki-laki pertamanya, Jiandra sudah mengurus bisnis pusat keluarga mereka. Kakak laki-laki keduanya, Suandra sedang melanjutnya studinya doktoralnya di luar negeri. Suandra pun awalnya menawarkan diri untuk berhenti sejenak dari perkuliahannya, tapi Juan tidak setuju. Ia yang awalnya juga akan melakukan studi lanjut memilih untuk membantu orang tua dan kakak-kakaknya.

"Terima kasih nak", ucap Dondi bangga dengan keputusan Juan.

"Oh ya, jadi ini event terakhir yang Bapak jalani?", tanya Juan sambil melihat sekitar.

"Hmmm, nanti Bapak akan kenalkan kamu kepada para karyawan di unit bisnis ini. Mereka sangat terampil dan loyal dalam bekerja. Kamu pasti akan menyukai mereka", ungkap Dondi bangga.

Juan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, masih mengamati lingkungan sekitarnya. Juan akui mereka bekerja dengan baik. Tidak ada yang bersantai, semua sibuk dengan pekerjaan mereka. Atensi Juan teralih ketika melihat sosok perempuan yang tadi ia lihat di toko bakery

Juan melangkah mendekati gadis yang sibuk dengan walkie talkienya, belum sempat tangan Juan menepuk pundak sang gadis, seorang waiters yang mengisi stok makanan yang kosong tidak sengaja menyenggolnya, membuat langkah Juan gontai dan berakhir terjatuh dengan berpegangan pada seutas kain hitam di depannya.

Brekkkk

Suara robekan kain itu terdengar jelas di telinga Juan. Juan menonggakan kepalanya melihat ulah tangannya yang masih memegang seutas tali itu. Gadis yang di maksud Juan kini menatapnya dengan tatapan marah. Robekan rok hitam Yuna semakin besar bahkan sebentar lagi dalamannya terlihat, dan itu adalah ulah Juan.

"Brengsek", ucap Yuna dan tanpa basa-basi menendang Juan hingga terpanting ke sudut ruangan.

Brughhhh

Tamu undangan menjerit melihat Juan seakan terbang ke sisi lain.

"Buset Yuna, dia menendang orang dengan keahlian wushunya", Sintia berdecak kagum sekaligus ngeri.

"Ughh...", Juan merasakan nyeri di sekujur tubuhnya, ujung bibirnya pun mengeluarkan darah.

Para tamu undangan di buat riuh, dan mulai berlari ke arah Juan, sedangkan Yuna, ia masuk ke ruang staf karena sebentar lagi mungkin roknya akan sobek sempurna, dan membuat dirinya merasa malu.

"Aku pasti akan mendapat omelan lebih lama lagi", gumannya sambil masuk ke dalam ruang staf.

Juan dibopong ke tempat lain untuk mendapatkan pengobatan oleh rekan-rekan Yuna yang lain, sedangkan Tirta yang berjaga dan melihat dari kejauhan merasakan hal yang aneh.

"Sepertinya aku pernah bertemu dengan orang itu, tapi dimana ya?", gumam Tirta sambil melihat Juan yang dibopong oleh Minza dan Hapdi.


***

'Sakit....', batin Juan sambil terus mengompres bibirnya yang mulai bengkak karena tendangan Yuna.

Love and JobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang