15. Just Friend

822 155 23
                                    

Ingin tahu alasan Jisung selalu menolak Jaemin? Mari kita mundur ke empat tahun lalu.

Empat tahun lalu, keduanya baru saja menduduki bangku kelas dua SMP. Disaat itu pula Jisung mulai menyadari perasaan suka yang lebih dari sahabat terhadap Jaemin. Ia menyimpulkan hal itu akibat perasaan aneh yang akhir-akhir ini ia rasakan.

Dari jantungnya yang selalu berdebar tak karuan saat didekat Jaemin. Wajahnya yang selalu terasa memanas saat mereka melakukan kontak fisik. Perasaan tidak suka saat melihat Jaemin akrab dengan orang lain. Dan ia bahkan sekarang tidak sanggup untuk menatap mata Jaemin dalam waktu lama.

Perasaan-perasaan itu mulai ada sedari ia duduk dikelas satu SMP. Bahkan mungkin saat ia masih disekolah dasar pun sudah ada. Hanya saja masih terlalu samar, namun sekarang hal tersebut semakin jelas. Dan setelah ia konsultasi kepada ahlinya --seorang teman-- dia mengatakan bahwa itu artinya Jisung menyukai Jaemin.

Bukan perasaan suka karena mereka teman, namun suka yang mengarah lebih dari teman. Atau bisa disebut cinta.

Lelaki manis itu tidak yakin dengan pemahaman temannya. Sehingga ia memutuskan menulusuri di Internet apa yang dirasakan saat jatuh cinta. Ia mencocokan yang tertera dengan apa yang ia rasakan. Dan semuanya benar, itu semua sama dengan apa yang ia rasakan.

Sejak saat itu, Jisung menjadi lebih menjaga perilaku saat ia tengah bersama dengan Jaemin. Ia merasa harus bersikap lebih baik dan tidak melakukan hal yang akan mempermalukan dirinya sendiri. Berharap dengan itu Jaemin akan menyukainya.

Dan pagi ini, ketika Jisung membuka pintu dan melihat Jaemin tengah menunggunya diteras rumahnya -duduk dilantai dengan kedua tangan yang bertumpu ke belakang. Lelaki manis itu tidak bisa menahan senyum bahagianya. Namun ia dengan cepat menyadarkan dirinya sendiri, langsung mengubah ekspresinya menjadi seperti semula.

Jisung menggenggam erat sepatu ditangannya, menarik nafas sebentar sebelum melangkah menghampiri Jaemin lalu duduk disamping lelaki itu. Meletakkan sepatunya dianak tangga kecil teras rumahnya sebelum memakai kaos kakinya terlebih dahulu.

Jaemin menoleh, wajahnya terlihat mengantuk, kantung matanya menghitam. Pasti lelaki itu semalam bergadang.

"Pagi." Jaemin menyapa, suaranya terlihat lemas dan malas. Ia bergeser, mendekat kearah Jisung lalu memeluknya dari samping. Membenamkan wajahnya ke perpotongan leher Jisung. Helaan nafas lega keluar dari celah bibirnya, merasa puas akan kenyamanan yang ia dapatkan dari memeluk Jisung.

"Gue ngantuk banget sumpah, males banget sekolah, tapi mama maksa gue masuk." Gumamnya dileher Jisung.

Jisung meneguk salivanya gugup, pipinya terlihat memerah,  gerakannya menjadi lambat dan hati-hati. Takut mengusik Jaemin.

"Lagian, bergadang mulu." Ujarnya, meski suaranya terdengar pelan.

"Gue ga maksud buat bergadang, cuma karena keasikan main game jadi ga sadar waktu. Tiba-tiba udah malem."

"Bagus mama maksa lo masuk, biar lo kapok."

Jaemin berdecak, "Kok lo malah dukung mama si?" Rengeknya kesal.

Jisung hanya tersenyum tipis, tak berniat menjawab dan fokus memakai sepatunya.

"Ayo." Ucap Jisung ketika ia selesai mengenakan sepatunya. Membuat Jaemin dengan enggan melepaskan pelukannya.

"Morning kiss nya?"

Jisung sontak meneguk salivanya pelan, padahal dulu ia biasa saja ketika Jaemin meminta hal tersebut dan langsung menurutinya. Namun, sekarang jantungnya benar-benar tidak bisa tenang. Debarannya semakin berisik, membuat Jisung menjadi gugup sendiri.

Just Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang