Chapter 6 - Pegunungan Blackhead

31 2 0
                                    

* Haloo guys. Ini cerita pertamaku jadi apabila ada kesalahan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan dan juga biar aku semakin berkembang kedepannya. Tolong juga buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰 *

[ NEW YORK, 12 JANUARI 2019 ]

Waktu menunjukkan jam 1 siang, aku menduduki kursi kayu coklat yang berada di beranda kamar. Kuletakkan cangkir teh hijau panas yang dibawakan Nesta di meja kayu coklat. Pertemuan pertama dengan Niccola Davis saat makan malam dengan Dad masih terekam jelas dalam ingatanku. Kucari profil wanita itu melalui internet di laptop dan karena dia merupakan seorang selebriti ternama sehingga tidak sulit bagiku untuk mencari tahu tentangnya. Dia berasal dari keluarga konglomerat Rusia. Ayahnya bernama Ivan Volkov, ketua Grup perusahaan Maxxwell dan ibunya bernama Maria Volkov, mantan artis yang kini menjadi anggota di pemerintahan Rusia. Niccola mulai berkarir sebagai model di usia 8 tahun hingga sukses menjadi seorang supermodel di usia 26 tahun. Lalu saat berusia 29 tahun, dia menikah dengan politikus terkenal Rusia bernama Vladimir Davis. Dilihat dari tahun kelahirannya, tahun ini dia akan berusia 34 tahun. Kucari puluhan kali di internet dan tidak kutemukan satu pun berita mengenai kedatangan Niccola ke Jepang. Seingatku, Okaasan belum pernah pergi ke luar negeri dan itu membuatku semakin penasaran bagaimana ibuku dan Niccola saling mengenal.

Baru saja hendak mencari tahu lebih banyak lagi, ponselku berdering menandakan adanya telepon masuk dan berhasil mengalihkan pikiranku. Kuambil ponsel yang berada di saku celana jeans. Di layar ponsel, terlihat nama Elena dan dengan cepat kuangkat teleponnya. "Halo, Barry. Ini aku Elena. Aku baru saja sampai di New York dan sekarang sedang menuju ke rumah untuk bertemu denganmu." , aku mengerutkan keningku mendengarnya,"Kupikir kamu berada di London." ,"Aku izin kuliah selama seminggu. Ada beberapa hal yang harus kuurus lalu aku ingin bertemu denganmu." , ucap Elena di telepon. Saat ini, dia mengambil jurusan S1 Ilmu Komunikasi Internasional di London Metropolitan University. "Baik, Kak. Aku juga ingin bertemu denganmu. Aku merindukanmu, Elena. Berapa lama lagi kamu sampai di rumah?" . Elena tertawa kecil lalu menjawab, "Ya kita akan bertemu sebentar lagi. Kira-kira aku sampai sekitar 15-20 menit. Aku akan mengajakmu keluar jadi kau harus bersiap siap. Sampai bertemu sebentar lagi, Barry." , "Oke, Elena." , jawabku singkat. Setelah telepon terputus, kuhabiskan teh hijau dan segera berganti pakaian.

Berhubung cuaca sedang sangat dingin dan salju mulai muncul jadi kukenakan sweater putih dengan jaket bulu tebal biru muda, celana jeans dan sepatu sneakers abu putih. Setelah yakin bahwa penampilanku rapi, aku segera menghubungi ruangan dapur dan meminta pelayan untuk menyiapkan camilan dan teh hijau untuk kakakku. Kutunggu kedatangan Elena di beranda kamar sambil mengamati pemandangan salju yang turun. Selang 5 menit kemudian, kulihat mobil hitam yang tampak klasik berhenti di depan pagar coklat. Karena penasaran, kufoto mobil itu lalu menelusurinya via laman pencarian, ternyata itu mobil Pontiac GTO yang merupakan mobil klasik keluaran tahun 1964. Kedua pria berpakaian serba hitam mulai dari topi hingga celana yang mereka kenakan tampak keluar dari mobil itu. Yang satu tampak seperti pria Eropa dengan rambut pirang panjang sebahu dan bertubuh tinggi kurus lalu yang satu lagi terlihat seperti pria Jepang dengan tubuh lebih pendek dan agak berisi. Pria Eropa itu membukakan pintu penumpang dan kulihat Elena turun dari mobil dan dia mengenakan kemeja hitam dengan rok hitam selutut, stocking hitam dan sepatu bot hitam. Elena mendongak ke arahku lalu tersenyum dan melambaikan tangannya. Kubalas senyuman kakakku lalu bergegas turun ke halaman.

Kuhampiri kakakku lalu kupeluk dia erat. "Elena, aku merindukanmu.", " Aku juga." , balasnya lalu melepaskan pelukan. "Perkenalkan, dia Ludolf Hessen dan Daiichi Hiro. Mereka berdua teman bisnis Dad", kuamati mereka berdua lebih seksama lalu kuperkenalkan diriku sendiri yang dibalas dengan anggukan keduanya. " Elena, aku sudah meminta pelayan untuk menyiapkan makanan ringan dan teh hijau untukmu. Ayo masuk ke dalam dulu." , ucapku sambil merangkulnya. Elena mengangguk lalu berkata, "Kalian ikut aku ke dalam." , melihat itu dibandingkan dengan teman bisnis Dad, mereka berdua lebih tampak seperti pengawal pribadi. "Apa kamu sudah pernah memasuki ruang tamu? " , tanya Elena kepadaku sambil berjalan. Aku menggeleng,"Belum pernah. Aku belum menjelajahi seisi rumah. Hanya kamarku, ruangan lemari pakaian dan kamar Shyntia yang sudah kulihat." . Elena tersenyum,"Besok aku akan menemanimu melihat seisi rumah".

Seorang pelayan membukakan pintu rumah dan mengantar kami naik ke atas melalui tangga. Pertama kalinya aku menaiki tangga ini sampai ke lantai 2 dan kulihat ruangan besar dengan beberapa lukisan unik di dinding, meja panjang coklat dengan dua sofa krem saling berhadapan dan di meja itu terdapat 5 potong pie apel, 8 kue kering coklat dan 3 cangkir teh hijau. "Ayo duduk dulu." , ucap Elena sambil mendorongku pelan ke sofa. Kemudian Elena memerintahkan kepada pelayan yang mengantar kami untuk pergi meninggalkan ruangan. Setelah mengamati sekeliling, Elena duduk di seberangku sedangkan Ludolf dan Daiichi berdiri di belakang kakakku. Melihat itu membuatku semakin yakin kalau mereka adalah pengawal pribadi. Setelah menyesap teh hijau, Elena berkata kepadaku,"Sebentar lagi kita berdua akan pergi ke pegunungan Blackhead. Jarak dari sini sekitar 1 jam. Lalu disana ada rumah kecil milik Dad dan aku akan mengajarimu beberapa hal dasar tentang cara menembak pistol." . Mendengar hal itu, kutatap dia serius,"Kudengar dari Dad kalau kamu ahli menembak." ,"Ya dan itu sebabnya aku datang kesini dan akan sedikit mengajarimu sebelum Niccola."

Elena memakan beberapa kue kering coklat dan menghabiskan teh hijau kemudian mengikat rambutnya dengan ikat rambut hitam. Lalu dia berdiri,"Ayo, Barry." . Kuikuti kakak turun kebawah sementara kedua pria itu tetap berada di posisi mereka. "Kenapa kedua pria itu tidak ikut?" , Elena tersenyum,"Karena mereka akan rapat dengan ayah". "Saat melihat pria yang bernama Ludolf membukakan pintu mobil lalu saat mereka berdiri di belakangmu, kupikir mereka adalah pengawal pribadi." , Elena terkekeh,"Aku memang mempunyai beberapa pengawal pribadi namun mereka tidak ikut denganku kesini.". Elena masuk terlebih dahulu ke mobil Pontiac GTO lalu aku masuk dan duduk di sebelahnya."Pakai sabuk pengamanmu. Aku akan mengendarai mobil ini dengan cukup cepat" , ujar Elena. Kulihat jam di arlojiku dan sekarang jam 14.07 lalu kupakai sabuk pengaman. Elena langsung menyalakan mobil dan kami pun pergi ke pegunungan Blackhead.

Kakakku membawakan mobil klasik ini dengan sangat cepat. Tidak sampai satu jam seperti yang Elena bilang sebelumnya, perjalanan dari rumah menuju pegunungan ini hanya memerlukan waktu 46 menit. Saat masuk ke pegunungan, Elena mulai mengendarai dengan pelan dan hati-hati. Setelah melewati jalanan di sekitar pegunungan selama 20 menit, mobil pun berhenti di depan rumah coklat dengan cerobong asap. "Kita sudah sampai. Rumah itu milik ayah kita. Ayo keluar." , Elena dan aku melepas sabuk pengaman lalu segera keluar mobil bersamaan. Kuamati sekitar tampaknya tidak ada rumah lain selain rumah coklat ini.

Elena membuka bagasi mobil dan dia mengeluarkan dua pistol. Satu pistol dilemparkan ke arahku dan berhasil kutangkap. Pistol ini lumayan berat dan kulihat ada ukiran Beretta M84 di pinggir pistol."Ini pistol sungguhan?" tanyaku sambil mengerutkan kening."Ya dan terdapat 10 peluru di dalamnya. Ayo kita masuk ke dalam rumah." Elena mengeluarkan kunci emas dari dalam saku kemejanya dan dengan kunci itu, dia membuka pintu rumah lalu masuk ke dalam. Sembari ikut masuk ke dalam rumah, kuputuskan untuk bertanya,"Total ada berapa rumah yang Dad miliki di Amerika Serikat?" , Elena menoleh ke belakang dan menatapku,"Entahlah. Aku tidak tahu pasti ada berapa jumlahnya tapi kurasa ada lebih dari 15." ,"Wow" , ucapku kagum. Kakakku tertawa,"Ya. Wow." Kemudian tatapan Elena melembut,"Ada hal lagi yang ingin kamu ketahui sebelum aku mulai melatihmu menggunakan pistol?" , aku berpikir sebentar lalu memutuskan menanyakan hal ini,"Tadi saat di rumah, kamu mengatakan akan mengajariku sebelum Niccola, Niccola yang kamu maksud adalah Niccola Davis yang merupakan supermodel dari Rusia? Bagaimana kamu bisa mengenalnya? Lalu Okaasan juga mengenal wanita itu?" .

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang